Minggu, 12 Oktober 2014

Kotbah Minggu Biasa ke 25 - A

IRI HATIKAH ENGKAU, 
KARENA AKU MURAH HATI?

Bacaan 1: Yesaya 55,6-9; Mazmur Tggp 144; Bacaan 2: Filipi 1,20c-24.27a; Bacaan Injil: Matius, 21,1-16a

INTRODUKSI

“Cemburu”. Mungkin itulah salah satu aspek negatif yang manusia miliki ketika melihat orang lain mendapatkan sesuatu yang lebih darinya. Suatu kali, seorang kepala tukang mencari beberapa tenaga tukang dan memperkerjakan mereka dalam suatu pembangunan gereja stasi. Setelah seminggu bekerja, para tukangpun menerima upah mereka, masing-masing Rp. 180.000,. untuk 6 hari kerja. Setelah sebulan berlalu, kepala tukang akhirnya berpikir, “saya harus membayar lebih kepada tukang A karena dia lebih sungguh-sungguh bekerja dan sangat bertanggung jawab. Karena itu, ketika hari sabtu berikutnya, sang kepala tukangpun membayar lebih Rp. 10.000,. kepadanya, menjadi Rp. 190.000,. Melihat ini, teman-teman yang lainpun mengamuk dan bertanya kepada kepala tukang: “Mengapa engkau berlaku tidak adil, dan mengapa si A menerima lebih dari kami yang lain? Bukankah sudah kita sepakati bahwa gaji per hari adalah Rp. 30.000.,?

URAIAN KITAB SUCI
Bacaan hari Minggu ini mengisahkan perumpamaan tentang “majikan yang baik”. Majikan yang baik ditunjukkan dalam sikap yang tidak mengutamakan aturan-aturan standar (seperti membayar upah berdasarkan kesepakatan awal) melainkan membayarkan upah secara lebih kepada siapa saja, dengan tetap mengutamakan dahulu standar minimal. Matius penginjil mengatakan bahwa inilah ciri khas keadilan yang ditunjukan oleh majikan yang baik itu.
Sang majikan telah membayar sesuai dengan aturan, yaitu kesepakatan yang telah dibuat di pagi hari kepada kelompok yang masuk pertama, di pagi hari. Jika pada sore hari, sang majikan membayar secara lebih kepada mereka yang baru masuk kerja di sore hari, dan mungkin hanya 30 menit kerja, maka itu bukanlah pelanggaran kesepakatan tetapi itu adalah sikap “memperhatikan dan mengasihi secara lebih”. Cinta kasih dan keadilan majikan tidak dihayati dan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan, tetapi dilaksanakan secara lebih berdasarkan belas kasih dan cinta yang ditunjukkannya.
Matius mencatat bahwa inilah sifat Allah, bahwa Dia mencintai dan mengasihi manusia bukan hanya berdasarkan kesepakatan, melainkan atas dasar belas kasihnya yang tidak terhingga, yang secara bebas diberikan kepada semua orang tanpa harus diminta dan disepakati dengan manusia.
Perhatian dan cinta kasih dari Allah diberikan oleh Yesus dalam konteks cerita Injil hari ini ialah ketika “semakin meningkatnya perlawanan kepada Yesus”. Pewartaan Yesus nampaknya telah merusak kenyamanan orang Farisi dan Ahli Taurat, dan ditambah lagi karena mereka tidak menerima pewartaan Yesus. Kedegilan hati mereka inilah yang tidak disukai oleh Yesus, dan karena itu Ia katakan bahwa “iri hatikah kamu kalau Aku murah hati”?
Dalam Injil, Matius memberikan perbedaan pemahaman tentang kemurahan hati: yaitu antara kemurahan hati manusia dan kemurahan hati Allah. Manusia memikirkan bahwa kemurahan hati (dalam tradisi semit), adalah sikap adil yang harus ditunjukkan berdasarkan aturan-aturan yang telah disepakati. Sedangkan pemahaman tentang kemurahan hati dari pihak Allah ialah bahwa “Allah bebas untuk memberikan dan menganugerahkan kepada siapapun, ke manapun dan kapanpun; lepas dari apakah itu disepakati dengan manusia atau tidak”. Di sini nampak bahwa Allah berbuat baik bukan atas dasar aturan hukum, melainkan atas apa yang dianggap perlu untuk manusia.
Di sini juga nampak apa yang ditekankan oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama, bahwa “pikiran Allah adalah berbeda secara mendasar dari pikiran manusia”. Manusia memikirkan belas kasih berdasarkan aturan atau hukum, sedangkan Allah memikirkan berdasarkan ketulusan dalam memberi.
Dengan itu Yesus ingin mengatakan kepada orang Yahudi untuk menjauhkan diri dari sikap sombong dan tinggi hati. Di hadapan Allah, kamu tidak memiliki apa-apa. Yesus justru menuntut untuk percaya kepada-Nya, namun karena mereka lama dan lambat untuk percaya, maka merekalah yang akhirnya menjadi terakhir diselamatkan.
Ini sejalan dengan kata Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, bahwa jemaat Filipi akan kehilangan keselamatan karena tidak percaya kepada Kristus. Paulus mengatakan bahwa Kristus menjadi yang utama. Karena itu Paulus mengatakan “Bagiku hidup adalah Kristus”. Paulus yakin bahwa dengan menempatkan Kristus yang paling utama dan pertama, ia akan mendapatkan keselamatan. Paulus ingin menempatkan cintanya kepada Kristus sebagai yang paling utama dan pertama, karena ia yakin akan keselamatan yang akan diberikan kepadanya.

APLIKASI - PRAKTIS
Ada beberapa pesan Tuhan untuk kita pada hari minggu biasa ke-25 hari ini:
  1. Kita diajak oleh Gereja dan oleh Tuhan untuk dari hari ke hari menempatkan pikiran Allah dalam pikiran kita. Kita diajak untuk membiarkan Allah, melalui sabda-Nya, untuk menguasai pikiran kita, dan menghindari menempatkan pikiran kita ke dalam pikiran Allah. Kalau kita memaksa menempatkan pikiran kita ke dalam pikiran Allah atau menjadi pikiran Allah, maka kita menguasai Allah, dan kita akhirnya menjadi manusia yang tinggi hati dan sombong karena mau menguasai Allah. Inilah yang disebut dengan dosa asal dan dosa pertama: menguasai Allah melalui pikiran kita.
  2. Dalam kegiatan mengasihi, kita diajak untuk melakukan hal baik secara jujur dan tulus, dari hati, dan bukan karena ada aturan  khusus dalam melakukan perbuatan baik. Banyak orang berbuat baik karena ingin melaksanakan salah satu dari ke-10 perintah Allah., atau karena takut dihukum oleh Allah, atau karena ingin dipuji atau dinilai baik oleh orang lain. Padahal Yesus mengajarkan kita hari ini: “Jika kita ingin bermurah hati, bermurah hatilah secara tulus”, lepas dari apakah kemurahan hati kita akan dibalas atau tidak.
  3. Sifat dasar negatif kita ialah cemburu dan iri hati. Melalui bacaan-bacaan, terutama Injil hari ini, kita diajak untuk mengurangi sikap cemburu dan iri hati jika suatu ketika kita melihat ada seseorang yang berbuat baik. Kita kadang lebih sibuk bertanya dalam hati: “mengapa dia berbuat baik”, ada maksud apa dia berbuat baik, apakah ada udang di balik batu? Hari ini kita diajak untuk berpikir secara positip tentang setiap perbuatan baik yang dikerjakan oleh sesama kita, dan menghindari pikiran-pikiran negatif, yang justru dapat merusak kebersamaan hidup. Amin

Telukdalam, 21 Septemberi 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...