Rabu, 13 Januari 2021

QUALITAS GURU YANG EFEKTIF

Sebuah Refleksi Pedagogis – Edukatif untuk Para Pendidik

Oleh: Sergius Lay

 

1.      Pengantar

Tugas utama para guru adalah mengajar. Mengajar secara umum dimengerti sebagai suatu tindakan guru dalam mentransferkan pelbagai informasi atau pengetahuan kepada para siswa dalam sebuah proses tatap muka. Dan lagi, kegiatan tatap muka yang selalu disebut dengan proses belajar mengajar, hampir selalu dilaksanakan di dalam ruang kelas dari suatu sekolah (lembaga pendidikan formal). Pengelolaan proses belajar mengajar (kegiatan pentransferan ilmu) bukanlah hal yang mudah untuk kebanyakan guru. Ini bisa menjadi perjuangan dan usaha serius agar ilmu pengetahuan yang ditransferkan itu tidak tercecer, melainkan sungguh-sungguh dapat diakses secara baik dan utuh.

Fokus pemikiran dalam tulisan ini adalah guru. Secara umum,  tulisan ini hendak menampilkan apa itu muatan kata efektif, yang dikenakan kepada konsep”guru efektif” dan kemudian dideskripsikan tentang bagaimana cara untuk menjadi seorang guru efektif. Dalam hal ini, kita ingin melihat bagaimana kehadiran mereka dalam setiap pertemuan di kelas dan dilihat sebagai sebuah kehadiran efektif dalam seluruh proses pembelajaran yang dilakukan di kelas bersama dengan para siswa. Dengan keefektifan kehadiran tersebut, akhirnya membawa suatu pengaruh bahwa pengajaran yang dilakukan juga efektif.

Tulisan ini mencoba menghadirkan kepada kita tentang maksud dan tujuan dari alasan yang telah dikemukakan di atas.

 

2.      Arti “Guru yang Efektif”

Jika kita merujuk kepada tugas guru setiap hari di sekolah, “keefektifan” adalah suatu konsep yang sulit dipahami secara utuh. Ada yang mengatakan misalnya keefektifan seorang guru dalam arti mendapatkan atau mengumpulkan banyak siswa yang menjadi murid-muridnya. Ada yang juga menitikberatkan pada perhatian akan evaluasi atas prestasi-prestasi bagus yang dilakukan oleh para penguji yang telah ditentukan. Yang lain lagi menekankan pada aspek kesuksesan-kesuksesan yang diraih oleh para siswa sebagai hasil dari pengajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh para guru.[1]

Beberapa ahli lain seperti Crickshank dan Haefele mengemukakan bahwa guru-guru yang baik dan efektif didefinisikan sebagai guru yang ideal, analitis, bertanggung jawab, berkompeten, ahli, refleksif, respektif terhadap keberbedaan serta dihormati juga oleh orang lain. Mereka menekankan pada bagaimana para guru menampilkan diri sebagai seorang yang sungguh-sungguh guru yang menghayati peran mereka yang sesungguhnya.[2]

Secara umum, kualitas seorang guru yang efektif sangat ditentukan atau merangkum pelbagai karakteristik guru sebagai pribadi (person), persiapan menjadi guru, pengelolaan kelas, dan bentuk-bentuk yang berkaitan dengan memprogram, mengajar dan memverifikasi progres dari para murid. Dengan demikian, efektivitas seorang guru sebagai sungguh-sungguh guru ditentukan oleh dimensi-dimensi tersebut.

 

3.      Prasyarat menjadi Seorang Guru yang Efektif

Menjadi seorang guru yang baik dan efektif dalam menata seluruh program pengajaran dan pembelajaran, sangat ditentukan oleh bagaimana mereka seharusnya dipersiapkan menjadi guru. Karena itu, butuh penataan persiapan yang baik dalam formasi awal serta formasi pelayanan atau on going formation atau pendidikan dan pembinaan berkelanjutan. Hal itu tersebut berkaitan dengan aspek-aspek persiapan pedagogis dan edukatif.[3]

Sebagai seorang pribadi dan yang memiliki profesi sebagai guru atau pengajar dan pendidik, di sini akan dilukiskan secara singkat tentang pribadi guru dan profesinya dalam kaitan dengan pengajaran efektif. Pertama, Kemampuan Kebahasaan. Pada aspek pertama ini, hendak dikatakan bahwa cara mengajar dengan kualitas vokal atau suara yang bagus dan baik, dapat mempengaruhi pemahaman dan pengertian dari para siswa di kelas. Inferioritas serta kemampuan olah vokal yang kurang baik, menyebabkan para siswa kurang mendapatkan prestasi dalam belajar. Karena itu, kemampuan verbalitas seorang guru sangat penting diperhatikan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengajar. Kemampuan verbal ini berkaitan dengan kemampuan komunikasi yang baik dalam mentransferkan pelbagai informasi kepengetahuan kepada peserta didik. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran, seorang guru dapat mengembangkan aspek-aspek seperti: relasi langsung yang positif dengan peserta didik, peserta didik merasa nyaman dengan proses transfer ilmu yang sedang dilakukan dari guru, dan para guru pun dapat semakin profesional dalam menghayati tugasnya sebagai pengajar dan pendidik.[4]

Kedua, Kursus-Kursus Pedagogis. Secara tradisional persiapan menjadi seorang guru dimengerti sebagai kegiatan mengikuti kegiatan perkuliahan yang didasari pada pengetahuan tentang perkembangan anak-anak, teknik dan evaluasi mengajar, serta metode-metode dan materi-materi khusus yang terkait dengan spesifikasi ilmu yang didalami. Tetapi banyak ahli pendidikan memikirkan jenis-jenis kursus lainnya yang sifatnya pendek, teknis dan praktis yang menunjang “ilmu dasar” dari jurusan atau program studi yang telah diikuti oleh seorang calon guru selama masa kuliah reguler. Kursus-kursus pedagogis ini dapat dilaksanakan ketika para calon guru sedang mengikuti program perkuliahan formal serta dapat juga dilaksanakan ketika sedang dalam pelayanan. Guru harus terbuka terhadap kursus-kursus lain dengan tema-tema yang menunjang profesinya, dan tidak memfokuskan diri pada ilmu yang digelutinya dan yang menjadi spesialisasinya.[5]

Ketiga, Sertifikasi Guru. Hal lain yang juga penting dalam usaha menjadi guru yang efektif adalah tentang sertifikasi. Sering orang jatuh pada pemahaman yang salah bahwa urusan sertifikasi lebih berkaitan dengan mendapatkan honor tambahan dari negara kepada seorang pribadi guru. Padahal dalam dimensi keprofesionalan guru, sertifikasi sangat berkaitan dengan izin serta kelayakan yang bersifat publik bahwa seseorang dapat secara benar-benar berprofesi sebagai guru. Bahan sertifikasi harus sungguh diperhatikan agar sesuai dengan maksud dari sertifikasi itu, misalnya didasarkan pada: pengetahuan tentang isi materi, tentang metode mengajar serta evaluasi, tentang partisipasi mereka terhadap kursus-kursus perkembangan profesi keguruan. Guru-guru yang telah tersertifikasi dengan baik menurut maksud dari sertifikasi itu sangat mempengaruhi efektivitas guru dalam mengajar dan mendidik di kelas.[6]

Keempat, Pengetahuan akan Isi Pengajaran. Pengetahuan seorang guru akan isi dari ilmu yang dimilikinya menjadi hal yang sangat esensial dari pribadi seorang guru yang efektif. Pengetahuan tentang materi ajar mempengaruhi prestasi dalam pembelajaran di kelas. Selama masa persiapan (perkuliahan) calon guru harus dapat secara terbuka mengakses segala sumber keilmuan yang mendukung profesinya sebagai guru kelak. Kekurangan dalam hal ilmu yang dimiliki, sangat mempengaruhi prestasi pembelajaran karena guru berhadapan dengan ketidakcukupan pengetahuan yang seharusnya telah didapatnya selama masa kuliah. Ini dapat menjadi masalah karena guru menempatkan dirinya dalam ketidaktahuan yang pada tempatnya menciptakan kebingungan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi peserta didik. Guru yang efektif adalah guru yang memiliki pengetahuan akan isi pengajaran, serta terbuka untuk pengembangan yang lebih baik lagi.[7]

