Sabtu, 03 Januari 2015

Kotbah Hari Raya Penampakan, B - 2015

Bacaan Pertama       : Yes 60,1-16
Mazmur Tggpn       : 72
Bacaan Kedua          : Ef 3,2-2a.5-6
Bacaan Injil             : Matius 2,1-12


KEMULIAAN TUHAN TERBIT ATAS KITA


EXORDIUM:
Menurut Evagrius Pontikus, pertapa Kristiani abad ke-4, hasrat manusia keluar dari tiga sumber, yaitu keinginan, emosi dan intelektual. Di balik hasrat itu ada jeritan jiwa yang rindu bersatu dengan Allah. Salah satu keinginan manusia adalah menjadi kaya. Mengapa kita ingin kaya? Agar tatkala sakit ada uang untuk berobat. Tatkala menyekolahkan anak ada biaya. Tatkala ingin liburan di luar negeri ada uang, dsb. Maka di balik hasrat ingin kaya, ada kerinduan jiwa untuk aman dan tenteram, terjamin. Siapa yang bisa menjamin jiwa kita? Bukan kekayaan, tetapi Allah. Maka bila kekayaan menjadi fokus hidup, jiwa akan merana dan kecewa. Sebaliknya, bila peka terhadap jeritan jiwa di balik ingin kaya itu dan setia mengikutinya, maka harta kekayaan menjadi sarana memuliakan Allah dan membantu sesama.

CORPUS
Dalam Injil Hari Raya Penampakan Tuhan ada dua kelompok yang mencari Yesus dengan motivasi yang berbeda. Pertama, tiga majus dari Timur. Motivasi mereka mencari Yesus adalah memenuhi kerinduan jiwa untuk menyembah Dia. Maka harta kekayaan menjadi persembahan. Perjumpaan dengan Yesus merupakan harta yang tak ternilai harganya dan kekayaan menjadi relatif nilainya. Inilah orang yang terbuka hatinya untuk dibimbing oleh Allah (bintang) dan perjumpaan dengan Allah itu membarui hidup. Dikatakan: "mereka pulang ke negerinya melalui jalan lain!". Mereka meninggalkan cara hidup lama dan mulai hidup yang baru. Kedua, Raja Herodes mencari Yesus dengan motivasi ingin membunuh-Nya karena ia takut popularitasnya terancam dengan kelahiran Yesus. Dirinya harus disembah dan dimuliakan. Yesus harus dibunuh karena menjadi ancaman.

CONCLUSIO
Harta benda dan peristiwa di dunia ini bagaikan bintang petunjuk menuju Allah. Tinggal sikap kita: apakah kita setia pada jeritan jiwa yang rindu menyembah Allah atau kita membiarkan diri dikuasai oleh hasrat manusiawi, hasrat serakah atau mencari popularitas diri. 

Telukdalam, 28 Desember 2014

Kotbah Keluarga Kudus, B - 2015

Bacaan Pertama       : Kej 15,1-6; 21,1-3
Mazmur Tggpn       : 105
Bacaan Kedua          : Ibrani 11,8.11-12.17-19
Bacaan Injil             : Lukas 2,22-40


MEMBANGUN KELUARGA YANG KUDUS

EXORDIUM:
Kita semua hidup dan bertumbuh di dalam keluarga. Dan bagaimana situasi dalam keluarga kita, kita semua bisa mengalami sendiri. Namun secara umum, kita sering mendengarkan situasi kehidupan berkeluarga, baik kita sendiri maupun orang lain.
Karena itu, tidak heran jika kita mendengar cerita dan melihat dari dekat bahwa keluarga si A itu selalu rukun, baik, selalu bersama-sama kalau bepergian, ada doa bersama waktu makan dan sebelum dan setelah bangun tidur, dan lain-lain. Tetapi tidak heran juga kita dengar dan kita lihat bahwa ada keluarga yang tidak akur, tidak pernah ada makan bersama dalam keluarga setelah 5 atau 6 tahun menikah, bertengkar terus setiap hari, masing-masing tidak tahu siapa pergi ke mana dan kapan juga kembali, ada juga salah seorang dari mereka yang lari kembali ke rumah orangtuanya, ada juga yang disebut dengan single parent, ada juga kekerasan dalam rumah tangga, dan masih banyak lagi.
Hari ini, Gereja Katolik kita memestakan hari Keluarga Kudus Nazareth. Pesta Keluarga Kudus Nazareth ini ditetapkan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1893 yang dirayakan antara tanggal 7 sd 13 Januari setiap tahunnya. Namun sejak tahun 1969, dirayakan pada hari Minggu Pertama setelah Natal, antara Natal dan Tahun Baru.
Paus Leo XIII menetapkan Hari Raya Keluarga Kudus dengan maksud agar semua orang dan keluarga Katolik, terutama setelah Natal, bisa sebentar mengarahkan perhatian mereka secara khusus kepada hidup keluarga kudus di Nazareth sebagai model atau contoh kehidupan keluarga mereka.
  
CORPUS
Bagaimana bacaan-bacaan pada hari mengajarkan kita tentang ciri khas dari hidup keluarga kudus itu?
Bacaan pertama
Bacaan Injil hari ini memberikan gambaran kepada kita seperti apakah cara hidup Keluarga Kudus Nazaret. Secara ekonomis, mereka bukan keluarga kaya. Hal ini nampak dari persembahan mereka yang hanya berupa “sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati” padahal biasanya bagi keluarga yang mampu, persembahannya berupa seekor kambing atau domba (bisa dibandingkan dalam aturan hukum Taurat dalam kitab Imamat 12,6-6). Walaupun demikian, mereka tetap taat menjalankan hukum Taurat Musa, yang bagi mereka bukan sekedar menjalankan legalitas (melaksanakan aturan atau hukum agama dan sipil) tetapi mereka memaknai persembahan sebagai ibadah kepada Tuhan (ingat: persembahan sebagai ibadah dan bukan sebagai aturan).
Mereka juga mempersembahkan Yesus, yang oleh Tuhan Allah telah diserahkan dalam asuhan mereka. Bagian penutup Injil sangat menarik, dan menjadi karakteristik Keluarga Kudus Nazaret. Bagian ini mengatakan: “dalam asuhan mereka, Yesus makin bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada ada pada-Nya”, meyakinkan kepada kita Keluarga Yusuf dan Maria sungguh-sungguh mengasuh Yesus penuh kasih sayang dan cinta.
Mereka mencukupi kebutuhan jasmaninya sehingga Ia semakin bertambah besar dan kuat, mereka memberikan pendidikan yang baik sehingga Yesus menjadi penuh hikmat, dan mereka juga membantu-Nya bertumbuh dan berkembang secara spiritual sehingga Yesus penuh dengan kasih karunia Allah.

KELUARGA NAZARETH
Yusuf Pelindung dan Penurut
Walaupun tidak dikatakan oleh Injil Lukas pada hari ini kepada kita, namun secara umum, kita dapat melihat bahwa Yusuf adalah seorang suami dan ayah yang penurut terhadap apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Yusuf tidak pernah protes dalam melaksanakan perintah Tuhan, walaupun itu hanya melalui mimpi. Ketika Tuhan menyuruh dia untuk mengambil Maria sebagai istri, dia laksanakan. Ketika disuruh untuk bawa ke Mesir dan kembali dari Mesir anak dan istrinya Maria, juga juga ikut saja, tanpa protes.
Sikap Yusuf juga nampak bahwa dia sebagai seorang suami dan ayah yang selalu melindungi Maria dan Yesus. Ketika ada ancaman dari Raja Herodes, dia cepat mengikuti perintah Tuhan untuk menyelamatkan Maria dan Yesus ke Mesir. Yusuf adalah seorang suami dan ayah yang bertaruh seluruh hidupnya untuk melindungi istri dan anaknya, yang adalah Anak Allah.

Maria: Penurut dan Perawat
Sejak Maria diperkenalkan oleh malaikat bahwa Ia telah mengandung dari Roh Kudus, Maria dikenal sebagai seorang pribadi yang bersahaja, pendiam (tidak banyak bicara, tidak rewel, tidak banyak menuntut) tetapi justru menyimpan semua perkara di dalam hatinya, setia merawat dan membesarkan bayi Yesus itu. Di hadapan Tuhan Maria adalah pribadi yang penurut dan pendengar setia. Apa yang diperintahkan Tuhan, walaupun itu hanya melalui malaikat, Maria laksanakan dengan taat dan setia.
Selain itu, Maria juga setia membesarkan dan mendidik Yesus sebagai pribadi yang kokoh dan kuat. Kita tahu bahwa selama 12 tahun, Yesus hidup dan bertumbuh bersama Maria dan Yusuf di dalam keluarga, dan tentu, Yesus dididik dan dirawat dengan sangat baik. Anak yang baik dan sukses muncul dari orang tua yang setia merawatnya dengan setia, sabar dan bertanggung jawab.

Yesus: Taat dan Bertambah Besar
tidak banyak dikatakan tentang Yesus sampai DIA berumur 12 tahun. Tetapi dalam Injil hari ini, dikatakan bahwa Yesus bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. Ini berarti bahwa Yesus yang masih kecil dan sampai berumur 12 tahun, selalu siap dibina, dididik dan diarahkan oleh orang tua-Nya Yusuf dan Maria. Yesus adalah anak yang taat, patuh, tidak juga banyak protes, dan terus bertumbuh serta berkembang menuju kedewasaan-Nya.

CONCLUSIO
Hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus. Kenapa keluarga Yusuf dan Maria disebut keluarga kudus? Apakah karena mereka tidak pernah cekcok? Apakah karena mereka selalu rajin pergi ke Bait Allah atau apakah mereka tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup berkeluarga? Saya yakin bukan! Mereka disebut Keluarga Kudus karena hadir di sana, Yesus Kristus Putra Allah. Kehadiran Yesus menguduskan hidup keluarga itu secara lahir maupun batin. Suasana hidup keluarga dipengaruhi oleh kasih dan damai yang dibawa Yesus.
Oleh karena itu, kalau kita orang-orang percaya ini mau menjadikan keluarga kita sebagai keluarga kudus, pertama-tama bukan berarti keluarga kita harus bebas dari salah, bukan berarti tiap-tiap anggota tidak melakukan kekeliruan, melainkan keluarga yang mau menerima serta membiarkan diri dipengaruhi oleh Yesus.
Yang paling penting ialah bagaimana kita berusaha untuk menciptakan sebuah sebuah keluarga (dan juga komunitas) sebagai Gereja mini dan rumah makan mini di dalamnya ada doa, ada makan bersama, ada cerita bersama, ada saling menghormati, patuh, setia, dan lain sebagainya. Keluarga bukanlah sebuah apartemen, di mana masing-masing boleh datang, tidur, makan dan pergi seenaknya, tapi keluarga adalah sebuah kebersamaan di dalam Allah, kebersamaan di dalam Kristus.
Dan salah satu tugas kita semua ialah bagaimana membuat semua anggota keluarga kita untuk merasa nyaman dan memiliki kerinduan untuk pulang dan tinggal di dalam rumah keluarga kita. Kuncinya terletak pada komitmen untuk selalu berdoa dan beribadat kepada Tuhan, dan komitmen kita untuk menghayati “hukum” perkawinan Katolik yang menuntut kesetiaan seumur hidup dan pemberian diri secara total kepada suami, kepada istri, kepada anak, kepada keluarga dan komunitas kita.

Telukdalam, 28 Desember 2014

Kotbah Hari Raya Natal, B - 25 Desember 2014

Bacaan Pertama       : Yesaya, 52,7-10
Mazmur Tgpn         : 97
Bacaan Kedua          : Ibrani, 1,1-6

Bacaan Injil             : Yohanes 1,1-18

FIRMAN ALLAH:
TELAH MENJADI MANUSIA !


EXORDIUM:
Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, tt setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap gereja di hari Natal. Dia sungguh-sungguh tidak percaya.
“Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih,” kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
“Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya…”
Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri Misa menjelang tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka.
“Saya tidak mau menjadi munafik,” jawabnya.
“Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggu kalian semua sampai pulang.”
Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar.
Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.
“Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini”, pikir pria itu. “Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka”? Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam.
“Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk”, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.
Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu.
“Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan,” kata pria itu pada dirinya sendiri, “…dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahukan bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman.”
Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah.
Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata,
“Sekarang saya mengerti,” bisiknya dengan terisak.
“Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia…”



CORPUS
Yang baru lahir itu ialah TERANG
Terdapat lompatan yang sangat terasa dalam bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini. Jika tadi malam kita mendengar cerita seputar Natal atau seputar kelahiran Yesus, sebaliknya hari ini bacaan-bacaan tidak memberikan kita cerita tentang kelahiran Yesus itu. Injil Yohanes bahkan menempatkan di awal Injilnya tentang kisah “Firman yang menjadi Manusia”. Dalam bacaan pertama diceritakan tentang ajakan untuk bersorak-sorai kepada semua bangsa Israel yang sedang runtuh. Namun di tengah keruntuhan itu, bangsa Israel harus tetap berusaha bergembira, berduka cita, bersorak-sorai bersama-sama, karena Tuhan akan menghibur mereka. Sedangkan dalam bacaan kedua, Surat kepada orang Ibrani mengajarkan kepada kita tentang Yesus yang akan berbicara tentang diri-Nya sendiri. Kalau pada jaman Perjanjian Lama, para nabilah yang berbicara, sedangkan sekarang, Putera Allah sendirilah yang langsung berbicara.

Mengapa Tidak Menyentuh Cerita seputar Natal?
Dalam perkembangan sejarah Gereja, dilihat bahwa orang sering terlena dengan kegiatan Natal yang mewah dan secara tidak sadar, mereka melupakan bahwa terdapat sebuah misteri besar dari peristiwa seputar Natal itu. Orang kristen telalu asyik dengan pesta-pesta Natal, dan mempunyai kecenderungan untuk mengagungkan Natal di atas dari pesta-pesta yang lain.
Karena itu, Gereja mengajak kita untuk merenungkan bahwa bayi yang baru lahir itu bukanlah bayi biasa, bukanlah bayi yang sama begitu saja dengan bayi-bayi manusia yang lain, melainkan bayi FIRMAN YANG MENJADI MANUSIA. Bayi yang baru lahir itulah yang disebut oleh Injil Yohanes: sebagai SABDA YANG MENJADI MANUSIA, YANG PADA MULANYA ADALAH SABDA, YANG ADALAH TERANG ITU, YANG SEKARANG TINGGAL BERSAMA KITA. Terang itu bukan tiba-tiba datang, tetapi kedatangan-Nya sudah diramalkan sejak lama, sejak penciptaan manusia oleh Tuhan. Terang itu ialah Allah sendiri, Putera-Nya sendiri yang kita lahir untuk kita.


CONCLUSIO
Terdapat dua hal yang hendak kita renungkan pada hari Raya Natal ini:
  1. Tidak terlena pada pesta duniawi
Tidak dapat disangkal bahwa Natal selalu memberikan rasa gembira, rasa sukacita dan rasa damai untuk kita semua, baik di dalam rumah, komunitas, kelompok atau dalam sebuah grup tertentu. Tetapi melalui bacaan-bacaan hari ini, kita diajak untuk tidak terlena dengan kegembiraan duniawi atau kegembiraan lahiriah, melainkan mengisinya dengan kepercayaan bahwa yang sedang kita rayakan itu ialah Sabda yang menjadi Manusia. Dialah Allah sendiri, yang hadir sebagai hadiah terbesar untuk kita dan menyatakan diri sebagai Allah. Maka yang lebih penting ialah bukan pesta-pesta lahiriah, melainkan ajakan untuk PERCAYA kepada Sang Sabda yang menjadi Daging itu.
  1. Kehadiran dan kelahiran-Nya sebagai Allah dan Manusia
Melalui bacaan-bacaan para hari ini, Gereja ingin mengajak kita beriman secara benar, bahwa yang baru lahir itu ialah bukan hanya manusia biasa, bukan hanya Allah saja, melainkan kesempurnaan Allah dan Manusia. Jadi Yesus yang baru lahir itu ialah memiliki dua kualitasnya: Allah dan Manusia.
Dalam sejarah Gereja, banyak orang yang diekskomunikasi karena beriman dan mengajarkan secara salah, bahwa Yesus itu hanya Allah saja, hanya hanya manusia saja, atau hanya pura-pura mengambil bentuk sebagai manusia. Tetapi Gereja justru mengajarkan bahwa Yesus yang baru lahir itu, sungguh Allah dan sungguh Manusia.


Telukdalam, 25 Desember 2014

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...