Sabtu, 25 Januari 2014

CONTOH KERANGKA TULISAN ILMIAH HASIL PENGAMATAN

MINAT REMAJA DI NIAS TERHADAP KESENIAN TRADISIONAL,
SUATU TINJAUAN KASUS TERHADAP TARI MAENA DAN MOYO
Oleh Karina La'ia


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Hakikat Kesenian Tradisional
2.2.1  Maena
2.2.2  Moyo
2.2  Kelompok Masyarakat Kesenian Tradisional
2.2.1  Kelompok Pendukung
2.2.2  Kelompok Bukan Pendukung
2.2.3  Kelompok Acuh Tak Acauh


BAB III
PROSES PENELITIAN

3.1  Lokasi Penelitian
3.2  Cara Pengambilan Data
3.3  Cara Menganalisis Data


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1  Hasil Observasi
4.2  Hasil Angket
4.3  Hasil Wawancara
4.4  Analisis Data
4.4.1  Maena
4.4.2  Moyo


BAB V
PEMBAHASAN

5.1  Hasil Observasi
5.2  Hasil Angket


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1  Kesimpulan
6.2  Saran

(Sumber: Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI, KTSP 2006. Penerbit Erlangga, hlm. 138 sd 143)

Minggu, 05 Januari 2014

Penampakan Tuhan - 5 Januari 2013

Kotbah HR Penampakan Tuhan, 05.01.2013 - A
Bacaan Pertama       : Yesaya 60,1-6
Mazmur Tggpn       : 71
Bacaan Kedua          : Efesus 3,2-3a.5-6
Bacaan Injil             : Matius, 2,1-12


Kerinduan terdalam akan Allah

EXORDIUM:
Ada sebuah kisah yang menceritakan seorang bapa (orang kudus) imam yang kebiasaannya naik ke menara Gereja dengan maksud supaya dekat dengan Tuhan. Dia meniru Musa yang naik ke Gunung untuk menyatakan kabar sukacita kepada umatnya. Suatu hari dia merasa bahwa dia mendengar suara Tuhan tetapi tidak terlalu jelas. Oleh karena itu dia memanjat dan naik ke menara Gereja. Setelah sampai di atas, dia berteriak ,”Di manakah Engkau Tuhan? Saya tidak mendengar suara-Mu dengan jelas?” Lalu Tuhan menjawab teriakan bapak itu, “Saya ada di bawah, di tengah-tengah teman-temanmu pak. Emang bapak ada di mana?”

CORPUS
Penampakan Allah melalui Tanda-Tanda
Menarik sekali melihat bacaan Injil pada hari ini yang mengisahkan tentang bagaimana bintang berperan dengan sangat baik, untuk menghantar ketiga orang majus itu menemui dan mempersembahkan harta-harta berharga mereka kepada bayi Yesus yang baru lahir itu.
Hal yang sangat menonjol dalam Injil ialah bintang. Dikatakan menonjol karena bintang menjadi penentu dari kepercayaan mereka bertiga dan diyakini mampu membawa mereka kepada seseorang yang sedang mereka cari: bayi Yesus.
Di wilayah Babilonia dan Persia dulu, sekarang Irak & Iran utara, ada orang-orang bijak yang mahir dalam ilmu perbintangan. Mereka biasanya juga berperan sebagai ulama agama setempat. Matius menyebut mereka sebagai "orang-orang majus". Dalam kisah ini mereka mewakili orang-orang bukan Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati dia yang lahir di Betlehem yang bakal menjadi pemimpin umat manusia. Kebijaksanaan para majus ini membawa mereka ke sana.
Bintang adalah tanda atau symbol kehadiran ilahi yang siap menuntun manusia di daerah Timur Tengah untuk memperoleh sesuatu yang sangat berharga. Ketiga orang majus juga percaya bahwa kehadiran bintang yang tiba-tiba itu memberikan sebuah perubahan dalam pencarian mereka akan seorang Raja yang sedang dinantikan orang banyak.

Para Majus: Mewakili bangsa-bangsa di luar Yahudi.
Matius penginjil sengaja menampilkan ketiga orang majus ini untuk mengajarkan kepada umatnya bahwa Allah hadir tidak hanya di Israel, di wilayah bangsa Yahudi, melainkan Allah hadir untuk seluruh dunia, untuk seluruh umat manusia. Allah bukanlah Allah yang egois, tetapi Allah yang terbuka kepada keselamatan seluruh bangsa.
Para majus sebenarnya mewakili kita semua yang non Israel, yang memiliki kerinduan mencari dan bertemu dengan Tuhan, yang merasa tidak puas jika belum bertemu dengan Tuhan, walaupun hanya melalui tanda-tanda, atau peristiwa atau kejadian setiap hari.
Kerinduan itu digambarkan oleh bacaan pertama, di mana bangsa-bangsa bukan Yahudi akan datang berduyun-duyun ke Sion untuk menyembah Allah” dan malah dalam Injil yang lain dikatakan Yesus sendiri: “akan tiba saatnya bahwa orang tidak akan menyembah Allah di gunung ini, tetapi juga di tempat-tempat yang lain”.

Persembahan: Membuka sebuah Pemberian Tulus Kepada Tuhan
Kita kenal juga nama ketiga orang majus dari timur itu: Gaspar, Baltasar dan Melkior dan mereka membawa mur, emas dan kemenyan. Di sini Matius mau menggarmbarkan kemuliaan Kristus sebagai Tuhan yang hadir untuk seluruh bangsa. Dan bangsa-bangsa menanggapi penampakan itu dengan memberikan apa yang paling berharga dalam hidup mereka yaitu, mur, emas dan kemenyan. Inilah bentuk pemberian dari hati, pemberian yang tidak punya harapan untuk dikembalikan, pemberian yang tidak mengharapkan balasan, dan bentuk pemberian atau persembahan inilah yang disebut dengan persembahan tulus, persembahan dari hati, persembahan yang semata-mata menyenangkan Tuhan dan sesama umat manusia.

Keselamatan: Terbuka kepada Bangsa-Bangsa
Melalui kisah penampakan ini, Injil dan Yesaya serta Rasul Paulus mau mengatakan bahwa, sejak kelahiran Yesus, keselamatan itu diperuntukan kepada seluruh manusia. Keselamatan itu diadakan Tuhan untuk semua manusia, tetapai apakah dalam bentuk gratis atau bagaimana?
Melalui peristiwa bintang, Matius mau mengatakan bahwa keselamatan itu ada pada semua manusia, tetapi dia akan bekerja efektif jika orang yang bersangkutan mau mendengarkan Allah yang berbicara melalui tanda-tanda atau kejadian-kejadian serta berusaha melaksanakannya; bukan hanya mendengarkan, tetapi juga mencari dan mendapatkan serta menyembahnya.

CONCLUSIO
Melalui bacaan-bacaan kitab suci yang kita dengarkan pada hari ini, mengajak kita untuk merenungkan beberapa hal penting untuk pertumbuhan iman kita:
  1. Allah berbicara kepada kita melalui penampakkan-penampakkan yang terjadi dalam kehidupan harian kita. Kata-kata dan nasehat sesama (orang dekat atau orang jauh) adalah bukti kehadiran Allah yang berbicara kepada kita. Menghadapi ini, kita kadang meremehkan orang itu karena mungkin statusnya sangat rendah, tidak ada apa-apanya dalam masyarakat. Menghadapi ini, kita seharusnya berusaha untuk melihat hal-hal baik dalam diri sesama, serta berusaha untuk melaksanakannya untuk kebaikan kita.
  2. Bacaan-bacaan kitab suci juga mengajak kita untuk memiliki kerinduan mendalam untuk mencari dan menjumpai Allah. Kita percaya bahwa Allah ada di mana-mana. Tetapi dalam pengertian kita dikatakan bahwa Allah itu ada di dalam Gereja. Pertanyaannya: apakah kita sudah memiliki kerinduan yang sangat untuk selalu berjumpa dengan Yesus dalam diri sesama dan juga dalam rupa ekaristi setiap hari dan setiap hari minggu yang kita rayakan? Atau justru kita sebenarnya tidak memiliki kerinduan itu? Jika kita punya kerinduan itu, kita tidak perlu mencarinya ke atas atap, atau ke atas menara, tetapi kerinduan untuk mencari Allah yang hadir dalam diri orang-orang yang hidup bersama kita (dalam diri istri, suami, anak-anak, rekan kerja, dll) karena melalui merekalah Allah menyapa kita, Allah menampakkan diri kepada kita semua.
  3. Melalui bacaan-bacaan hari ini, kita diajak untuk bisa memiliki sikap terbuka untuk mengulurkan bantuan, entah berupa apapun itu, dan terutama kepada orang-orang yang secara material dan spiritual miskin, dan kita melakukannya secara tulus, tanpa ada maksud untuk mendapatkan balasan dalam bentuk lain atau bentuk yang sama. Ketulusan dalam memberi adalah sebuah keutamaan kristiani yang patut kita kembangkan selalu.

Telukdalam, 5 Januari 2014
Email: giuslay.zone@gmail.com

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...