JANGAN BIARKAN ORANG LAIN
LEBIH DULU MASUK KERAJAAN ALLAH
Bacaan 1: Yehezkiel 18,25-28; Mazmur Tggp: 25; Bacaan 2: Filipi 2,1-11; Bacaan Injil Matius, 21,28-32
INTRODUKSI
Ada empat tipe perjalanan hidup rohani. Pertama,
orang yang sejak lahir hingga matinya sebagai orang yang baik. Kedua,
orang yang lahir hingga remajanya jahat, tetapi kemudian setelah dewasa
bertobat dan ia pun meninggal sebagai orang yang baik. Ketiga, orang yang sejak lahir
dia itu baik, tetapi di akhir hidupnya hingga meninggalnya sebagai orang yang
jahat. Keempat,
yang tak habis pikir adalah orang yang sudah sejak mula nakal dan jahat,
meskipun sudah dinasihati dan sudah keluar masuk penjara pun, bahkan sampai
meninggalnya ia tetap sebagai orang jahat. Kita termasuk yang mana?
URAIAN KITAB SUCI
Bacaan-bacaan
hari ini mengajak kita melihat tentang sebuah arti perjalanan hidup rohani
melalui pertobatan; yaitu bagaimana orang dapat berbalik dari situasi berdosa,
dan kemudian berjalan menuju keselamatan pribadinya.
Nah,
bagaimana Kitab Suci melihat arti perjalanan rohani ini? Nubuat nabi Yehezkiel
dengan sangat jelas mengatakan bahwa “bila si jahat berbalik dari kejahatan
yang telah dilakukannya, maka pada saat itu dia telah menyelamatkan hidupnya”.
Sementara “bila orang benar berbalik dari kebenarannya, maka ia harus mati
karena kesalahan yang dilakukannya”.
Nabi
Yehezkiel di sini mempromosikan suatu revolusi dalam ajarannya tentang pahala
atau ganjaran. Yehezkiel katakan, “kalau dulu pahala itu diberi kepada seluruh
umat, maka sekarang hanya kepada pribadi-pribadi yang benar-benar melakukan hal
benar, terutama hal-hal cinta kasih”. Dia akan memiliki masa depan yang cerah,
terutama akan berada di dalam Kerajaan Allah. Malah secara keras dikatakan,
bahwa Allah akan menghukum dengan sangat keras “mereka yang tetap hidup di
dalam kesalahannya”.
Nubuat
nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama, mendapat penekanan oleh Yesus dalam bacaan
Injil Matius, melalui perumpamaan
tentang anak sulung dan anak bungsu.
Kalau
kita bandingkan dengan keempat tipe dalam pengantar tadi, maka cerita anak
sulung dan anak bungsu ini mencerminkan dua tipe kehidupan: yaitu tipe
kedua (orang yang lahir hingga remajanya jahat, tetapi kemudian setelah
dewasa bertobat dan ia pun meninggal sebagai orang yang baik) dan tipe
ketiga (yaitu orang yang sejak lahir dia itu baik, tetapi di akhir hidupnya
hingga meninggalnya sebagai orang yang jahat).
Diceriterakan
bahwa seorang anak telah menjawab “ya” namun tidak melaksanakan perintah ayahnya
(tipe 3) dan ada seorang anak lainnya yang menjawab “tidak” namun kemudian
melaksanakan perintah ayahnya (tipe 2).
Memang
akan terlihat sempurna, bila seorang menjawab “ya” dan kemudian melaksanakannya
juga apa yang diperintahkan kepadanya. Namun, hal itu sedikit saja orang yang
memilikinya. Kebanyakan dari kita adalah manusia yang memerlukan pertobatan,
menyadari kesalahannya dan segera mengubah arah. Demikianlah, Allah pun sangat
berkenan kepada orang berdosa yang bertobat. Yesus sendiri bahkan disebut
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa, karena Ia begitu dekat dan mencintai
mereka.
Tidak
semua perintah Allah mudah untuk dilaksanakan. Misalnya, perintah untuk saling
mengasihi. Maka, yang sering terjadi adalah kita melupakannya daripada
mengingatnya. Kita tidak mau mengasihi sesama karena takut kehilangan apa yang
“baik” menurut kita, yakni harga diri. Hingga kita jatuh pada dosa yang sama
dan sama, memandang sesama sebagai musuh dan harus lebih rendah dari kita.
Sepertinya kelemahan kita telah dikuasai oleh kejahatan atau kita sendiri yang
terlalu fokus pada rasa sakit karena dilukai.
APLIKASI - PRAKTIS
Mungkinkah
kita akan menjadi pentobat di saat yang demikian? Mungkin saja, ya sangat
mungkin. Akan tetapi, menjadi pentobat dalam situasi itu diperlukan rahmat dari
Tuhan sendiri. Kita tetap berusaha, namun hanya rahmat yang membuat kita
mengalami pertobatan sejati. Kita berusaha mencari tempat dan situasi untuk
bertobat, dan bagi yang ingin membantu orang lain bertobat, berikan dan
usahakan tempat dan situasi yang berguna bagi usaha pertobatannya, sambil
mendoakannya.
Seorang
yang ingin menjadi pentobat sejati perlu usaha keras dalam latihan rohani: berusaha
memperbaiki diri setiap saat, memperbanyak kesalehan, dan membaca kitab suci.
Salah satu latihan rohani lainnya adalah masuk ke dalam keheningan batin, yaitu
meditasi seperti meditasi kristiani atau doa menyerukan nama Yesus. Hal itu
dilakukan supaya kita mencapai titik di mana kita sehati, sepikir dan sejiwa
dalam satu tujuan.
Beberapa
pesan sabda Tuhan untuk kita pada hari Minggu Biasa ke 26 ini:
- Panggilan dasar kita ialah menjadi baik (dan kita
memang telah baik) sejak kelahiran kita. Dan karena itu, kita
dipanggil untuk selalu menjadi baik sampai akhir, di mana kita
boleh bertemu muka dengan muka bersama Yesus, dan bersama Allah
Tritunggal.
- Walaupun kita diciptakan baik, namun kita adalah
orang-orang yang memiliki kelemahan dan akan sering kali jatuh ke dalam
kesalahan, kekeliruan dan dosa. Karena itu panggilan kita ialah berusaha
terus menerus dan sekuat tenaga untuk mempertahankan yang baik itu.
Tuhan akan mempertimbangkan usaha dan kerja keras kita untuk bertobat,
untuk “menjawab tidak, namun ya dalam dalam pelaksanaannya”.
- Tuhan mungkin tidak akan memperhatikan orang-orang
yang beranggapan bahwa “ah, sekarang kita berbuat dosa dululah, toh nanti
setelah menjelang tua baru kita bertobat dan melakukan perbuatan-perbuatan
baik”. Kita juga harus tahu bahwa Tuhan akan memperhitungkan orang-orang yang
melakukan perbuatan baik yang muncul dari hati, tulus dan apa adanya,
dan bukan melakukan perbuatan baik dengan motif-motif yang tidak sehat dan
tidak terpuji. Amin
Telukdalam, 27 Septemberi 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar