Minggu, 12 Oktober 2014

Kotbah Minggu Biasa ke 22 - A

ENYAHLAH IBLIS, 
KARENA ENGKAU BUKAN MEMIKIRKAN 
APA YANG DIPIKIRKAN ALLH!
Bacaan 1: Yeremia 20,7-9; Mazmur Tggp : 62; Bacaan 2 Roma 12,1-2; Bacaan Injil : Matius, 16,21-27

INTRODUKSI

Kisah dua keluarga di kampung yang membangun rumah. Mereka sama-sama merantau, kuliah, bekerja (di Hotel dan juga di salah satu jabatan di birokrasi). Setelah mereka memiliki pekerjaan, mereka menikah, dan juga berusaha membangun rumah. Yang bekerja di birokrasi, membangun secara perlahan namun pasti, walaupun jenis bangunan rumahnya tidak terlalu indah,  namun bagus untuk dihuni. Sedangkan yang bekerja di hotel ini, nampaknya dia begitu cepat selesai dan mungkin hanya dalam tempo 2 bulan, semuanya sudah selesai.
Orang-orang pun mulai bertanya, mengapa diaa begitu cepat membangun rumahnya, padahal dia hanya sekedar pegawai hotel di salah satu kota propinsi. Setelah dicari tahu, rupanya dia sering meminta tambahan dana secara diam-diam kepada tamu hotel, dan membuat juga tamu-tamu hotel tidak suka kepadanya dan menjadi enggan untuk datang menginap di hotel itu. Pengunjungpun makin sedikit, dan setelah diselidiki, diketahui bahwa penyebabnya ialah dia, dan karena itu, pemilik hotelpun memecat dia dari pekerjaannya.
Sedangkan yang bekerja di salah satu kantor pemerintahan, tetap menikmati rumahnya yang sederhana itu dengan perasaan bahagia bersama keluarganya.
  
URAIAN KITAB SUCI
Bapak, ibu... untuk mencapai situasi dan status bahagia sejati, bukanlah hal yang gampang dan mudah. Membutuhkan usaha, kesetiaan dan keseriusan dalam menekuni jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati itu. Dalam tulisan-tulisan biblis, orang sering mengatakan bahwa sering kali bahwa hal-hal yang sulit itulah yang dikategorikan sebagai jalan pikiran Allah, sedangkan jalan pikiran manusia sering mengambil jalan pintas, ingin cepat selesai, ingin yang gampang-gampang dan mendapatkan hasil yang banyak. Tentu beda, antara apa yang dipikirkan Allah dan apa yang dipikirkan manusia. Pada hari Minggu biasa yang ke 22 ini, kita diajak untuk memikirkan yang dipikirkan Allah.
Kisah Petrus dalam Injil dan Yeremia dalam bacaan pertama, memiliki kesamaan. Walau Yeremia diejek, dicemoohkan dan dihina oleh orang Israel, namun dia tetap bersusaha setia melaksanakan rencana Allah, mengajak orang Israel bertobat. Walaupun Petrus sering menjawab pertanyaan yang tidak pas, namun dia tetap menjadi andalan dalam untuk melaksanakan misi dan visi keselamatan yang dibawa oleh Yesus sendiri.
Misi Yesus itu rupanya sering tidak sesuai dengan misi Petrus. Misi Yesus sering bertentangan dengan misi manusia. Dalam Injil, diketengahkan pertentangan ini: misi Yesus dengan misi Petrus (dan para murid). Misi Yesus ialah pergi ke Yerusalem untuk menderita dan mati, sedangkan misi Petrus (dan para murid) ialah menghindari diri, atau bahkan melarikan diri dari rasa sakit dan kematian di Yerusalem.
Karena pertentangan misi inilah, makanya Yesus katakan kepada Petrus, “Enyahlah iblis”! Yesus tahu bahwa untuk sampai kepada keselamatan, jalan satu-satunya ialah melalui salib. Salib di sini dilihat sebagai simbol perjuangan dan simbol usaha untuk sampai kepada kebahagiaan dan keselamatan.
Nabi Yeremia dalam bacaan pertama juga sangat menghayati hal ini, bahwa dia, walau diejek, dicemoohkan dan bahkan dihina oleh rekan-rekannya, namun dia tetap berusaha berjuang mengatakan tentang pertobatan kepada bangsa Israel. Teman-temannya melihat bahwa usaha Yeremia adalah sia-sia dan tidak bermanfaat, namun Yeremia yakin bahwa, apa yang dikatakannya akan memberi dampak positip di mana bangsa Israel akan selamat. Yeremia tidak mau lari atau tidak mau menghindar dari situasi itu, tetapi dengan berani menghadapi situasi itu.
Dalam Injil, Yesus menegur Petrus yang mau menghindarkan diri, atau melarikan diri dari misi Yesus, namun Yesus dengan tegas mengatakan: “Enyahlah iblis”. Hanya ada dua pilihan Petrus dan Yeremia: mengikuti kehendak Allah dengan tetap menderita dan bahkan resiko mati, atau menyelamatkan diri dari masalah itu dengan memilih hal-hal yang menyenangkan namun tidak menyelamatkan.

APLIKASI - PRAKTIS
Bapa,ibu..., dalam hidup, kita selalu berhadapan dengan dua pilihan besar, melaksanakan kehendak Allah atau melaksanakan kehendak pribadi; melaksanakan apa yang dipikirkan Allah, atau melaksanakan apa yang kita pikirkan; melaksanakan hal sulit yang membawa kebahagiaan, atau melaksanakan hal mudah namun membawa kepada kerugian dan siap-siap berhadapan dengan hukum positip; berusaha bekerja dengan tekun, serius dan kerja keras sampai merasa sakit, atau bekerja dengan duduk-duduk dan santai-santai tetapi akhirnya mendapatkan keuntungan yang tidak terhingga dan menyebabkan penderitaan karena dikejar rasa takut.
Hari ini, kita diajak untuk menghormati dan menghargai kerja keras kita, bahwa kebahagiaan sempurna dan utuh akan kita peroleh melalui sebuah pengorbanan dan kerja keras. Yesus telah menunjukkan contoh itu, bahwa untuk sampai pada keselamatan dan membuat orang lain selamat, harus dijalani melalui jalan salib, pergi ke Yerusalem untuk menderita dan mati di sana. Ini juga mau mengajak kita untuk rela berkorban dan berjuang, dan tidak ingin cari gampang. Untuk sampai pada kebagiaan sejati, kita harus melalui kerja keras dan pengorbanan itu... Amin

Telukdalam, 13 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...