Minggu, 21 Desember 2014

Kotbah Minggu Adven ke-3, B


“BELAJAR DARI YOHANES PEMBAPTIS:
PENANTIAN, PENGHARAPAN, KEJUJURAN DAN KERENDAHAN HATI!”


EXORDIUM:
Ada tiga orang anak kecil yang sedang berbagi pengalaman mereka. Mungkin suatu ketiga, orang tua mereka masing-masing pernah membawa mereka jalan-jalan di kebun binatang, dan di tempat yang berbeda pula. Anak yang pertama bercerita kalau dia pernah pergi ke Museum di Gunungsitoli dan melihat di sana ada buaya dan binatang-binatang lainnya yang cantik-cantik, yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Anak kedua juga tidak mau kalah. Dia mengatakan bahwa dia pernah ke Medan dan dia pernah dibawa orang tuanya jalan-jalan ke kebun binatang, dan di sana ada Zebra dan juga Harimau yang besar-besar. Indah sekali pemandangannya. Nah, anak yang ketiga juga tidak mau kalah. Dia katakan bahwa beberapa waktu lalu, dia pernah dibawa oleh orang tuanya ke Jakarta dan pergi bertamasya ke Dufan (dunia fantasi) di Ancol. Di sana dia melihat banyak juga binatang seperti kuda, rusa, dan Gajah yang besar serta permainan-permainan yang mirip seperti di Pasar Natal lapangan Orurusa di malam hari. Begitulah ketiga anak itu terus bercerita, dan sepertinya yang satu tidak mau kalah dari yang lainnya. Mereka ingin tampil lebih dari yang lain. Tidak seorangpun tahu berapa persen kebenaran dan berapa persen kebohongan dari cerita anak-anak ini.
  
CORPUS
Bapak/ibu ...., kebohongan sering dirangkai manusia supaya menimbulkan kesan baik, hebat, dan terpandang serta terhormat oleh orang lain.
Bacaan-bacaan kitab suci pada hari Minggu Adven ketiga ini menampilkan sikap kerendahan hati para utusan Allah. Bacaan pertama menampilkan Nabi Yesaya dengan sikap kerendahan hati serta kejujurannya di hadapan bangsa Israel. Dia katakan: “Roh Tuhan menaungi aku, karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan khabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati...”. Demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan pujian di hadapan segala bangsa.
Di sini bapak-ibu, dan saudara/i terkasih. Dengan penuh kerendahan hati, Yesaya ingin menampilkan diri sebagai utusan Allah yang jujur, dan tidak takut mengatakan hal yang sesungguhnya yang harus dia lakukan. Nabi Yesaya tidak ingin menyembunyikan tugas yang diterima dari Allah, tetapi dia dengan jujur, berani dan rendah hati bahwa dialah yang diutus Allah untuk mewartakan khabar baik. Dengan kejujuran dan keberaniannya, Yesaya tidak takut kepada orang-orang yang mungkin akan membenci dan menyingkirkan dia. Dia berani dan dengan lantang mewartakan pertobatan kepada bangsa Israel, yang senantiasa menjauhkan diri dari Allah.
Bapak/ibu saudara/i..., kejujuran, ketaatan, kerendahan hati dan keberanian Nabi Yesaya juga ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis dalam bacaan Injil hari ini. “Aku bukan Mesias”, adalah jawaban kejujuran Yohanes Pembaptis kepada orang-orang yang bertanya kepadanya, tentang n”apakah dia Mesias”. Dengan jujur, rendah hati, berani dan terbuka, Yohanes menjawab: “Aku bukan Messias”. Sebenarnya Yohanes punya kesempatan untuk menonjolkan dirinya, karena orang Israel semakin menaruh pengharapan kepadanya. Orang Israel bahkan mulai percaya bahwa Yohaneslah adalah Nabi yang sedang ditunggu-tunggu itu. Yohanes justru selalu menjawab: “Bukan! Aku bukan Mesias! Aku juga bukan nabi yang akan datang itu, seperti yang sedang kalian tunggu. Aku hanyalah seorang yang berseru-seru di Padang gurun: “luruskanlah jalan Tuhan, seperti yang telah dikatakan oleh nabi Yesaya”.
Bapak/ibu..., penegasan Yohanes Pembaptis berpuncak pada gagasan yang dikatakan juga secara terbuka, rendah hati dan jujur kepada bangsa Israel bahwa: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengahmu berdiri DIA yang tidak kamu kenal, yaitu DIA, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasutnya pun, aku tidak layak”. Yohanes sadar bahwa dia harus pelan-pelan mundur dari pewartaannya, serta sekaligus membiarkan Yesus tampil sebagai seseorang yang sedang ditunggu-tunggu. Yohanes Pembaptis tahu diri dan sadar diri, bahwa bukan dia yang harus dikenal. Yang harus dikenal dan dipahami oleh bangsa Israel ialah Putera Allah, Yesus sendiri. Yohanes tahu bahwa dia hanyalah utusan yang mendahului, bukan sentral dari penantian bangsa Israel.


 CONCLUSIO
 Masa Adven ialah masa penantian, pengharapan dan sukacita. Namun masa Adven adalah masa di mana kita belajar beriman dan bertingkah laku dari Yohanes Pembaptis serta belajar kerendahan hati, kejujuran, ketulusan, ketaatan dan tahu diri di hadapan Allah. Bagaimanakah cara kita menanti, bagaimanakah cara kita berharap, dan bagaimanakah cara kita bersuka cita dalam mengisi masa Adven itu?
  1.  Agar kita nanti bisa layak dan pantas serta berduka cita di hari kelahiran Tuhan, maka sekarang kita seharusnya meningkatkan perbaikan tingkah laku kita dan sikap kita untuk mencoba jujur, terbuka, rendah hati serta tahu diri bahwa kita adalah orang-orang yang penuh dengan kekurangan di hadapan Allah.
  2. Seperti Yohanes Pembaptis, kita juga diajak untuk puasa atau menahan diri memamerkan diri kita, atau menonjolkan diri kita. Kita diajak untuk mengutamakan orang lain, membuat orang lain tampil untuk makin berkembang dalam hidup, membuat orang lain juga sukses, membuat orang lain juga menemukan nilai-nilai hidup yang sedang dicarinya. Begitulah kita belajar dari Yohanes Pembaptis pada hari ini, untuk tidak mengatakan kepada sesama kita: “Saya dulu”, atau mengutamakan kepentingan diri sendiri; melainkan mencoba untuk mengutamakan diri orang lain. Dengan itu, kita bisa menghayati masa Adven ini dengan baik, dengan pantas dan layak dan akhirnya kita juga menyiapkan hati kita untuk kedatangan Tuhan Yesus, atau kelahiran Tuhan Yesus dalam diri kita dan dalam keluarga kita masing-masing.
  3. Selamat menghayati masa Adven... Semoga sukses...!!!


Telukdalam, 14 Desember 2014
Email: giuslay.zone@gmail.com

Kotbah Minggu Adven ke-4, B


Hari ini adalah Minggu Adven terakhir yang kita rayakan bersama Gereja. Minggu-minggu sebelumnya Gereja menghadirkan tokoh besar yaitu Yohanes Pembaptis. Hari ini Gereja juga menghadirkan tokoh besar lain namun sekaligus seorang perempuan sederhana, yaitu Maria. Kedua tokoh ini sama-sama memiliki peran yang besar dalam menyongsong kelahiran Yesus, Sang Imanuel. Yohanes Pembaptis menyiapkan jalan pertobatan kepada orang Israel dan Maria menyiapkan rahim sucinya untuk mengandung dari Roh Kudus. Kedua tokoh ini memiliki kesamaan yang berani mengambil risiko untuk Allah.

Dalam kisah Kitab Suci Yohanes Pembaptis dikisahkan mati dengan kepala terpenggal di tangan Herodes. Sedangkan Maria menyaksikan penderitaan Putranya hingga mati di salib. Hidup Yohanes Pembaptis dan Maria seluruhnya dipenuhi dengan risiko karena mengiyakan kehendak Allah. Dalam Luk 1:26-38 dikisahkan Maria menerima kabar dari malaikat. Kabar yang mengejutkan karena ia yang masih perawan akan mengandung dan melahirkan Anak laki-laki. Peristiwa itu terjadi begitu singkat dan Maria tanpa berpikir panjang menerima sepenuhnya Sabda Allah itu, meskipun ia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. 

Sejujurnya, Maria memang tak memahami apa yang malaikat sampaikan, tetapi ia berani menjawab “ya”. Maria berani mengambil risiko untuk Allah. Risiko mengandung dan melahirkan bayi laki-laki yang harus ia beri nama Yesus. Ia menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya. Maria memang tak mengalami sesuatu yang berat ketika ia menjawab “ya”. Maria baru sepenuhnya mengerti tanggung jawab dan risiko dari “fiat”-nya itu ketika ia melahirkan Yesus dan hadir dalam hidup Yesus sampai di Golgota, bahkan menyaksikan penderitaan Putranya. 

Perjalanan hidup Maria adalah perjalanan dalam rangka dirinya mengambil risiko untuk Allah. Risiko atas perkataan, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Namun, justru dengan demikian teladan Maria yang mengambil risiko untuk Allah ini justru mengenalkan kepada kita tentang kebaikan dan kemanusiaan Allah yang sebenarnya. 

Marilah kita berani mengambil risiko untuk Allah agar kita juga mampu mengenalkan kebaikan dan kemanusiaan Allah yang sejati kepada mereka yang belum mengenal Allah.
Sumber: http://renunganpagi.blogspot.com/search/label/Renungan%20Minggu%20dan%20Hari%20Raya#gsc.tab=0
Telukdalam, 21 Desember 2014
PSL

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...