Sabtu, 03 Januari 2015

Kotbah Keluarga Kudus, B - 2015

Bacaan Pertama       : Kej 15,1-6; 21,1-3
Mazmur Tggpn       : 105
Bacaan Kedua          : Ibrani 11,8.11-12.17-19
Bacaan Injil             : Lukas 2,22-40


MEMBANGUN KELUARGA YANG KUDUS

EXORDIUM:
Kita semua hidup dan bertumbuh di dalam keluarga. Dan bagaimana situasi dalam keluarga kita, kita semua bisa mengalami sendiri. Namun secara umum, kita sering mendengarkan situasi kehidupan berkeluarga, baik kita sendiri maupun orang lain.
Karena itu, tidak heran jika kita mendengar cerita dan melihat dari dekat bahwa keluarga si A itu selalu rukun, baik, selalu bersama-sama kalau bepergian, ada doa bersama waktu makan dan sebelum dan setelah bangun tidur, dan lain-lain. Tetapi tidak heran juga kita dengar dan kita lihat bahwa ada keluarga yang tidak akur, tidak pernah ada makan bersama dalam keluarga setelah 5 atau 6 tahun menikah, bertengkar terus setiap hari, masing-masing tidak tahu siapa pergi ke mana dan kapan juga kembali, ada juga salah seorang dari mereka yang lari kembali ke rumah orangtuanya, ada juga yang disebut dengan single parent, ada juga kekerasan dalam rumah tangga, dan masih banyak lagi.
Hari ini, Gereja Katolik kita memestakan hari Keluarga Kudus Nazareth. Pesta Keluarga Kudus Nazareth ini ditetapkan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1893 yang dirayakan antara tanggal 7 sd 13 Januari setiap tahunnya. Namun sejak tahun 1969, dirayakan pada hari Minggu Pertama setelah Natal, antara Natal dan Tahun Baru.
Paus Leo XIII menetapkan Hari Raya Keluarga Kudus dengan maksud agar semua orang dan keluarga Katolik, terutama setelah Natal, bisa sebentar mengarahkan perhatian mereka secara khusus kepada hidup keluarga kudus di Nazareth sebagai model atau contoh kehidupan keluarga mereka.
  
CORPUS
Bagaimana bacaan-bacaan pada hari mengajarkan kita tentang ciri khas dari hidup keluarga kudus itu?
Bacaan pertama
Bacaan Injil hari ini memberikan gambaran kepada kita seperti apakah cara hidup Keluarga Kudus Nazaret. Secara ekonomis, mereka bukan keluarga kaya. Hal ini nampak dari persembahan mereka yang hanya berupa “sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati” padahal biasanya bagi keluarga yang mampu, persembahannya berupa seekor kambing atau domba (bisa dibandingkan dalam aturan hukum Taurat dalam kitab Imamat 12,6-6). Walaupun demikian, mereka tetap taat menjalankan hukum Taurat Musa, yang bagi mereka bukan sekedar menjalankan legalitas (melaksanakan aturan atau hukum agama dan sipil) tetapi mereka memaknai persembahan sebagai ibadah kepada Tuhan (ingat: persembahan sebagai ibadah dan bukan sebagai aturan).
Mereka juga mempersembahkan Yesus, yang oleh Tuhan Allah telah diserahkan dalam asuhan mereka. Bagian penutup Injil sangat menarik, dan menjadi karakteristik Keluarga Kudus Nazaret. Bagian ini mengatakan: “dalam asuhan mereka, Yesus makin bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada ada pada-Nya”, meyakinkan kepada kita Keluarga Yusuf dan Maria sungguh-sungguh mengasuh Yesus penuh kasih sayang dan cinta.
Mereka mencukupi kebutuhan jasmaninya sehingga Ia semakin bertambah besar dan kuat, mereka memberikan pendidikan yang baik sehingga Yesus menjadi penuh hikmat, dan mereka juga membantu-Nya bertumbuh dan berkembang secara spiritual sehingga Yesus penuh dengan kasih karunia Allah.

KELUARGA NAZARETH
Yusuf Pelindung dan Penurut
Walaupun tidak dikatakan oleh Injil Lukas pada hari ini kepada kita, namun secara umum, kita dapat melihat bahwa Yusuf adalah seorang suami dan ayah yang penurut terhadap apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Yusuf tidak pernah protes dalam melaksanakan perintah Tuhan, walaupun itu hanya melalui mimpi. Ketika Tuhan menyuruh dia untuk mengambil Maria sebagai istri, dia laksanakan. Ketika disuruh untuk bawa ke Mesir dan kembali dari Mesir anak dan istrinya Maria, juga juga ikut saja, tanpa protes.
Sikap Yusuf juga nampak bahwa dia sebagai seorang suami dan ayah yang selalu melindungi Maria dan Yesus. Ketika ada ancaman dari Raja Herodes, dia cepat mengikuti perintah Tuhan untuk menyelamatkan Maria dan Yesus ke Mesir. Yusuf adalah seorang suami dan ayah yang bertaruh seluruh hidupnya untuk melindungi istri dan anaknya, yang adalah Anak Allah.

Maria: Penurut dan Perawat
Sejak Maria diperkenalkan oleh malaikat bahwa Ia telah mengandung dari Roh Kudus, Maria dikenal sebagai seorang pribadi yang bersahaja, pendiam (tidak banyak bicara, tidak rewel, tidak banyak menuntut) tetapi justru menyimpan semua perkara di dalam hatinya, setia merawat dan membesarkan bayi Yesus itu. Di hadapan Tuhan Maria adalah pribadi yang penurut dan pendengar setia. Apa yang diperintahkan Tuhan, walaupun itu hanya melalui malaikat, Maria laksanakan dengan taat dan setia.
Selain itu, Maria juga setia membesarkan dan mendidik Yesus sebagai pribadi yang kokoh dan kuat. Kita tahu bahwa selama 12 tahun, Yesus hidup dan bertumbuh bersama Maria dan Yusuf di dalam keluarga, dan tentu, Yesus dididik dan dirawat dengan sangat baik. Anak yang baik dan sukses muncul dari orang tua yang setia merawatnya dengan setia, sabar dan bertanggung jawab.

Yesus: Taat dan Bertambah Besar
tidak banyak dikatakan tentang Yesus sampai DIA berumur 12 tahun. Tetapi dalam Injil hari ini, dikatakan bahwa Yesus bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. Ini berarti bahwa Yesus yang masih kecil dan sampai berumur 12 tahun, selalu siap dibina, dididik dan diarahkan oleh orang tua-Nya Yusuf dan Maria. Yesus adalah anak yang taat, patuh, tidak juga banyak protes, dan terus bertumbuh serta berkembang menuju kedewasaan-Nya.

CONCLUSIO
Hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus. Kenapa keluarga Yusuf dan Maria disebut keluarga kudus? Apakah karena mereka tidak pernah cekcok? Apakah karena mereka selalu rajin pergi ke Bait Allah atau apakah mereka tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup berkeluarga? Saya yakin bukan! Mereka disebut Keluarga Kudus karena hadir di sana, Yesus Kristus Putra Allah. Kehadiran Yesus menguduskan hidup keluarga itu secara lahir maupun batin. Suasana hidup keluarga dipengaruhi oleh kasih dan damai yang dibawa Yesus.
Oleh karena itu, kalau kita orang-orang percaya ini mau menjadikan keluarga kita sebagai keluarga kudus, pertama-tama bukan berarti keluarga kita harus bebas dari salah, bukan berarti tiap-tiap anggota tidak melakukan kekeliruan, melainkan keluarga yang mau menerima serta membiarkan diri dipengaruhi oleh Yesus.
Yang paling penting ialah bagaimana kita berusaha untuk menciptakan sebuah sebuah keluarga (dan juga komunitas) sebagai Gereja mini dan rumah makan mini di dalamnya ada doa, ada makan bersama, ada cerita bersama, ada saling menghormati, patuh, setia, dan lain sebagainya. Keluarga bukanlah sebuah apartemen, di mana masing-masing boleh datang, tidur, makan dan pergi seenaknya, tapi keluarga adalah sebuah kebersamaan di dalam Allah, kebersamaan di dalam Kristus.
Dan salah satu tugas kita semua ialah bagaimana membuat semua anggota keluarga kita untuk merasa nyaman dan memiliki kerinduan untuk pulang dan tinggal di dalam rumah keluarga kita. Kuncinya terletak pada komitmen untuk selalu berdoa dan beribadat kepada Tuhan, dan komitmen kita untuk menghayati “hukum” perkawinan Katolik yang menuntut kesetiaan seumur hidup dan pemberian diri secara total kepada suami, kepada istri, kepada anak, kepada keluarga dan komunitas kita.

Telukdalam, 28 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...