IRI HATIKAH ENGKAU,
KARENA AKU MURAH HATI?
Bacaan 1: Yesaya 55,6-9; Mazmur Tggp 144; Bacaan 2: Filipi
1,20c-24.27a; Bacaan Injil:
Matius, 21,1-16a
INTRODUKSI
“Cemburu”.
Mungkin itulah salah satu aspek negatif yang manusia miliki ketika melihat
orang lain mendapatkan sesuatu yang lebih darinya. Suatu kali, seorang kepala
tukang mencari beberapa tenaga tukang dan memperkerjakan mereka dalam suatu
pembangunan gereja stasi. Setelah seminggu bekerja, para tukangpun menerima
upah mereka, masing-masing Rp. 180.000,. untuk 6 hari kerja. Setelah sebulan
berlalu, kepala tukang akhirnya berpikir, “saya harus membayar lebih kepada
tukang A karena dia lebih sungguh-sungguh bekerja dan sangat bertanggung jawab.
Karena itu, ketika hari sabtu berikutnya, sang kepala tukangpun membayar lebih
Rp. 10.000,. kepadanya, menjadi Rp. 190.000,. Melihat ini, teman-teman yang
lainpun mengamuk dan bertanya kepada kepala tukang: “Mengapa engkau berlaku
tidak adil, dan mengapa si A menerima lebih dari kami yang lain? Bukankah sudah
kita sepakati bahwa gaji per hari adalah Rp. 30.000.,?
URAIAN KITAB SUCI
Bacaan
hari Minggu ini mengisahkan perumpamaan tentang “majikan yang baik”. Majikan
yang baik ditunjukkan dalam sikap yang tidak mengutamakan aturan-aturan standar
(seperti membayar upah berdasarkan kesepakatan awal) melainkan membayarkan upah
secara lebih kepada siapa saja, dengan tetap mengutamakan dahulu standar
minimal. Matius penginjil mengatakan bahwa inilah ciri khas keadilan yang
ditunjukan oleh majikan yang baik itu.
Sang
majikan telah membayar sesuai dengan aturan, yaitu kesepakatan yang telah
dibuat di pagi hari kepada kelompok yang masuk pertama, di pagi hari. Jika pada
sore hari, sang majikan membayar secara lebih kepada mereka yang baru masuk
kerja di sore hari, dan mungkin hanya 30 menit kerja, maka itu bukanlah
pelanggaran kesepakatan tetapi itu adalah sikap “memperhatikan dan mengasihi secara lebih”.
Cinta kasih dan keadilan majikan tidak dihayati dan dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan, tetapi dilaksanakan secara lebih berdasarkan belas kasih dan cinta
yang ditunjukkannya.
Matius
mencatat bahwa inilah sifat Allah, bahwa Dia mencintai dan mengasihi manusia
bukan hanya berdasarkan kesepakatan, melainkan atas dasar belas kasihnya yang
tidak terhingga, yang secara bebas diberikan kepada semua orang tanpa harus
diminta dan disepakati dengan manusia.
Perhatian
dan cinta kasih dari Allah diberikan oleh Yesus dalam konteks cerita Injil hari
ini ialah ketika “semakin meningkatnya perlawanan kepada Yesus”. Pewartaan
Yesus nampaknya telah merusak kenyamanan orang Farisi dan Ahli Taurat, dan
ditambah lagi karena mereka tidak menerima pewartaan Yesus. Kedegilan hati
mereka inilah yang tidak disukai oleh Yesus, dan karena itu Ia katakan bahwa “iri hatikah kamu
kalau Aku murah hati”?
Dalam
Injil, Matius memberikan perbedaan pemahaman tentang kemurahan hati:
yaitu antara kemurahan
hati manusia dan kemurahan hati Allah. Manusia memikirkan bahwa
kemurahan hati (dalam tradisi semit), adalah sikap adil yang harus ditunjukkan
berdasarkan aturan-aturan yang telah disepakati. Sedangkan pemahaman tentang
kemurahan hati dari pihak Allah ialah bahwa “Allah bebas untuk memberikan dan
menganugerahkan kepada siapapun, ke manapun dan kapanpun; lepas dari apakah itu
disepakati dengan manusia atau tidak”. Di sini nampak bahwa Allah
berbuat baik bukan atas dasar aturan hukum, melainkan atas apa yang dianggap
perlu untuk manusia.
Di
sini juga nampak apa yang ditekankan oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama,
bahwa “pikiran
Allah adalah berbeda secara mendasar dari pikiran manusia”. Manusia
memikirkan belas kasih berdasarkan aturan atau hukum, sedangkan Allah
memikirkan berdasarkan ketulusan dalam memberi.
Dengan
itu Yesus ingin mengatakan kepada orang Yahudi untuk menjauhkan diri dari sikap sombong dan
tinggi hati. Di hadapan Allah, kamu tidak memiliki apa-apa. Yesus
justru menuntut untuk percaya kepada-Nya, namun karena mereka lama dan lambat
untuk percaya, maka merekalah yang akhirnya menjadi terakhir diselamatkan.
Ini
sejalan dengan kata Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, bahwa jemaat Filipi
akan kehilangan keselamatan karena tidak percaya kepada Kristus. Paulus
mengatakan bahwa Kristus menjadi yang utama. Karena itu Paulus mengatakan
“Bagiku hidup adalah Kristus”. Paulus yakin bahwa dengan menempatkan Kristus
yang paling utama dan pertama, ia akan mendapatkan keselamatan. Paulus ingin
menempatkan cintanya kepada Kristus sebagai yang paling utama dan pertama,
karena ia yakin akan keselamatan yang akan diberikan kepadanya.
APLIKASI - PRAKTIS
Ada
beberapa pesan Tuhan untuk kita pada hari minggu biasa ke-25 hari ini:
- Kita diajak oleh Gereja dan oleh Tuhan untuk dari
hari ke hari menempatkan pikiran Allah dalam pikiran kita. Kita diajak
untuk membiarkan Allah, melalui sabda-Nya, untuk menguasai pikiran kita,
dan menghindari menempatkan pikiran kita ke dalam pikiran Allah. Kalau
kita memaksa menempatkan pikiran kita ke dalam pikiran Allah atau menjadi
pikiran Allah, maka kita menguasai Allah, dan kita akhirnya menjadi manusia
yang tinggi hati dan sombong karena mau menguasai Allah. Inilah yang disebut
dengan dosa asal dan dosa pertama: menguasai Allah melalui pikiran kita.
- Dalam kegiatan mengasihi, kita diajak untuk melakukan
hal baik secara jujur dan tulus, dari hati, dan bukan karena ada
aturan khusus dalam melakukan
perbuatan baik. Banyak orang berbuat baik karena ingin melaksanakan salah
satu dari ke-10 perintah Allah., atau karena takut dihukum oleh Allah,
atau karena ingin dipuji atau dinilai baik oleh orang lain. Padahal Yesus
mengajarkan kita hari ini: “Jika kita ingin bermurah hati, bermurah hatilah
secara tulus”, lepas dari apakah kemurahan hati kita akan
dibalas atau tidak.
- Sifat dasar negatif kita ialah cemburu dan iri hati.
Melalui bacaan-bacaan, terutama Injil hari ini, kita diajak untuk
mengurangi sikap cemburu dan iri hati jika suatu ketika kita melihat ada
seseorang yang berbuat baik. Kita kadang lebih sibuk bertanya dalam hati:
“mengapa dia berbuat baik”, ada maksud apa dia berbuat baik, apakah ada
udang di balik batu? Hari ini kita diajak untuk berpikir secara positip
tentang setiap perbuatan baik yang dikerjakan oleh sesama kita, dan
menghindari pikiran-pikiran negatif, yang justru dapat merusak kebersamaan
hidup. Amin
Telukdalam, 21 Septemberi 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar