ENYAHLAH IBLIS,
KARENA ENGKAU BUKAN MEMIKIRKAN
APA YANG
DIPIKIRKAN ALLH!
Bacaan 1: Yeremia 20,7-9; Mazmur Tggp : 62; Bacaan 2 Roma 12,1-2; Bacaan Injil :
Matius, 16,21-27
INTRODUKSI
Kisah dua keluarga di
kampung yang membangun rumah. Mereka sama-sama merantau, kuliah, bekerja (di
Hotel dan juga di salah satu jabatan di birokrasi). Setelah mereka memiliki
pekerjaan, mereka menikah, dan juga berusaha membangun rumah. Yang bekerja di
birokrasi, membangun secara perlahan namun pasti, walaupun jenis bangunan
rumahnya tidak terlalu indah, namun
bagus untuk dihuni. Sedangkan yang bekerja di hotel ini, nampaknya dia begitu
cepat selesai dan mungkin hanya dalam tempo 2 bulan, semuanya sudah selesai.
Orang-orang pun mulai bertanya,
mengapa diaa begitu cepat membangun rumahnya, padahal dia hanya sekedar pegawai
hotel di salah satu kota propinsi. Setelah dicari tahu, rupanya dia sering
meminta tambahan dana secara diam-diam kepada tamu hotel, dan membuat juga
tamu-tamu hotel tidak suka kepadanya dan menjadi enggan untuk datang menginap
di hotel itu. Pengunjungpun makin sedikit, dan setelah diselidiki, diketahui
bahwa penyebabnya ialah dia, dan karena itu, pemilik hotelpun memecat dia dari
pekerjaannya.
Sedangkan yang bekerja di salah
satu kantor pemerintahan, tetap menikmati rumahnya yang sederhana itu dengan
perasaan bahagia bersama keluarganya.
URAIAN KITAB SUCI
Bapak, ibu... untuk mencapai
situasi dan status bahagia sejati, bukanlah hal yang gampang dan mudah.
Membutuhkan usaha, kesetiaan dan keseriusan dalam menekuni jalan untuk mencapai
kebahagiaan sejati itu. Dalam tulisan-tulisan biblis, orang sering mengatakan
bahwa sering kali bahwa hal-hal yang sulit itulah yang dikategorikan sebagai
jalan pikiran Allah, sedangkan jalan pikiran manusia sering mengambil jalan
pintas, ingin cepat selesai, ingin yang gampang-gampang dan mendapatkan hasil
yang banyak. Tentu
beda, antara apa yang dipikirkan Allah dan apa yang dipikirkan manusia.
Pada hari Minggu biasa yang ke 22 ini, kita diajak untuk memikirkan yang
dipikirkan Allah.
Kisah Petrus dalam Injil dan
Yeremia dalam bacaan pertama, memiliki kesamaan. Walau Yeremia diejek,
dicemoohkan dan dihina oleh orang Israel, namun dia tetap bersusaha setia
melaksanakan rencana Allah, mengajak orang Israel bertobat. Walaupun Petrus
sering menjawab pertanyaan yang tidak pas, namun dia tetap menjadi andalan
dalam untuk melaksanakan misi dan visi keselamatan
yang dibawa oleh Yesus sendiri.
Misi Yesus itu rupanya
sering tidak sesuai dengan misi Petrus. Misi Yesus sering bertentangan dengan
misi manusia. Dalam Injil, diketengahkan pertentangan ini: misi Yesus dengan
misi Petrus (dan para murid). Misi Yesus ialah pergi ke Yerusalem untuk
menderita dan mati, sedangkan misi Petrus (dan para murid) ialah menghindari
diri, atau bahkan melarikan diri dari rasa sakit dan kematian di Yerusalem.
Karena pertentangan misi
inilah, makanya Yesus katakan kepada Petrus, “Enyahlah iblis”! Yesus tahu
bahwa untuk sampai kepada keselamatan, jalan satu-satunya ialah melalui salib.
Salib di sini dilihat sebagai simbol perjuangan dan simbol usaha untuk sampai
kepada kebahagiaan dan keselamatan.
Nabi Yeremia dalam bacaan
pertama juga sangat menghayati hal ini, bahwa dia, walau diejek, dicemoohkan dan bahkan dihina
oleh rekan-rekannya, namun dia tetap berusaha berjuang mengatakan tentang
pertobatan kepada bangsa Israel. Teman-temannya melihat bahwa usaha
Yeremia adalah sia-sia dan tidak bermanfaat, namun Yeremia yakin bahwa, apa
yang dikatakannya akan memberi dampak positip di mana bangsa Israel akan
selamat. Yeremia tidak mau lari atau tidak mau menghindar dari situasi itu,
tetapi dengan berani menghadapi situasi itu.
Dalam Injil, Yesus menegur
Petrus yang mau menghindarkan diri, atau melarikan diri dari misi
Yesus, namun Yesus dengan tegas mengatakan: “Enyahlah iblis”. Hanya ada dua
pilihan Petrus dan Yeremia: mengikuti kehendak Allah dengan tetap menderita dan
bahkan resiko mati, atau menyelamatkan diri dari masalah itu dengan memilih
hal-hal yang menyenangkan namun tidak menyelamatkan.
APLIKASI - PRAKTIS
Bapa,ibu..., dalam hidup,
kita selalu berhadapan dengan dua pilihan besar, melaksanakan kehendak Allah atau
melaksanakan kehendak pribadi; melaksanakan apa yang dipikirkan Allah, atau
melaksanakan apa yang kita pikirkan; melaksanakan hal sulit yang membawa
kebahagiaan, atau melaksanakan hal mudah namun membawa kepada kerugian dan
siap-siap berhadapan dengan hukum positip; berusaha bekerja dengan tekun,
serius dan kerja keras sampai merasa sakit, atau bekerja dengan duduk-duduk dan
santai-santai tetapi akhirnya mendapatkan keuntungan yang tidak terhingga dan
menyebabkan penderitaan karena dikejar rasa takut.
Hari ini, kita diajak untuk
menghormati dan menghargai kerja keras kita, bahwa kebahagiaan sempurna dan
utuh akan kita peroleh melalui sebuah pengorbanan dan kerja keras. Yesus telah
menunjukkan contoh itu, bahwa untuk sampai pada keselamatan dan membuat orang
lain selamat, harus dijalani melalui jalan salib, pergi ke Yerusalem untuk
menderita dan mati di sana. Ini juga mau mengajak kita untuk rela berkorban dan
berjuang, dan tidak ingin cari gampang. Untuk sampai pada kebagiaan sejati,
kita harus melalui kerja keras dan pengorbanan itu... Amin
Telukdalam, 13 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar