Senin, 13 Oktober 2014

Kotbah Minggu Biasa ke 26 - A

JANGAN BIARKAN ORANG LAIN 
LEBIH DULU MASUK KERAJAAN ALLAH

Bacaan 1: Yehezkiel 18,25-28; Mazmur Tggp: 25; Bacaan 2: Filipi 2,1-11; Bacaan Injil Matius, 21,28-32

INTRODUKSI

Ada empat tipe perjalanan hidup rohani. Pertama, orang yang sejak lahir hingga matinya sebagai orang yang baik. Kedua, orang yang lahir hingga remajanya jahat, tetapi kemudian setelah dewasa bertobat dan ia pun meninggal sebagai orang yang baik. Ketiga, orang yang sejak lahir dia itu baik, tetapi di akhir hidupnya hingga meninggalnya sebagai orang yang jahat. Keempat, yang tak habis pikir adalah orang yang sudah sejak mula nakal dan jahat, meskipun sudah dinasihati dan sudah keluar masuk penjara pun, bahkan sampai meninggalnya ia tetap sebagai orang jahat. Kita termasuk yang mana?

URAIAN KITAB SUCI
Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita melihat tentang sebuah arti perjalanan hidup rohani melalui pertobatan; yaitu bagaimana orang dapat berbalik dari situasi berdosa, dan kemudian berjalan menuju keselamatan pribadinya.
Nah, bagaimana Kitab Suci melihat arti perjalanan rohani ini? Nubuat nabi Yehezkiel dengan sangat jelas mengatakan bahwa “bila si jahat berbalik dari kejahatan yang telah dilakukannya, maka pada saat itu dia telah menyelamatkan hidupnya”. Sementara “bila orang benar berbalik dari kebenarannya, maka ia harus mati karena kesalahan yang dilakukannya”.
Nabi Yehezkiel di sini mempromosikan suatu revolusi dalam ajarannya tentang pahala atau ganjaran. Yehezkiel katakan, “kalau dulu pahala itu diberi kepada seluruh umat, maka sekarang hanya kepada pribadi-pribadi yang benar-benar melakukan hal benar, terutama hal-hal cinta kasih”. Dia akan memiliki masa depan yang cerah, terutama akan berada di dalam Kerajaan Allah. Malah secara keras dikatakan, bahwa Allah akan menghukum dengan sangat keras “mereka yang tetap hidup di dalam kesalahannya”.
Nubuat nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama, mendapat penekanan oleh Yesus dalam bacaan Injil Matius,  melalui perumpamaan tentang anak sulung dan anak bungsu.
Kalau kita bandingkan dengan keempat tipe dalam pengantar tadi, maka cerita anak sulung dan anak bungsu ini mencerminkan dua tipe kehidupan: yaitu tipe kedua (orang yang lahir hingga remajanya jahat, tetapi kemudian setelah dewasa bertobat dan ia pun meninggal sebagai orang yang baik) dan tipe ketiga (yaitu orang yang sejak lahir dia itu baik, tetapi di akhir hidupnya hingga meninggalnya sebagai orang yang jahat).
Diceriterakan bahwa seorang anak telah menjawab “ya” namun tidak melaksanakan perintah ayahnya (tipe 3) dan ada seorang anak lainnya yang menjawab “tidak” namun kemudian melaksanakan perintah ayahnya (tipe 2).
Memang akan terlihat sempurna, bila seorang menjawab “ya” dan kemudian melaksanakannya juga apa yang diperintahkan kepadanya. Namun, hal itu sedikit saja orang yang memilikinya. Kebanyakan dari kita adalah manusia yang memerlukan pertobatan, menyadari kesalahannya dan segera mengubah arah. Demikianlah, Allah pun sangat berkenan kepada orang berdosa yang bertobat. Yesus sendiri bahkan disebut sahabat pemungut cukai dan orang berdosa, karena Ia begitu dekat dan mencintai mereka.
Tidak semua perintah Allah mudah untuk dilaksanakan. Misalnya, perintah untuk saling mengasihi. Maka, yang sering terjadi adalah kita melupakannya daripada mengingatnya. Kita tidak mau mengasihi sesama karena takut kehilangan apa yang “baik” menurut kita, yakni harga diri. Hingga kita jatuh pada dosa yang sama dan sama, memandang sesama sebagai musuh dan harus lebih rendah dari kita. Sepertinya kelemahan kita telah dikuasai oleh kejahatan atau kita sendiri yang terlalu fokus pada rasa sakit karena dilukai.

APLIKASI - PRAKTIS
Mungkinkah kita akan menjadi pentobat di saat yang demikian? Mungkin saja, ya sangat mungkin. Akan tetapi, menjadi pentobat dalam situasi itu diperlukan rahmat dari Tuhan sendiri. Kita tetap berusaha, namun hanya rahmat yang membuat kita mengalami pertobatan sejati. Kita berusaha mencari tempat dan situasi untuk bertobat, dan bagi yang ingin membantu orang lain bertobat, berikan dan usahakan tempat dan situasi yang berguna bagi usaha pertobatannya, sambil mendoakannya.
Seorang yang ingin menjadi pentobat sejati perlu usaha keras dalam latihan rohani: berusaha memperbaiki diri setiap saat, memperbanyak kesalehan, dan membaca kitab suci. Salah satu latihan rohani lainnya adalah masuk ke dalam keheningan batin, yaitu meditasi seperti meditasi kristiani atau doa menyerukan nama Yesus. Hal itu dilakukan supaya kita mencapai titik di mana kita sehati, sepikir dan sejiwa dalam satu tujuan.
Beberapa pesan sabda Tuhan untuk kita pada hari Minggu Biasa ke 26 ini:
  1. Panggilan dasar kita ialah menjadi baik (dan kita memang telah baik) sejak kelahiran kita. Dan karena itu, kita dipanggil untuk selalu menjadi baik sampai akhir, di mana kita boleh bertemu muka dengan muka bersama Yesus, dan bersama Allah Tritunggal.
  2. Walaupun kita diciptakan baik, namun kita adalah orang-orang yang memiliki kelemahan dan akan sering kali jatuh ke dalam kesalahan, kekeliruan dan dosa. Karena itu panggilan kita ialah berusaha terus menerus dan sekuat tenaga untuk mempertahankan yang baik itu. Tuhan akan mempertimbangkan usaha dan kerja keras kita untuk bertobat, untuk “menjawab tidak, namun ya dalam dalam pelaksanaannya”.
  3. Tuhan mungkin tidak akan memperhatikan orang-orang yang beranggapan bahwa “ah, sekarang kita berbuat dosa dululah, toh nanti setelah menjelang tua baru kita bertobat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik”. Kita juga harus tahu bahwa Tuhan akan memperhitungkan orang-orang yang melakukan perbuatan baik yang muncul dari hati, tulus dan apa adanya, dan bukan melakukan perbuatan baik dengan motif-motif yang tidak sehat dan tidak terpuji. Amin

Telukdalam, 27 Septemberi 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...