Bacaan Pertama : Kej 15,1-6; 21,1-3
Mazmur Tggpn : 105
Bacaan Kedua : Ibrani 11,8.11-12.17-19
Bacaan Injil :
Lukas 2,22-40
MEMBANGUN KELUARGA YANG KUDUS
EXORDIUM:
Kita semua hidup dan bertumbuh di dalam keluarga. Dan bagaimana situasi
dalam keluarga kita, kita semua bisa mengalami sendiri. Namun secara umum, kita
sering mendengarkan situasi kehidupan berkeluarga, baik kita sendiri maupun
orang lain.
Karena itu, tidak heran jika kita mendengar cerita dan melihat dari dekat
bahwa keluarga si A itu selalu rukun, baik, selalu bersama-sama kalau
bepergian, ada doa bersama waktu makan dan sebelum dan setelah bangun tidur,
dan lain-lain. Tetapi tidak heran juga kita dengar dan kita lihat bahwa ada
keluarga yang tidak akur, tidak pernah ada makan bersama dalam keluarga setelah
5 atau 6 tahun menikah, bertengkar terus setiap hari, masing-masing tidak tahu
siapa pergi ke mana dan kapan juga kembali, ada juga salah seorang dari mereka
yang lari kembali ke rumah orangtuanya, ada juga yang disebut dengan single parent, ada juga kekerasan dalam
rumah tangga, dan masih banyak lagi.
Hari ini, Gereja Katolik kita memestakan hari Keluarga Kudus Nazareth.
Pesta Keluarga Kudus Nazareth ini ditetapkan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1893
yang dirayakan antara tanggal 7 sd 13 Januari setiap tahunnya. Namun sejak
tahun 1969, dirayakan pada hari Minggu Pertama setelah Natal, antara Natal dan
Tahun Baru.
Paus Leo XIII menetapkan Hari Raya Keluarga Kudus dengan maksud agar semua
orang dan keluarga Katolik, terutama setelah Natal, bisa sebentar mengarahkan
perhatian mereka secara khusus kepada hidup keluarga kudus di Nazareth sebagai
model atau contoh kehidupan keluarga mereka.
CORPUS
Bagaimana bacaan-bacaan pada hari mengajarkan kita tentang ciri khas dari
hidup keluarga kudus itu?
Bacaan pertama
Bacaan Injil hari ini memberikan gambaran kepada kita seperti apakah cara
hidup Keluarga Kudus Nazaret. Secara ekonomis, mereka bukan keluarga kaya. Hal
ini nampak dari persembahan mereka yang hanya berupa “sepasang burung tekukur
atau dua ekor anak burung merpati” padahal biasanya bagi keluarga yang mampu,
persembahannya berupa seekor kambing atau domba (bisa dibandingkan dalam aturan
hukum Taurat dalam kitab Imamat 12,6-6). Walaupun demikian, mereka tetap taat
menjalankan hukum Taurat Musa, yang bagi mereka bukan sekedar menjalankan
legalitas (melaksanakan aturan atau hukum agama dan sipil) tetapi mereka
memaknai persembahan sebagai ibadah kepada Tuhan (ingat: persembahan sebagai
ibadah dan bukan sebagai aturan).
Mereka juga mempersembahkan Yesus, yang oleh Tuhan Allah telah diserahkan
dalam asuhan mereka. Bagian penutup Injil sangat menarik, dan menjadi
karakteristik Keluarga Kudus Nazaret. Bagian ini mengatakan: “dalam asuhan
mereka, Yesus makin bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih
karunia Allah ada ada pada-Nya”, meyakinkan kepada kita Keluarga Yusuf dan
Maria sungguh-sungguh mengasuh Yesus penuh kasih sayang dan cinta.
Mereka mencukupi kebutuhan
jasmaninya sehingga Ia semakin bertambah besar dan kuat, mereka memberikan
pendidikan yang baik sehingga Yesus menjadi penuh hikmat, dan mereka juga
membantu-Nya bertumbuh dan berkembang secara spiritual sehingga Yesus penuh
dengan kasih karunia Allah.
KELUARGA
NAZARETH
Yusuf Pelindung dan
Penurut
Walaupun tidak dikatakan oleh Injil Lukas pada hari ini kepada kita, namun
secara umum, kita dapat melihat bahwa Yusuf adalah seorang suami dan ayah yang
penurut terhadap apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Yusuf tidak pernah
protes dalam melaksanakan perintah Tuhan, walaupun itu hanya melalui mimpi.
Ketika Tuhan menyuruh dia untuk mengambil Maria sebagai istri, dia laksanakan.
Ketika disuruh untuk bawa ke Mesir dan kembali dari Mesir anak dan istrinya
Maria, juga juga ikut saja, tanpa protes.
Sikap Yusuf juga nampak bahwa dia sebagai seorang suami dan ayah yang
selalu melindungi Maria dan Yesus. Ketika ada ancaman dari Raja Herodes, dia
cepat mengikuti perintah Tuhan untuk menyelamatkan Maria dan Yesus ke Mesir.
Yusuf adalah seorang suami dan ayah yang bertaruh seluruh hidupnya untuk
melindungi istri dan anaknya, yang adalah Anak Allah.
Maria: Penurut dan
Perawat
Sejak Maria diperkenalkan oleh malaikat bahwa Ia telah mengandung dari Roh
Kudus, Maria dikenal sebagai seorang pribadi yang bersahaja, pendiam (tidak
banyak bicara, tidak rewel, tidak banyak menuntut) tetapi justru menyimpan
semua perkara di dalam hatinya, setia merawat dan membesarkan bayi Yesus itu.
Di hadapan Tuhan Maria adalah pribadi yang penurut dan pendengar setia. Apa
yang diperintahkan Tuhan, walaupun itu hanya melalui malaikat, Maria laksanakan
dengan taat dan setia.
Selain itu, Maria juga setia membesarkan dan mendidik Yesus sebagai pribadi
yang kokoh dan kuat. Kita tahu bahwa selama 12 tahun, Yesus hidup dan bertumbuh
bersama Maria dan Yusuf di dalam keluarga, dan tentu, Yesus dididik dan dirawat
dengan sangat baik. Anak yang baik dan sukses muncul dari orang tua yang setia
merawatnya dengan setia, sabar dan bertanggung jawab.
Yesus: Taat dan
Bertambah Besar
tidak banyak dikatakan tentang Yesus sampai DIA berumur 12 tahun. Tetapi
dalam Injil hari ini, dikatakan bahwa Yesus bertambah besar dan menjadi kuat,
penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. Ini berarti bahwa Yesus
yang masih kecil dan sampai berumur 12 tahun, selalu siap dibina, dididik dan
diarahkan oleh orang tua-Nya Yusuf dan Maria. Yesus adalah anak yang taat,
patuh, tidak juga banyak protes, dan terus bertumbuh serta berkembang menuju
kedewasaan-Nya.
CONCLUSIO
Hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus. Kenapa keluarga Yusuf dan
Maria disebut keluarga kudus? Apakah karena mereka tidak pernah cekcok? Apakah
karena mereka selalu rajin pergi ke Bait Allah atau apakah mereka tidak pernah
melakukan kesalahan dalam hidup berkeluarga? Saya yakin bukan! Mereka disebut
Keluarga Kudus karena hadir di sana, Yesus Kristus Putra Allah. Kehadiran Yesus
menguduskan hidup keluarga itu secara lahir maupun batin. Suasana hidup
keluarga dipengaruhi oleh kasih dan damai yang dibawa Yesus.
Oleh karena itu, kalau kita orang-orang percaya ini mau menjadikan keluarga
kita sebagai keluarga kudus, pertama-tama bukan berarti keluarga kita harus
bebas dari salah, bukan berarti tiap-tiap anggota tidak melakukan kekeliruan,
melainkan keluarga yang mau menerima serta membiarkan diri dipengaruhi oleh
Yesus.
Yang paling penting ialah bagaimana kita berusaha untuk menciptakan sebuah
sebuah keluarga (dan juga komunitas) sebagai Gereja mini dan rumah makan mini
di dalamnya ada doa, ada makan bersama, ada cerita bersama, ada saling menghormati,
patuh, setia, dan lain sebagainya. Keluarga bukanlah sebuah apartemen, di mana
masing-masing boleh datang, tidur, makan dan pergi seenaknya, tapi keluarga
adalah sebuah kebersamaan di dalam Allah, kebersamaan di dalam Kristus.
Dan salah satu tugas kita semua ialah bagaimana membuat semua anggota
keluarga kita untuk merasa nyaman dan memiliki kerinduan untuk pulang dan
tinggal di dalam rumah keluarga kita. Kuncinya terletak pada komitmen untuk
selalu berdoa dan beribadat kepada Tuhan, dan komitmen kita untuk menghayati
“hukum” perkawinan Katolik yang menuntut kesetiaan seumur hidup dan pemberian
diri secara total kepada suami, kepada istri, kepada anak, kepada keluarga dan
komunitas kita.
Telukdalam,
28 Desember 2014