Kelima, Pengalaman Mengajar. Problem efektif atau tidak kegiatan pembelajaran dan pengajaran sangat dipengaruhi juga oleh pengalaman mengajar. Pengalaman mengajar mengandaikan bahwa guru sudah akan makin memiliki keahlian dalam tugas dan profesinya. Walaupun demikian, lamanya aktivitas mengajar tidak menjamin bahwa seorang guru akan menjadi ahli serta memiliki keefektifan dalam mengajar peserta didik. Pengalaman mengajar seharusnya membawa pribadi guru dari pribadi yang memiliki “pengetahuan perpustakaan” kepada “pengetahuan yang dipraktekkan”. Banyak para ahli pendidikan mengatakan bahwa para guru yang telah memiliki banyak pengalaman mengajar akan memudahkan menjadikan dirinya sebagai seorang guru yang sangat efektif dalam mengajar peserta didik. Karena itu perlu bahwa setiap guru dapat memaknai setiap kegiatan pembelajaran dan pengajaran di kelas, sehingga dari tahun ke tahun tingkat keprofesionalan mereka makin berkualitas.[8]

Keenam, Berhadapan dengan Siswa yang Rapuh. Secara sempit, yang dimaksud dengan “rapuh” di sini adalah “kekurangan” dari keterbatasan para siswa dalam mengakses ilmu pengetahuan. “Rapuh” tersebut menunjuk misalnya situasi kemiskinan, ketiadaan sumber daya alam untuk diakses bagi kebutuhan, yang berada di lingkungan rawan konflik, dan lainnya. Secara umum kita dapat mengetahui bahwa setiap kelas yang dihadapi guru terdiri dari banyak siswa, yang terdiri dari para siswa yang “baik” dan juga “tidak baik” atau “rapuh” atau “riskan”. Kualitas dari profesi seorang guru sangat juga ditentukan oleh bagaimana kapasitas guru dalam menangani para siswa yang bermasalah. Seorang guru dalam efektif dalam mentransferkan ilmu kepada peserta didik jika memiliki kemampuan komunikasi yang baik serta mampu menerapkan metode-metode yang cocok dalam menghadapi para siswa yang “bermasalah” seperti ini. Karena itu, menjadi seorang guru harus memperhatikan aspek-aspek lain yang terkait dengan situasi peserta didik, seperti “rapuh” dalam menghadapi hidup mereka. Ini harus disiapkan oleh guru tersebut sudah sejak mereka mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi. Dalam proses pembelajaran dan pengajaran, para guru ini harus tahu isi dari materi serta punya kemampuan menyampaikannya kepada peserta didik, memperhatikan kebutuhan dari peserta didik dan menyesuaikan dengan proses pentransferan ilmu tersebut, dan lain-lain.[9]

Ketujuh, Berhadapan dengan Siswa Berbakat. Berkaitan dengan aspek ini, para guru tidak mendapat masalah berarti untuk menjadikannya sebagai sebuah pengajaran dan pengajaran yang efektif, yang pada waktunya menciptakan dirinya sebagai guru yang efektif. Walaupun demikian, para guru yang berada para situasi ini harus terus meningkatkan keterampilan dan kualitas profesinya. Tugas profesi yang diemban harus ditambahkan kepadanya agar semakin banyak hal baik yang diperoleh untuk peningkatan efektivitas dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Situasi peserta didik yang kondusif seharusnya tidak memanjakan para guru melainkan memicu mereka untuk makin berkembang dalam profesi dan juga dalam kepribadian mereka secara menyeluruh.[10]

 

4.      Sifat dan Peran Guru yang Efektif sebagai Pribadi

Keberhasilan seorang guru dalam mengemban tugasnya sebagai pengajar dan pendidik sangat ditentukan oleh integritas kepribadiannya, terutama ketika guru tersebut sedang berhadapan dengan peserta didik di kelasnya. Karena itu kita perlu mengetahui tentang bagaimana sifat-sifat afeksi para guru merelasikan dirinya dengan efektivitas serta dengan persepsi-persepsi efektivitas.

Sifat-sifat tersebut dapat digolongkan ke dalam beberapa aspek: perawatan / carring, keadilan dan respek, interaksi dengan peserta didik, antusiasme dan motivasi, sikap selama proses pengajaran, praktek refleksif, pendekatan terhadap siswa-siswi yang rapuh, pendekatan terhadap peserta didik berbakat.[11]

Pertama, Peran Merawat Peserta Didik. Para guru yang efektif adalah para guru yang selalu menjaga dan merawat siswa-siswi mereka agar merasa nyaman, yang selalu membuat siswa-siswi nyaman dan rindu terhadap guru mereka. Peran merawat tersebut dapat ditempuh melalui beberapa sikap guru terhadap siswa-siswi mereka: mendengar dengan penuh perhatian yang tidak hanya dibatasi di ruangan kelas melainkan di setiap tempat di mana peserta didik tersebut dapat dijumpai, memahami siswa-siswi terutama ketika berhadapan dengan argumentasi serta tanggapan-tanggapan yang diberikan kepada guru, mengenal dan mengetahui bagaimana dan siapakah mereka baik secara formal maupun nonformal.[12]

Kedua, Peran Keadilan dan Respek. Dalam mengelola kelas seorang guru butuh menstabilkan sebuah relasi atas dasar keyakinan dengan siswa-siswi, terutama melalui sikap adil dan respek. Pandangan yang meyakinkan kepada siswa-siswi adalah prasyarat dari suatu pendekatan yang efektif. Guru yang menunjukkan secara terus menerus rasa hormat dan pemahaman yang baik terhadap perbedaan (ras, jenis kelamin, tingkat inteligensi, etnis, dan lain sebagainya) yang dimiliki setiap siswa di dalam kelas yang sama dapat menciptakan dalam dirinya seorang guru yang efektif dalam mengemban tugas mengajar dan mendidik.[13]

Ketiga, Interaksi Sosial dengan Peserta Didik. Kita tahu bahwa guru dan siswa-siswi banyak menghabiskan waktu di kelas setiap harinya. Waktu-waktu inilah yang seharusnya digunakan oleh guru untuk merawat, memberikan rasa keadilan serta menghormati kepada siswa-siswi, dan demikian meningkatkan dan menumpukkan aspek efektif bersama siswa-siswi. Para guru harus menggunakan strategi untuk menjadikan setiap interaksi ini menjadi interaksi efektif dan berdaya guna serta demi sebuah pencapaian kesuksesan bagi siswa-siswi mereka. Interaksi yang bersahabat dengan siswa-siswi menjadi salah satu alternatif dalam membangun pribadi guru yang efektif.[14]

Keempat, Mempromosikan Antusiasme dan Motivasi Belajar. Pengajaran efektif dapat juga terjadi jika dari pihak guru selalu berusaha untuk mempromosikan rasa antusiasme serta memberikan motivasi kepada siswa-siswi untuk giat belajar. Guru yang selalu dengan sikap antusias dan senantiasa memberikan motivasi kepada siswa-siswi belajar, akan sangat disukai dan dihargai dan dengan sendirinya menjadikan pribadi guru yang efektif. Karena itu guru yang efektif selalu membuka peluang bagi siswa-siswi memiliki motivasi dan tidak bosan dalam belajar. Karena itu guru yang punya antusiasme serta motivasi dalam dirinya, akan membuat siswa-siswi memiliki keinginan yang juga tinggi untuk meraih sukses dalam belajar.[15]

Kelima, Peran Refleksi tentang Praksis. Ini adalah aspek profesionalitas lain yang harus diperhatikan oleh tenaga pendidik untuk menjadi seorang guru efektif, terutama yang berkaitan dengan kegiatan merefleksikan atas seluruh proses pengajaran dan pembelajaran di kelas. Setiap guru harus mampu melakukan kegiatan refleksi atas kehadiran dan setiap tindakannya di kelas, apakah sungguh efektif untuk peningkatan kemampuan belajar siswa-siswi atau justru sebaliknya. Kegiatan dan aktivitas yang selalu dibawa ke tahap refleksi, akan berpengaruh kepada peningkatan kualitas profesionalitas seorang guru.[16]

Keenam, Di Hadapan Siswa Rapuh. Berhadapan dengan siswa-siswi yang “rapuh” para guru harus menampilkan karakter perawatan (carring) yang maksimal terhadap mereka. Kesuksesan siswa-siswi “rapuh” sangat ditentukan oleh perhatian para guru dalam aspek ini. Sebagai seorang pribadi, para guru di hadapan para siswa rapuh digambarkan sebagai pribadi yang “turut menderita, toleransi, pikiran yang terus terbuka, punya motivasi dan komitmen yang tinggi untuk kesuksesan para siswa tersebut. Guru-guru yang memiliki sikap dan sifat seperti itu disebut Howard sebagai guru-guru “cerdas yang panas” dan mereka melihat para siswa sebagai siswa-siswi “miskin”atau “kecil”.[17]

Ketujuh, Di Hadapan Siswa Berbakat. Selain berhadapan dengan siswa yang rapuh, para guru juga berhadapan dengan sejumlah siswa yang berbakat dana berprestasi di kelasnya. Para siswa dalam tipe ini sering juga memberi penilaian terhadap para guru mereka atas dasar penampilan dan tingkah laku mereka. Situasi ini seharusnya mendorong para guru untuk bisa lebih mencari kemungkinan-kemungkinan lainnya untuk meningkatkan prestasi siswa melalui pendekatan-pendekatan yang lebih variatif dan sportif. Keinginan melibatkan orang tua dan stakeholder dalam proses pendidikan anak menjadi alternatif yang dapat diciptakan oleh guru untuk meningkatkan profesionalitas mereka. Selain itu, guru bisa juga mengembangkan pengenalan pribadi siswa mereka melalui pengenalan akan komunitas asal serta latar belakang situasi sosial kemasyarakatan di mana siswa-siswi mereka hidup dan berkembang.[18]

 

5.      Kemampuan Mengorganisasi dan Mengelola Kelas

Banyak hal terjadi di dalam kelas. Persoalan yang paling mencolok ialah pelbagai tingkah laku dan karakteristik siswa-siswi, yang menuntut guru yang bisa menghadapi serta mengelolanya secara baik dan bijaksana. Semua guru, baik yang lama maupun yang masih sangat baru, mereka harus menghadapi secara konsisten dengan kemampuan untuk mempertahankan sebuah kontrol terhadap kelas. Para guru menyadari bahwa mempertahankan situasi dan kondisi seperti ini adalah sesuatu yang vital jika ingin menjadikan sebuah kelas dan lingkungan yang efektif.

Seorang guru yang efektif adalah seorang yang mengetahui bagaimana menolong para siswa untuk belajar melalui sarana-sarana pembelajaran, atau melalui materi-materi kurikulum, dan hubungannya dengan kelas mereka. Seorang guru efektif harus tahu menciptakan suatu lingkungan kondusif bagi proses pembelajaran. Keberhasilan ini meminta suatu kecakapan mengorganisasi dan mengelola kelas. Selain itu butuh menjaga sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan kaidah dan etika umum sebagai seorang pengajar. Pendidik efektif harus mendedikasikan dirinya dalam sikap proaktif untuk menstabilkan dalam kelas suatu iklim positif yang berorientasi kepada pembelajaran.

Beberapa ahli pendidikan mengusulkan beberapa elemen spesifik dari lingkungan efektif tentang pembelajaran dan menghubungkan elemen-elemen ini terhadap acuan dasar: yaitu menggunakan kapasitas / kemampuan pengelolaan kelas, mengaplikasikan elemen-elemen dari organisasi, mengelola dan menjawab tingkah laku dan perbuatan para siswa, perhatian khusus dan seimbang kepada para siswa yang rapuh dan juga yang berprestasi.[19]

 

6.      Guru Efektif dan Implementasi Pengajaran

Bagaimana seorang guru dapat melakukan secara efektif beberapa tugasnya sekaligus di dalam kelas dan ketika itu juga berhadapan dengan siswa? Selain guru harus memperhatikan pembinaan profesinya, dia juga masih harus menstabilkan sebuah relasi yang baik dengan para murid, juga harus mengatur kapasitasnya dalam pengelolaan dan pengorganisasian kelas, dan masih banyak lagi.

Persiapan seseorang menjadi guru, memelihara relasi dengan para siswa, mengetahui teknik-teknik pengelolaan kelas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembentukan atau formasi seorang calon guru. Agar menjadi seorang guru efektif dalam mengimplementasikan pengajaran, maka dia harus harus memperhatikan beberapa hal penting, di antaranya: tahu memproses dan menggunakan sebuah pengulangan strategi pengajaran yang efektif, dia harus tahu juga mengkomunikasikan dalam gaya efektif dan mensuport kepada siswa-siswi dalam proses pengajaran dan pembelajaran,

 

7.      Idealisme Seorang Guru Efektif: Tawaran Aplikatif

Pengajaran efektif adalah hasil dari suatu pengkombinasian dari banyak faktor yang dihadapi dan dihidupi oleh para guru itu sendiri di lingkungan sekolah maupun di dalam kelas bersama siswa-siswi. Tujuan fundamental dari suatu program pembinaan guru adalah “mempersiapkan guru bahwa mereka mampu menolong semua siswa untuk belajar, tanpa pembedaan status sosial ekonomi, ras atau kelompok etnis dan kasus-kasus khusus yang dihadapi. Generasi guru yang akan datang harus tahu menguasai variasi strategi pengajaran dan harus mampu untuk mengadaptasikan pengajaran kepada para siswa yang mereka layani.

Arthur Wise, seorang Presiden Konsili Nasional untuk Akreditasi Pendidikan Guru di Amerika Serikat, mengatakan beberapa deskripsi tentang kapasitas guru untuk profesi edukatif secara umum dan yang secara khusus dikategorikan sebagai guru yang efektif: guru efektif merawat secara sungguh-sungguh para muridnya, yang mengakui kerumitan dalam hal mengajar dan mendidik, yang mampu berkomunikasi secara jelas, dan yang melayani para siswa dengan penuh hati-hati.[20]

 

7.1  Perawatan secara Sungguh-Sungguh

Salah satu tema sentral dalam perbincangan guru efektif adalah perawatan. Para siswa biasanya ingat akan guru mereka yang selalu merawat mereka, yang menghampiri dan mengakui para siswanya secara individu dan juga mengakui komunitas dan keluarga para siswa dengan segala latar belakang mereka masing-masing. Para guru efektif mencari untuk mengerti tantangan-tantangan yang sedang dihadapi para siswa mereka serta berusaha mencari solusi bagi mereka. Para guru ingin menyibukkan diri dengan para siswa dalam mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan baru. Para guru juga akan selalu bertanya dan mencari siswa mereka jika tidak menampakkan diri mereka di lingkungan sekolah, berelasi dengan orang tua dan mencoba membahas secara bersama dengan orang tua tentang nasib anak dan siswa mereka.

Merawat tidak berarti sekedar mengatakan suatu kalimat baik dan menarik, atau menelepon orang tua siswa, atau menyediakan tiket piknik kepada siswanya, melainkan lebih kepada sebuah komitmen yang menolong siswa untuk sukses atau berhasil di sekolah, membuat mereka bertanggung jawab. Guru akan selalu berkomitmen secara bersungguh-sungguh untuk menolong siswa melalukan dengan berani dan semangat, menjadikan suatu rencana dan idealisme menjadi kenyataan.

 

7.2  Mengakui Kerumitan dalam Pengajaran dan Pendidikan

Pengajaran adalah sesuatu yang rumit dan sulit. Pengajaran adalah proses pentransferan informasi yang tidak terbatas kepada orang lain, dengan latar belakang mereka yang beragam. Keberhasilan dalam mentransfer ilmu ini mengandaikan suati kapasitas yang baik dan mumpuni.

Untuk mendapatkan seorang guru efektif, maka harus memiliki pengetahuan tentang isi materi, ilmu pedagogi, konteks dan latar belakang siswa. Terhadap variasi latar belakang ini, maka guru harus mampu untuk beradaptasi dengan kemampuan agar dapat mengajar dan mendidik siswa dengan baik pula.

Guru efektif mengakui setiap siswa sebagai seorang pribadi unik dan individual, dan dengan sadar bahwa setiap orang membawa ke dalam kelas pengalaman dan mimpinya masing-masing. Para guru juga harus mengetahui kebutuhan dari masing-masing siswa agar pendekatan yang dilakukan dapat berdaya guna bagi siswa.

 

7.3  Mengkomunikasikan secara Jelas

Pengkomunikasian adalah sebuah kunci kesuksesan dalam hampir semua profesi yang meminta interaksi antara pribadi dan keseluruhan dari suatu organisasi. Setiap orang memiliki banyak hal yang sudah dan hendak disampaikan. Hal-hal yang ingin dipahami dapat berguna dengan baik jika sang pemberi pesan dan mengkomunikasikan dengan baik dan jelas, tanpa hal-hal yang menimbulkan tafsiran ganda.

Untuk dapat menyampaikan dan berkomunikasi sebagai baik dan jelas, maka guru harus menguasai materinya dengan baik. Penguasaan materi dapat terjadi dengan baik jika setiap para guru membiasakan diri membaca dan memahami setiap isi materi itu dengan baik dan jelas. Selain itu, guru harus menciptakan suatu iklim positif dalam hal terjadinya pertukaran dialog dan informasi.

Selain itu, untuk membangun suatu karakteristik afektif, para guru perlu secara menetap mengkomunikasikan suatu iklim yang menolong dan yang menyemangati serta menjamin bahwa para siswa sungguh-sungguh terlibat dan berkomitmen dalam sebuah proses dari pengajaran dan pembelajaran. Harus benar-benar dihindari menyampaikan informasi-informasi yang membingungkan para siswa. Perlu diusahakan membangun sebuah jenis komunikasi yang dapat menolong para siswa (dan juga guru yang bersangkutan) mengerti dengan baik tanpa ada tafsiran-tafsiran yang membuat informasi awal menjadi kabur.

 

7.4  Melayani secara Serius

Satu hal terakhir yang juga mengikat hal-hal yang telah dikatakan sebelumnya adalah melayani para siswa dengan serius dan penuh dedikasi serta komitmen. Karena itu, perlu diperhatikan bahwa para guru memiliki keinginan atau kehendak untuk mendedikasikan diri, waktu dan tenaga mereka kepada profesi mereka. Adalah penting untuk bekerja keras, tetapi bekerja keras secara cakap dengan penuh pertimbangan dan inteligen.

Guru efektif seharusnya tertarik akan pertumbuhan secara berlanjut dari pembelajaran dan merefleksikan elemen-elemen dari prestasi-prestasi dalam menguatkan untuk memperbaiki situasi dan kondisi dari siswa-siswi di kelas. Guru efektif senantiasa menghubungkan perbaikan-perbaikan yang terjadi di lingkungan sekolahnya dengan pengembangan para siswanya dalam hal pembelajaran serta kesuksesan mereka.

 

8.      Catatan Penutup

Menjadi guru efektif bukanlah hal mudah untuk direalisasikan. Butuh usaha dan kerja keras yang terus menerus agar pribadi seorang guru akhirnya sampai kepada suatu status bahwa dia dinyatakan sebagai guru yang benar-benar efektif. Menjadi seorang pribadi yang dicintai oleh semua siswa di sekolah dan di kelasnya membutuhkan suatu usaha serta pembiasaan diri untuk menjadi seorang yang efektif.

Menjadi guru efektif tidak dapat diperoleh dalam beberapa hari atau Minggu atau bahkan bulan melalui praktek-praktek dan penghayatan profesi sebagai guru. Kita membutuhkan waktu yang lama terutama melalui latihan-latihan yang terus-menerus serta bertanya kepada orang lain yang berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran dan pengacaran.

Semoga tulisan ini dapat membantu siapa saja yang ingin menjadi seorang guru yang efektif di sekolah dan di kelasnya. Kita bisa!

[1] James H. Stronge, Le Qualita’ degli Insegnanti Efficaci (Roma: LAS, 2010), hlm. 10. (Judul Asli: Qualities of Effective Teachers).

[2] Cruickhank, D.R dan Haefele D., Good Teachers, Plural. Educational Leadership (Tanpa Kota Penerbit: Tanpa Tahun Penerbit, Februari 2001), hlm. 26-30.

[3] G. Malizia, Politica Educativa, (Roma: IFFREP, 2010), hlm. 28-46.

[4] James H. Stronge, Le Qualita degli Insegnanti Efficaci (Roma, LAS, 2010), hlm. 21-22; Bdk. juga A. Cobb & Gianpietro, Verbal Ability and Teacher Effectiveness, dalam Jurnal of Teacher Education, 56 [(4], hlm. 343-354.

[5] P. Ashton dan L. Crocher, Systematic Study of Planned Variations: The Essential Focus of Teacher Education Reform., dalam “Jurnal of Teacher Education (1987), 38, 2-8.

[6] L.C. Cavalluzo, Is National Board Certification an Effective Signal of Teacher Quality dalam www.cna.org/documents/cavalluzo.pdf

[7] D. C. Berliner, In Pursuit of the Expert Pedagogue, dalam ”Educational Recearcher, 15 (7), hlm. 5-13; Bdk. juga S. M. Brookhart dan W. E. Loadman, Teacher Assessment and Validity: What do We Want to Know (1992), dalam “Jurnal of Personnel Evaluation in Education”, 5, 347-357.

[8] H. Borko dan C. Livingston, Cognition and Improvisation: Differences in Mathematics Instruction by Expert and Novice Teachers, dalam “American Educational Research Journal”, 26 [4] (1989), hlm. 473-498; Bdk. juga E. A. Covino dan E. Iwanicki, Experienced Teachers: Their Constructs on Effective Teaching, dalam “Journal of Personnel Evaluation in Education,” no. 11 1996, hlm. 325-363.

[9] S. Ilmer, J. Snyder, S. Erbaugh dan K. Kurtz, Urban Educators Perceptions of Successful Teaching, dalam “Jurnal of Teacher Education, no. 48 [2], (2004), hlm. 379-384.

[10] K. J. Agne, Caring: The Expert Teacher’s Edge, dalam “Educational Horizons, no. 70 [3] (1992), hlm. 120-124; R. W. Copenhaver dan D. J. McIntyre, Teacher’ Perception of Gifted Students, dalam “Roeper Review, no. 14 (1992), hlm. 151-153.

[11] J. H. Stronge, Le Qualita degli Insegnanti Efficaci, (Roma: LAS, 2010), hlm. 39-54.

[12] H. P. Bain dan R. Jacobs, The Case for Smaller Classes and Better Teachers, dalam “Streamlined Seminar-National Association of Elementary School Principals”, no. 9 [September 1990); T. L. Good dan J. E. Brophy, Looking in Classroom (New York: Addison-Wesley, 1997), hlm. 4-30.

[13] V. Collinson, M. Killeavy dan H. J. Stephenson, Exemplary Teachers: Practicing an Etic of Care in England, Ireland, dan the United States, dalam “Journal of Experiental Education”, no. 5 [4], (1999), hlm. 349-366.

[14] S. M. Brookhart dan W. E. Loadman, Teacher Assessment and Validity: What do we Want to Know dalam “Journal of Personnel Evalutation in Education, no. 5 (1992), hlm. 347-357.

[15] B. S. Bloom (Ed.), Developing Talent in Young People (New York: Ballantine, 1985), hlm. 280-295.

[16] R. D. Mitchell, World Class Teachers: When Top Teachers Earn National Board Certification, Schools and Students Reap the Benefits, dalam “The American School Board Journal” no. 185 [9], hlm. 27-29; Bdk. juga V. Collinson, M. Killeavy dan H. J. Stephenson, Exemplary Teachers..., hlm. 349-366.

[17] T. C. Howard, Hearing Footsteps in the Dark: African-American Students’ Descriptions of Effective Teachers, dalam “Journal of Education for Students Placed at Risk, no. 4 [4], (2002), hlm. 425-444.

[18] C. R. Adams dan K. Singh, Direct and Indirect Effects of School Learning Variables on the Academic Achievement of African American 10th Graders, dalam “The Journal of Negro Education” no. 67 [1], (1998), hlm. 48-66.

[19] C. M. Callahan, Beyond the Gifted Stereotype, dalam “Educational Leadership,” no. 59 [3], (2001), hlm. 42-46; bdk. juga B. L. Bridgall dan E. W. Gordon, Raising Minority Achievement: The Department of Defense Model (New York: ERIC Clearinghouse on Urban Education Institute for Urban and Minority Education, 2003), hlm. ED 480 919.

[20] J. H. Stronge, Le Qualita degli Insegnanti Efficaci (Roma: LAS, 2010), hlm. 116-121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...