Sabtu, 03 Januari 2015

Kotbah Hari Raya Natal, B - 25 Desember 2014

Bacaan Pertama       : Yesaya, 52,7-10
Mazmur Tgpn         : 97
Bacaan Kedua          : Ibrani, 1,1-6

Bacaan Injil             : Yohanes 1,1-18

FIRMAN ALLAH:
TELAH MENJADI MANUSIA !


EXORDIUM:
Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, tt setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap gereja di hari Natal. Dia sungguh-sungguh tidak percaya.
“Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih,” kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
“Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya…”
Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri Misa menjelang tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka.
“Saya tidak mau menjadi munafik,” jawabnya.
“Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggu kalian semua sampai pulang.”
Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar.
Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.
“Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini”, pikir pria itu. “Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka”? Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam.
“Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk”, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.
Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu.
“Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan,” kata pria itu pada dirinya sendiri, “…dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahukan bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman.”
Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah.
Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata,
“Sekarang saya mengerti,” bisiknya dengan terisak.
“Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia…”



CORPUS
Yang baru lahir itu ialah TERANG
Terdapat lompatan yang sangat terasa dalam bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini. Jika tadi malam kita mendengar cerita seputar Natal atau seputar kelahiran Yesus, sebaliknya hari ini bacaan-bacaan tidak memberikan kita cerita tentang kelahiran Yesus itu. Injil Yohanes bahkan menempatkan di awal Injilnya tentang kisah “Firman yang menjadi Manusia”. Dalam bacaan pertama diceritakan tentang ajakan untuk bersorak-sorai kepada semua bangsa Israel yang sedang runtuh. Namun di tengah keruntuhan itu, bangsa Israel harus tetap berusaha bergembira, berduka cita, bersorak-sorai bersama-sama, karena Tuhan akan menghibur mereka. Sedangkan dalam bacaan kedua, Surat kepada orang Ibrani mengajarkan kepada kita tentang Yesus yang akan berbicara tentang diri-Nya sendiri. Kalau pada jaman Perjanjian Lama, para nabilah yang berbicara, sedangkan sekarang, Putera Allah sendirilah yang langsung berbicara.

Mengapa Tidak Menyentuh Cerita seputar Natal?
Dalam perkembangan sejarah Gereja, dilihat bahwa orang sering terlena dengan kegiatan Natal yang mewah dan secara tidak sadar, mereka melupakan bahwa terdapat sebuah misteri besar dari peristiwa seputar Natal itu. Orang kristen telalu asyik dengan pesta-pesta Natal, dan mempunyai kecenderungan untuk mengagungkan Natal di atas dari pesta-pesta yang lain.
Karena itu, Gereja mengajak kita untuk merenungkan bahwa bayi yang baru lahir itu bukanlah bayi biasa, bukanlah bayi yang sama begitu saja dengan bayi-bayi manusia yang lain, melainkan bayi FIRMAN YANG MENJADI MANUSIA. Bayi yang baru lahir itulah yang disebut oleh Injil Yohanes: sebagai SABDA YANG MENJADI MANUSIA, YANG PADA MULANYA ADALAH SABDA, YANG ADALAH TERANG ITU, YANG SEKARANG TINGGAL BERSAMA KITA. Terang itu bukan tiba-tiba datang, tetapi kedatangan-Nya sudah diramalkan sejak lama, sejak penciptaan manusia oleh Tuhan. Terang itu ialah Allah sendiri, Putera-Nya sendiri yang kita lahir untuk kita.


CONCLUSIO
Terdapat dua hal yang hendak kita renungkan pada hari Raya Natal ini:
  1. Tidak terlena pada pesta duniawi
Tidak dapat disangkal bahwa Natal selalu memberikan rasa gembira, rasa sukacita dan rasa damai untuk kita semua, baik di dalam rumah, komunitas, kelompok atau dalam sebuah grup tertentu. Tetapi melalui bacaan-bacaan hari ini, kita diajak untuk tidak terlena dengan kegembiraan duniawi atau kegembiraan lahiriah, melainkan mengisinya dengan kepercayaan bahwa yang sedang kita rayakan itu ialah Sabda yang menjadi Manusia. Dialah Allah sendiri, yang hadir sebagai hadiah terbesar untuk kita dan menyatakan diri sebagai Allah. Maka yang lebih penting ialah bukan pesta-pesta lahiriah, melainkan ajakan untuk PERCAYA kepada Sang Sabda yang menjadi Daging itu.
  1. Kehadiran dan kelahiran-Nya sebagai Allah dan Manusia
Melalui bacaan-bacaan para hari ini, Gereja ingin mengajak kita beriman secara benar, bahwa yang baru lahir itu ialah bukan hanya manusia biasa, bukan hanya Allah saja, melainkan kesempurnaan Allah dan Manusia. Jadi Yesus yang baru lahir itu ialah memiliki dua kualitasnya: Allah dan Manusia.
Dalam sejarah Gereja, banyak orang yang diekskomunikasi karena beriman dan mengajarkan secara salah, bahwa Yesus itu hanya Allah saja, hanya hanya manusia saja, atau hanya pura-pura mengambil bentuk sebagai manusia. Tetapi Gereja justru mengajarkan bahwa Yesus yang baru lahir itu, sungguh Allah dan sungguh Manusia.


Telukdalam, 25 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...