DAMAI SEJAHTERA BAGI KAMU
Pengantar

Kedua Paus, Paus Yohanes
XXIII dan Paus Yohanes Paulus II, yang hari ini dikanonikasi menjadi orang
kudus “santo” adalah tokoh-tokoh perdamaian sejati.
Exegese KS
Pada hari Minggu ini, Gereja memberikan kita gambaran
tentang kebangkitan Yesus dan bagaimana setelah 8 hari, Yesus menampakkan diri lagi
kepada para Rasul yang sedang takut, dan terutama kepada Thomas.
Terdapat dua episode dalam Injil Yohanes hari ini. Episode pertama tentang penampakkan
Yesus kepada semua rasul yang sedang takut, kecuali Thomas. Kepada mereka Yesus
menyalami: “Damai sejahtera bagi kamu”. Inilah ucapan yang menguatkan para rasul dan murid
yang sedang ketakutan, yang sedang bersembunyi, yang sedang gelisah dan sedang
trauma dengan peristiwa penyaliban dan kematian Yesus yang sangat ngeri itu. Dalam
ketakutan itu, para rasul merasakan sebuah kedekatan dengan Yesus ketika mereka
masih hidup bersama. Kedekatan itu sekarang tidak hanya soal rasa, melainkan
sebuah kenyataan bahwa Yesus yang dulu hidup bersama mereka, kini hadir di
tengah-tengah mereka, menyalami mereka “salam damai”. Yesus tidak ingin
meninggalkan mereka, tetapi ingin berada bersama mereka setiap hari. Yesus yang
bangkit itu ingin kembali mengulangi masa-masa indahnya dengan para rasul dan
murid, saat-saat di mana ada kedamaian. Nah, ketika sdg takut, Yesus ingin
memberikan mereka rasa damai itu, rasa nyaman itu, rasa tenang dan rasa bahagia
itu kepada para rasul dan murid yang sedang ketakutan dan sedang berada di
tempat bersembunyi.
Episode kedua ialah penampakkan Yesus 8 hari kemudian. Rupanya dalam
penampakkan sebelumnya, rasul Thomas tidak ada. Bisa jadi Thomas sedang sibuk
dengan kunjungan keluarga, atau sibuk dengan kerja menangkap ikan di danau
Tiberias, atau sedang ketakutan dan ingin pergi ke keluarga untuk menghilangkan
rasa takutnya setelah penyaliban Yesus. Singkatnya, Thomas memang tidak hadir,
karena kesibukannya berada di luar tempat persembunyian para rasul yang sedang
takut kepada ahli Taurat dan serdadu bangsa Yahudi. Kesibukan dan
ketidakhadirannya ini membuat dia tidak tahu kalau Yesus sudah bangkit dan
menampakkan diri kepada para rasul.
Aplikasi-Praksis.
Kedua episode yang
terdapat dalam Injil Yohanes hari ini, mengajak kita juga untuk melakukan apa
yang menjadi pesan sang penulis Injil ini dalam tiga hal.
Yang pertama ialah bahwa, dalam kehidupan kita
sehari-hari, hendaklah kita selalu berusaha mengucapkan “Damai sejahtera bagi
kamu”. Itulah tugas perutusan kita setelah percaya akan kebangkitan Kristus.
Yesus Kristus menugaskan kita untuk menyalami semua orang yang kita jumpai
setiap hari. Mengatakan “damai sejahtera bagi kamu” adalah sebuah ajakan bagi
kita untuk menciptakan kenyamanan, ketentraman dan kedamaian di antara kita,
serta menyingkirkan sikap-sikap arogansi, sombong, curiga, permusuhan dan
kebencian. Tanda bahwa kita telah ikut bangkit bersama Kristus ialah bahwa kita
telah mempu menyingkirkan unsur-unsur negatif dari dalam diri kita dan
mengenakan sikap-sikap damai dan saling menghargai satu sama lain.
Yang kedua ialah, bahwa Yesus mendesak kita juga
untuk percaya bahwa Dia telah bangkit. Sikap Thomas yang tidak percaya adalah
sebuah kritikan penulis Injil kepada kita yang mungkin rasa percaya kita itu
tidak seperti yang diharapkan oleh Yesus dan oleh para rasul. Sikap ragu-ragu
kita mungkin lebih kuat dari sikap keyakinan kita. Kebangkitan Kristus adalah
tanda bahwa Yesus tidak meninggalkan kita sendirian, tetapi Dia datang dan
hidup bersama kita, menemani kita juga. Tetapi bisa jadi, ketika kita memiliki
masalah dalam hidup, kita kehilangan keyakinan bahwa Allah sedang bersama kita.
Kita kadang berguman bahwa Allah tidak ada, klo Dia ada, mengapa tidak pernah
menjawab dan mengabulkan permohonanku? Mengapa penderitaanku terus-terusan ada
walau aku sudah terus memohon kesembuhan kepada Tuhan?
Yang ketiga ialah bahwa peristiwa kebangkitan Yesus
Kristus adalah peristiwa yang memberikan rasa kedamaian untuk kita semua.
Kedamaian itu dilambangkan dalam bacaan pertama dari kisah para rasul, yaitu
“mereka memecah-mecahkan roti secara bergilir dari rumah ke rumah”. Jemaat
Kristen pertama memang jemaat yang cinta akan kedamaian, mereka selalu saling
berbagi roti (makanan) bersama, serta selalu berdoa bersama. Mereka
mementingkan kebersamaan, dan dalam kebersamaan mereka saling berbagi roti,
saling menolong, saling membuat orang lain kenyang, dan juga sama-sama berdoa.
Inilah juga yang seharusnya kita upayakan dalam hidup bersam kita. Tidak
membiarkan orang lain terasing dan jauh dari pergaulan kita, tetapi berusaha
merangkul dan melibatkan semua orang (terutama mereka-mereka yang seiman dengan
kita) untuk mengalami kedamaian itu.
Telukdalam, 27 April 2014
Email: giuslay.zone@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar