AKULAH JALAN, KEBENARAN DAN KEHIDUPAN
Dalam Injil hari ini, kita diajak oleh Gereja kudus bersama dengan penulis Injil untuk percaya bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran dan kehidupan. Entah dalam situasi apapun itu, tetapi kita tetap diajak untuk percaya bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran dan kehidupan.
Tuhan Yesus menyediakan tempat bagi kita
Kita akan lebih memahami perikop ini jika kita melihat kaitannya dengan perikop
sebelumnya. Di sana dikatakan bahwa Yesus sudah tahu bahwa Rasul Petrus akan
menyangkal-Nya sebanyak tiga kali, dan ketika Ia mengatakan hal itu di hadapan
para rasul lainnya, mereka menjadi sedih karenanya. Namun kemudian Yesus
menghibur mereka, sebab sebagai Allah, Ia- pun sudah mengetahui bahwa para
rasul itu, walaupun jatuh bangun dalam hal iman, akan akhirnya sampai juga ke
surga.
“Aku akan datang kembali” (ayat 3)
mengacu kepada kedatangan-Nya yang kedua (lih. 1 Kor 4:5; 11:26; 1Tes 4:16-17;
1Yoh 2:28), maupun juga pertemuan-Nya dengan setiap jiwa manusia setelah orang
itu wafat. Maka janji Tuhan Yesus untuk menyediakan tempat di surga, bukan saja
ditujukan kepada para rasul, tetapi juga kepada kita yang percaya kepada-Nya
dan yang setia kepada-Nya sampai akhir.

Kristus adalah Jalan menuju Allah Bapa
Sebenarnya, jika kita membayangkan bahwa kita hadir di tengah para rasul 2000
tahun yang lalu, saat Yesus mengucapkan perkataan-Nya ini, kemungkinan kitapun
dapat memahami kegundahan hati Rasul Tomas, “Ke manakah Engkau akan pergi,
Tuhan? Aku tidak tahu, bagaimana mungkin aku tahu jalan ke sana?” Namun sekarang
kita perlu berterima kasih kepada Rasul Tomas, yang menyuarakan kegundahan
hatinya, sebab oleh karena itu, Yesus menjawabnya dengan Sabda-Nya yang
meneguhkan, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6).
St. Agustinus mengatakan, “Adalah penting bahwa Tuhan Yesus mengatakan,
‘Akulah jalan’ untuk menunjukkan kepada para rasul bahwa mereka sesungguhnya
telah mengetahui/ mengenal apa yang mereka pikir tidak mereka kenal, sebab mereka
sudah mengenal Dia.” Nah, pertanyaannya sekarang: apakah kita sudah
mengenal Tuhan Yesus? Hidup kita di dunia ini memang merupakan kesempatan yang
Tuhan berikan kepada kita untuk bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus,
supaya kita dapat bertumbuh pula dalam kasih kepada-Nya dan kepada sesama demi
kasih kita kepada Kristus. Sebab pada akhirnya, kasih inilah yang kita
persembahkan kembali ke hadirat Tuhan di surga.
Dalam penjelasan The Navarre
Bible, dikatakan bahwa Yesus menjadi ‘jalan’
kepada Bapa melalui 5 cara. Pertama melalui ajaran-Nya; sebab dengan berpegang
pada ajaran-Nya kita akan sampai ke surga; kedua, melalui iman yang
diinspirasikan-Nya, sebab Ia datang ke dunia sehingga “barang siapa yang percaya kepada-Nya dapat beroleh hidup yang kekal”(Yoh 3:16); ketiga, melalui teladan-Nya, sebab tak ada yang dapat sampai
kepada Allah Bapa tanpa meneladani Kristus; keempat, melalui jasa-Nya, yang
memampukan kita untuk masuk ke tempat kediaman abadi, dan terakhir, Kristus
adalah jalan, karena Ia menyatakan Allah Bapa, yang dengan-Nya Ia adalah Satu,
karena ke-Allahan-Nya.
Maka agar kita semakin menghayati bahwa Kristus adalah jalan kepada Allah Bapa,
kita perlu merenungkan ajaran Kristus dan kehidupanNya, dari lahir-Nya sampai
pada wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Hal ini diajarkan oleh St.
Fransiskus dari Sales yang mengatakan, “Seperti halnya anak- anak yang mendengarkan ibunya…., belajar untuk bicara
sesuai dengan bahasa ibunya, demikian pula kita, dengan membawaNya dekat dengan
kita melalui meditasi, permenungan akan perkataan-Nya, perbuatan-Nya, dan
kasih-Nya, kita belajar, dengan bantuan rahmat Tuhan, untuk berbicara,
bertindak dan berkehendak seperti Dia…. Kita tidak dapat mencapai Allah Bapa
dengan melalui jalan lain….; Ke-Allahan tidak dapat kita lihat dengan baik di
dunia ini jika tidak di dalam kesatuan dengan kemanusiaan Penyelamat kita yang
kudus, yang hidup dan kematian-Nya…. merupakan topik yang paling layak untuk
direnungkan bagi meditasi kita sehari- hari."
Dengan merenungkan kehidupan Yesus, maka kita akan dapat mengarahkan hidup kita
sesuai dengan kehendak-Nya. Itulah sebabnya banyak orang dapat bertumbuh secara
rohani dengan berdoa rosario, karena doa rosario pada dasarnya adalah doa
permenungan peristiwa- peristiwa hidup Yesus. Dengan permenungan tersebut, umat
beriman dibawa untuk lebih menghayati rencana keselamatan Allah yang dinyatakan
di dalam Kristus. Maka ajakan untuk merenungkan kehidupan Yesus ini adalah
ajakan bagi anda dan saya. Jose Maria Escriva mengatakan, “Ia [Kristus]
berbicara kepada semua manusia, tetapi dengan cara yang istimewa Ia memikirkan
orang- orang yang, seperti anda dan saya, yang berkehendak kuat untuk
menganggap panggilan hidup Kristiani sebagai sesuatu yang serius; Ia ingin agar
Tuhan selalu ada di dalam pikiran- pikiran kita, di mulut kita, dan di setiap
perbuatan kita, termasuk dalam kegiatan- kegiatan yang paling biasa dan rutin.” Mari kita memeriksa batin kita dengan jujur, sejauh mana Kristus sudah menjadi
pusat dalam pikiran kita, perkataan kita, kehendak maupun perbuatan kita? Jika
Kristus belum menjadi motivasi yang utama bagi kita tiap- tiap hari, kita perlu
memohon kepada Tuhan untuk membantu kita mengarahkan pikiran dan hati kita
kepada-Nya, supaya hidup kita dapat dipimpin oleh-Nya.
Maka, perkataan Yesus, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup,” tidak saja hanya ditujukan untuk menjawab Rasul Tomas… Menjadi Kebenaran
dan Hidup adalah sesuatu yang layak bagi Tuhan yang menjelma menjadi manusia,
seperti yang dituliskan oleh Rasul Yohanes dalam permulaan Injilnya, “Firman itu telah menjelma menjadi manusia … penuh kasih karunia dan
kebenaran” (Yoh 1:14). Kristus adalah kebenaran,
sebab dengan kedatangan-Nya ke dunia Ia menunjukkan bahwa Tuhan setia kepada
janji- janji-Nya; dan karena Ia mengajarkan kebenaran tentang siapakah Tuhan
itu. Selanjutnya, Kristus mengajarkan kepada kita bahwa penyembahan yang sejati
adalah yang dilakukan “di dalam Roh dan kebenaran” (Yoh 4:23),
yang artinya, penyembahan sejati kepada Allah Bapa adalah yang dilakukan di
dalam Diri-Nya, yang adalah Sang Kebenaran itu. Kristus adalah Hidup, sebab
dari kekekalan Ia mempunyai hidup ilahi dengan Allah Bapa (lih. Yoh 1:4) dan
karena Ia menjadikan kita pengambil bagian dalam kehidupan ilahi, melalui
rahmat Baptisan. Inilah sebabnya mengapa Injil mengatakan, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3)
Tentang hal ini St. Agustinus mengajarkan, “….sepertinya, Yesus berkata,
Lewat jalan mana kamu akan pergi? Akulah Jalan. Kemanakah kamu akan pergi?
Akulah kebenaran. Di manakah kamu akan tinggal? Akulah Hidup. Setiap orang
dapat mencapai pengertian akan Kebenaran dan Hidup, tetapi tidak semua
menemukan Jalannya. Para orang bijak di dunia menyadari bahwa Tuhan adalah
kehidupan kekal dan kebenaran yang dapat diketahui; namun Sang Sabda Allah yang
adalah Kebenaran dan Hidup yang bersatu dengan Allah Bapa, telah menjadi Jalan,
dengan menjelma menjadi manusia. Renungkanlah kerendahan hati-Nya [Kristus] dan
kamu akan mencapai Allah.” O, betapa dalamnya makna kasih Allah yang
ditunjukkan-Nya melalui Kristus!
Barangsiapa telah melihat Aku, ia
telah melihat Bapa
Banyak orang mempertanyakan ke-Allahan Yesus, sebab mereka tidak memahami bahwa
Allah Bapa dan Putera [Kristus] adalah Satu. Hal inilah yang kemungkinan juga
menjadi pertanyaan Rasul Filipus, “…tunjukkanlah Bapa itu kepada kami” (ayat 8). Namun Yesus “menegur para rasul karena [mereka]tidak mengenali
Dia, meskipun perbuatan- perbuatan-Nya adalah perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Tuhan — berjalan di atas air, mengendalikan angin badai, mengampuni
dosa, membangkitkan orang mati. Karena inilah mengapa Ia [Kristus] menegur
Filipus: karena ia tidak mengenali kodrat ke-Allahan-Nya melalui
kemanusiaan-Nya.”
Sungguh, kita perlu memohon kepada Tuhan agar semakin dapat menghayati misteri
kasih Allah ini, yang begitu tak terbatas dan melampaui batas pikiran manusia.
Sebab hanya kasih Allah yang begitu besarlah yang membuat-Nya mau mengutus Sang
Sabda, yaitu Putera-Nya sendiri untuk menjadi manusia dan menyelamatkan
manusia. “Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi
daging, diutus sebagai “manusia kepada manusia” ((Surat kepada Diognetus,7,4: Funk, Apostolic Fathers, I, 403)), “menyampaikan sabda Allah”(Yoh3:34),
dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-Nya
(lih. Yoh 5:36 ; Yoh17:4). Barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (lih.
Yoh 14:9). Untuk alasan ini Yesus menyempurnakan wahyu dengan menggenapinya
melalui keseluruhan karya-Nya untuk menghadirkan Diri-Nya dan menyatakan
Diri-Nya – melalui Sabda perkataan-Nya maupun perbuatan-Nya, dengan tanda-tanda
serta mukjizat-mukjizatnya, namun terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya
penuh kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran,
menyelesaikan wahyu dengan memenuhinya, dan meneguhkan dengan kesaksian ilahi,
bahwa Allah menyertai kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa serta
maut, dan untuk membangkitkan kita bagi hidup kekal.”
Orang yang percaya kepada-Ku akan
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Kulaku kan, bahkan yang lebih besar
“Sebelum meninggalkan dunia ini, Tuhan Yesus berjanji kepada para rasul
untuk memberikan kepada mereka kuasa sehingga keselamatan Tuhan dapat
dinyatakan melalui mereka. Segala pekerjaan dan mujizat ini diwartakan di dalam
nama Yesus Kristus (lih. Kis 3:1-10; 5:15-16; dst) dan secara khusus pertobatan
bangsa- bangsa kepada iman Kristiani dan pengudusan mereka diperoleh melalui
khotbah pengajaran dan pelayanan sakramen- sakramen. Hal- hal itu dapat
dianggap sebagai pekerjaan- pekerjaan yang lebih besar daripada pekerjaan-Nya
jika kita melihat bahwa melalui pelayanan para rasul, Injil tidak hanya
diwartakan di Palestina tetapi disebarkan sampai ke seluruh dunia. Namun
demikian kuasa yang luar biasa dalam karya apostolik dan pengajaran bersumber
dari Kristus, yang telah naik ke Surga kepada Allah Bapa: setelah melewati
penghinaan di kayu salib, Yesus telah dimuliakan dan dari surga Ia menyatakan
kuasa-Nya dengan bertindak melalui para rasul-Nya.”
Kuasa para rasul diperoleh dari Kristus yang dimuliakan. Jangan lupa bahwa
Kristus pernah bersabda, “Apapun yang kauminta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya” (lih. Yoh 14:13). Maka jika para rasul dapat melakukan perkara- perkara
besar, semua itu hanya terjadi karena Kristus yang memampukan mereka. Demikian
pula seharusnya, jika Tuhan mengijinkan kita turut mengambil bagian dalam karya
kerasulan-Nya, untuk memberitakan kasih Allah dan membawa sesama kita kepada
Tuhan, kita harus melihatnya sebagai karya Kristus, dan bukan semata karena
kemampuan kita.
St. Agustinus menjelaskannya, seolah demikianlah yang dikatakan Tuhan Yesus,“Bukannya
bahwa ia yang percaya kepada-Ku akan menjadi lebih besar daripadaku, tetapi
hanya bahwa Aku akan melakukan perbuatan- perbuatan yang lebih besar daripada
sekarang; lebih besar, oleh dia yang percaya kepada-Ku, daripada yang Kulakukan
sendiri sekarang tanpa dia.”[10]. O, betapa besar rencana Allah dan
penyelenggaraan-Nya yang dinyatakan di dalam Gereja-Nya yang kudus, di mana
kita dapat terus menerima rahmat-Nya dan menimba kekuatan dari Sang Hidup
ilahi, melalui pengajaran Firman Tuhan dan sakramen- sakramen yang
disampaikannya.
Pesan yang layak diingat: Jangan
takut
Santo Yohanes Paulus II adalah Paus yang paling sering menyuarakan tema ini
dalam khotbah- khotbahnya: Jangan takut! Menurut Uskup Agung Fulton Sheen yang
pernah menghitung kata “Jangan takut” di Kitab
Suci, konon jumlahnya adalah 365 kali. Tentu ini bukan kebetulan, dan bahwa
Tuhan mengingatkan kita setiap hari dalam setahun agar kita jangan takut,
jangan lekas gelisah dan khawatir. Ini adalah pesan yang selalu relevan dan pas
dengan keadaan kita saat ini. Sebab apapun yang sedang kita hadapi, baik
tantangan, kesulitan, atau pun bencana, tidak akan dapat memisahkan kita dari
kasih Kristus (lih. Rom 8:38-39). Asalkan kita berpegang kepada Kristus dan
mengandalkan Dia, yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup, kita akan memperoleh
jalan keluar. Jika janji Tuhan ini digenapi dalam hidup banyak orang percaya,
kita harus yakin hal itu juga terjadi dalam hidup kita.
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam
Aku…. Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar