Bacaan Pertama : Yesaya, 52,7-10
Mazmur Tgpn : 97
Bacaan Kedua : Ibrani,
1,1-6
Bacaan
Injil : Yohanes
1,1-18
FIRMAN ALLAH:
TELAH MENJADI MANUSIA !
EXORDIUM:
Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah
takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati
dan tulus, tt setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang
lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap
gereja di hari Natal. Dia sungguh-sungguh tidak percaya.
“Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih,” kata pria itu
kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
“Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu
adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya…”
Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri Misa menjelang tengah
malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka.
“Saya tidak mau menjadi munafik,” jawabnya.
“Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggu kalian semua sampai
pulang.”
Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat
keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia
kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar.
Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu
terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju
ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia
menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka
telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak
mencari tempat berteduh.
“Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini”, pikir
pria itu. “Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka”? Kemudian ia teringat akan
kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan
tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan
pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan
lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam.
“Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk”, pikirnya. Jadi ia berlari
kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju
untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung
itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di
atas salju.
Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi
justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang
hangat itu.
“Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan,” kata
pria itu pada dirinya sendiri, “…dan saya tidak dapat memikirkan cara lain
untuk memberitahukan bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat
menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka
pada tempat yang aman.”
Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun
selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang
indah.
Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata,
“Sekarang saya mengerti,” bisiknya dengan terisak.
“Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia…”
CORPUS
Yang baru lahir itu ialah
TERANG
Terdapat lompatan yang sangat terasa dalam bacaan-bacaan Kitab Suci pada
hari ini. Jika tadi malam kita mendengar cerita seputar Natal atau seputar
kelahiran Yesus, sebaliknya hari ini bacaan-bacaan tidak memberikan kita cerita
tentang kelahiran Yesus itu. Injil Yohanes bahkan menempatkan di awal Injilnya tentang
kisah “Firman yang menjadi Manusia”. Dalam bacaan pertama diceritakan tentang
ajakan untuk bersorak-sorai kepada semua bangsa Israel yang sedang runtuh.
Namun di tengah keruntuhan itu, bangsa Israel harus tetap berusaha bergembira, berduka
cita, bersorak-sorai bersama-sama, karena Tuhan akan menghibur mereka.
Sedangkan dalam bacaan
kedua, Surat kepada orang Ibrani mengajarkan kepada kita tentang Yesus yang
akan berbicara tentang diri-Nya sendiri. Kalau pada jaman Perjanjian Lama, para
nabilah yang berbicara, sedangkan sekarang, Putera Allah sendirilah yang
langsung berbicara.
Mengapa Tidak Menyentuh
Cerita seputar Natal?
Dalam perkembangan sejarah Gereja, dilihat bahwa orang sering terlena
dengan kegiatan Natal yang mewah dan secara tidak sadar, mereka melupakan bahwa
terdapat sebuah misteri besar dari peristiwa seputar Natal itu. Orang kristen
telalu asyik dengan pesta-pesta Natal, dan mempunyai kecenderungan untuk
mengagungkan Natal di atas dari pesta-pesta yang lain.
Karena itu, Gereja mengajak kita untuk merenungkan bahwa bayi yang baru
lahir itu bukanlah bayi biasa, bukanlah bayi yang sama begitu saja dengan
bayi-bayi manusia yang lain, melainkan bayi FIRMAN YANG MENJADI MANUSIA. Bayi
yang baru lahir itulah yang disebut oleh Injil Yohanes: sebagai SABDA YANG
MENJADI MANUSIA, YANG PADA MULANYA ADALAH SABDA, YANG ADALAH TERANG ITU, YANG
SEKARANG TINGGAL BERSAMA KITA. Terang itu bukan tiba-tiba datang, tetapi
kedatangan-Nya sudah diramalkan sejak lama, sejak penciptaan manusia oleh
Tuhan. Terang itu ialah Allah sendiri, Putera-Nya sendiri yang kita lahir untuk
kita.
CONCLUSIO
Terdapat dua hal yang hendak kita renungkan pada hari Raya Natal ini:
- Tidak
terlena pada pesta duniawi
Tidak dapat disangkal bahwa Natal selalu memberikan rasa gembira, rasa
sukacita dan rasa damai untuk kita semua, baik di dalam rumah, komunitas,
kelompok atau dalam sebuah grup tertentu. Tetapi melalui bacaan-bacaan hari
ini, kita diajak untuk tidak terlena dengan kegembiraan duniawi atau
kegembiraan lahiriah, melainkan mengisinya dengan kepercayaan bahwa yang sedang
kita rayakan itu ialah Sabda yang menjadi
Manusia. Dialah Allah sendiri, yang hadir sebagai hadiah terbesar untuk kita
dan menyatakan diri sebagai Allah. Maka yang lebih penting ialah bukan
pesta-pesta lahiriah, melainkan ajakan untuk PERCAYA kepada Sang Sabda yang
menjadi Daging itu.
- Kehadiran
dan kelahiran-Nya sebagai Allah dan Manusia
Melalui bacaan-bacaan para hari ini, Gereja ingin mengajak kita beriman
secara benar, bahwa yang baru lahir itu ialah bukan hanya manusia biasa, bukan
hanya Allah saja, melainkan kesempurnaan Allah dan Manusia. Jadi Yesus yang
baru lahir itu ialah memiliki dua kualitasnya: Allah dan Manusia.
Dalam sejarah Gereja, banyak orang yang diekskomunikasi karena beriman dan
mengajarkan secara salah, bahwa Yesus itu hanya Allah saja, hanya hanya manusia
saja, atau hanya pura-pura mengambil bentuk sebagai manusia. Tetapi Gereja
justru mengajarkan bahwa Yesus yang baru lahir itu, sungguh Allah dan sungguh
Manusia.
Telukdalam,
25 Desember 2014
Email: giuslay.zone@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar