PENTINGNYA PENGENALAN JATI DIRI
INTRODUKSI
Bapa,
ibu..., “kunci”. Apa yang bisa kita lakukan jika memiliki kunci? Apa yang bisa
kita lakukan jika seseorang memberikan kunci rumahnya kepada kita? Apa yang
bisa kita lakukan jika seseorang memberikan kunci lemari kepada kita? Apa yang
bisa kita lakukan jika seseorang memberikan kunci sepeda motor kepada kita? Apa
yang bisa kita lakukan jika seseorang memberikan kunci atau “pasword” email,
atau pasword Facebooknya, atau pasword atau PIN ATM kepada kita?
Dengan kunci,
atau pasword, atau PIN, telah diserahkan kepada kita semacam kuasa, kewenangan
dan otoritas untuk melakukan apa yang dapat kita lakukan. Kita memiliki
kewenangan seluas-luasnya dalam menentukan dan menggunakan apa yang seharusnya
dapat kita lakukan.
Namun,
tentu ada syarat sehingga sehingga seseorang mempercakan kunci tertentu kepada
kita. Seseorang tidak beri begitu saja kunci itu, namun dia harus tahu dan
kenal dengan baik, siapa orang yang akan diserahi kunci rumah / sepeda motor /
mobil / atau bahkan PIN ATM. Tentu hanya orang yang sudah sungguh dipercaya dan
memiliki sebuah hubungan kesalingpercayaan di antara mereka; karena menyerahkan
kunci, pasword ataupun PIN kepada seseorang, itu sama dengan menyerahkan
sebagian atau bahkan seluruh apa yang dia miliki kepada orang lain.
URAIAN KITAB SUCI
Sabda
Tuhan hari minggu ini, mengetengahkan dan mengajak kita untuk merenungkan
tentang makna kunci, tetapi bukan tentang kunci rumah, atau kunci kendaraan,
atau pasword atau PIN ATM, melainkan tentang “kunci Kerajaan Allah”.
Dalam
bacaan pertama, dikatakan bahwa Yakwe meletakkan kunci rumah Daud kepada
Elyakim bin Hilkia. Sebelumnya kunci rumah Daud itu ada di tangan kepada istana
raja Daud, yitu Sebna, tetapi karena dia tidak dapat mengatur rumah Daud dengan
baik, maka Yahwe mengambilnya dan menyerahkannya kepada Elyakim bin Hilkia. Tuhan
sangat percaya kepada Elyakim dan akhirnya mengambil dan menyerahkan kunci
rumah Daud itu kepadanya. Itu berarti kuasa mengurus rumah Daud diserahkan
kepada Elyakim.
Hal yang
lebih indah lagi dikatakan dalam bacaan Injil hari ini, tentang relasi dekat
antara Yesus dan para murid. Yesus sadar bahwa sudah sekitar hampir 3 tahun Ia
hidup bersama para murid, namun Yesus belum tahu apakah mereka telah mengenal
Dia atau belum. Yesus sadar bahwa Dia sekarang sedang menuju ke Yerusalem untuk
menderita dan mati di sana, dan karena itu Dia harus mempersiapkan
murid-muridNya untuk memimpin visi dan misi pewartaan Kabar Gembira di dunia
ini.
Karena
itu Yesus harus mengecek terlebih dahulu mutu atau kualitas pengenalan mereka
terhadap Yesus sendiri. Akhirnya Dia memulai membuat ujian sederhana dengan
bertanya: “Siapa aku ini menurut orang-orang banyak”? dan dengan jujur para
murid juga menjawab (seperti yang mereka tahu), bahwa ada yang menyebut Yohanes
Pembaptis, ada yang menyebut Elia atau bahwa seorang dari para nabi. Tetapi
setelah itu, Yesus memakai pertanyaan ini sebagai pertanyaan pengantar yang
nanti terarah kepada para murid. Sekarang tibalah saatnya pertanyaan kepada
para murid: “Siapakah Aku ini menurut kamu”? Petrus yang adalah “juru bicara”
para murid, menjawab: “Engkau adalah
Mesias, Putera Allah yang hidup!”.
Inilah
jawaban yang sangat tepat, sebagai hasil pemikiran dan renungan Petrus selama
hampir 3 tahun bersama Yesus. Petrus, dalam kelebihan dan kekurangannya, telah
mengenal Yesus sebagai Mesias, yang mungkin saja tidak dimiliki oleh para murid
lainnya. Dia tampil sebagai seorang yang sudah sungguh mengenal Yesus, dan
pengenalannya ini memiliki suatu resiko atau konsekwensi besar. Nah,
konsekwensi apa itu? Konsekwensi itu ialah bahwa Yesus makin menaruh
kepercayaan kepadanya, dan karena sudah begitu percaya, maka Yesus juga
akhirnya menyerahkan “kunci”. Nah, kunci apa yang diserahkan? Ialah “kunci
perkumpulan jemaat” atau “kunci ecclessia”,
atau “kunci jemaat Allah”. Yesus tidak ragu-ragu lagi dengan Petrus (dan para
murid lainnya), dan karena itu menyerahkan kunci itu kepada Petrus, sebagai
seorang pemimpin jemaat atau ecclessia. Melalui
kunci itu juga, Petrus memiliki kuasa untuk, selain memimpin Gereja perdana
(gereja para rasul), juga memimpin penyebaran Injil kepada orang-orang atau
bangsa-bangsa kafir, terutama ke Yunani dan sampai di Roma. Dalam dalam
kemimpinannya, Petrus mampu memelihara Gereja (jemaat) serta membesarnya
menjadi sebuah agama yang tersebar sampai ke keseluruh dunia.
APLIKASI - PRAKTIS
Sebagai
orang kristen, kita juga disebut dan dipanggil sebagai murid-murid Kristus.
Sejak menerima baptisan Gereja, ketika itu kita juga sudah menerima kunci
Kerajaan Allah, sebagai simbol bahwa kita juga memiliki kewenangan dan kuasa
atas tugas pewartaan Injil, pewartaan tentang Yesus kepada semua orang,
termasuk kepada mereka yang hampir atau juga belum mengenal Kristus.
Hanya
saja, kita mungkin belum mengenal Kristus secara mendalam, kita mungkin hanya
mengenal Kristus hanya kulit-kulit luarnya saja, kita mungkin memiliki kunci
itu, namun kualitas pengenalan kita akan Yesus tidak baik, dan itu menyebabkan
bahwa kita hanya pandai bicara namun tanpa dasar pengetahuan dan pengenalan
yang kuat dan baik tentang Yesus. Kita masih sekedar asal tampil, asal omong,
sekedar pamer diri bahwa kita hebat (pura-pura hebat atau sok-sok hebat) tetapi
sebenarnya omongan yang tidak punya nilai dan membuat orang berubah. Hari ini
Yesus memberikan kunci (yang adalah simbol kekuasaan dan pelayanan) itu kepada
Petrus, karena Yesus sudah tahu mutu atau kualitas pribadi Petrus. Kualitas
iman kita pasti lebih rendah dari Petrus, namun kita diminta untuk meningkatkan
kualitas iman kita dan kualitas pengenalan kita akan Kristus, sehingga pada
hari terakhir ketika kita berada di dunia ini, kita akan sudah memiliki jawaban
yang tepat tentang “siapakah Yesus itu”.
Telukdalam, 13 Juli 2014
giuslay.zone@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar