Jumat, 12 Februari 2021

MENGELOLA HIDUP BERSAMA BEDA GENERASI

Sdr. Sergius Lay, OFMCap 

  1. 1. Catatan Pengantar 


Mungkin terlalu gegabah mengatakan bahwa “kebanyakan orang-orang dewasa medior dan senior mengeluh tentang sifat dan karakter dari orang-orang muda atau yunior sekarang ini seperti: kurang daya juang, malas, santai, hidup seturut kemauan, sering terlambat, kurang hormat kepada orang yang lebih tua, kurang sopan, sering egois dan individualis, malas, ke mana-mana dalam jarak dekat harus berkendaraan, cenderung memiliki alat-alat komunikasi seperti HP, Laptop, notebook, Tablet yang mahal dan secara sembunyi-sembunyi, kurang jujur dan masih banyak lagi litani keluhan yang dibebankan kepada mereka”. 


Kadang muncul juga komentar, “beda cara hidup orang-orang muda sekarang ya!” kata orang-orang dewasa. Namun ada juga komentar: “akh...! Tidak jamannya lagi. Pikiran mereka terlalu kolot, ketinggalan jaman. Masa orang dilarang pakai HP. Masa dikasih sama kita HP-HP tulit-tulit yang warna hitam putih layarnya. Masa diberikan sama kita HP yang harga Rp. 380.000. Masa beli Laptop untuk kita yang RAM nya hanya 2 GB atau 4 GB. Mengapa bukan beli HP yang RAM nya 8 GB dan hardiksnya 1TB!” kata orang-orang muda atau yunior. 


Dari dua kelompok tersebut di atas, kita sebut saja “kelompok tradisional” sebagai kelompok orang dewasa dan “kelompok milenial” sebagai kelompok orang muda, memiliki kecondongan cara berpikir yang sangat berbeda. Tentu perbedaan ini disebabkan oleh gaya situasi dan kondisi zaman yang berbeda juga. Yang paling sulitnya lagi, bahwa kecondongan ini dapat jatuh kepada “kecondongan ekstrem” yang membuat masing-masing kelompok tetap bertahan pada pola pikirnya yang semakin kental dan akhirnya sulit menerima kelompok lainnya secara terbuka, bijaksana dan penuh persaudaraan. 


Melalui tulisan ini, kita hendak melihat mengapa masing-masing generasi memiliki sikap dan karakteristik yang berbeda dengan generasi lainnya. Apa yang memicu perbedaan itu dan mengapa ada perbedaan itu? Mengapa seseorang yang berasal dari generasi tertentu beranggapan bahwa dirinya dan generasinya jauh lebih baik dari generasi yang lainnya, baik sebelum maupun setelahnya? 

 

  1. 2. Zaman yang Kompleks 

Kita yang hidup pada masa sekarang, tentu menghadapi pelbagai kerumitan dalam hal berinteraksi, bersosialisasi dan berkomunikasi satu sama lain. Kerumitan tersebut dapat dimengerti karena kita sedang berhadapan dengan beberapa kenyataan hidup sosial bahwa zaman kita ini terdiri dari beberapa generasi dengan sifat dan karakteristiknya yang berbeda pula. Sering kita dengar ungkapan zaman ini dengan “zaman milenial”, “zaman digital”, “zaman now”, “zaman revolusi industri 4,0”, “zaman disrupsi” dan lain sebagainya. Dengan kata lain, setiap generasi hendak mengatakan bahwa “kami tidak sama dengan kalian, bahwa dunia kami beda dengan dunia kalian, bahwa zaman kita berbeda". 


Jika kita hendak memahami secara historis, maka kita dapat mengatakan bahwa kita terdiri dari beberapa generasi yang dari segi secara sifatnya juga berbeda antara satu generasi dengan generasi yang lainnya. Kita tidak hendak menguraikan generasi sejak manusia diciptakan, namun kita hanya  hendak menempatkan generasi yang lebih tua yang sedang pada zaman sekarang sampai dengan generasi yang lahir-hidup pada tahun-tahun terakhir ini. 


Lauren M. Troksa, dalam Disertasi Doktoralnya dengan judul The Study of Generations: A Timeless Notion within a Contemporary Context di Universitas Colorado – Amerika Serikat, mengatakan bahwa terdapat 6 generasi sejak tahun 1900 sampai sekarang. Generasi-generasi tersebut terdiri dari: The Greatest Generation (lahir antara tahun 1901 s/d 1924), Silent Generation (lahir antara tahun 1925 s/d 1945), Baby Boomer Generation (lahir antara tahun 1946 s/d 1964), Generation X (lahir antara tahun 1965 s/d 1980), Millennial Generation (lahir antara tahun 1981 s/d 2003), Generation Z (lahir antara tahun 2004 s/d 2009), dan satu Generasi terakhir yang tidak termasuk dalam penelitian Troksa, yaitu Generasi Alpha (lahir antara tahun 2010 s/d 2020an). Istilah yang lebih familiar untuk menggambarkan generasi-generasi ini adalah: Gen Tradisional, yang merangkum 2 generasi, yaitu Greatest Generation dan Silent Generation, Gen Babby Boomers, Gen X, Gen Y, Gen Z dan Gen Alpha 

 

  1. 3. Karakteristik Setiap Generasi 

Pada bagian ini, kita tidak hendak menguraikan secara panjang lebar tentang keseluruhan aspek dari setiap generasi seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi sekedar melihat beberapa sifat dan karakteristik penting terkait dengan generasi-generasi tersebut. Dengan demikian, akhirnya kita diharapkan dapat mampu memahami dan mengerti tentang mengapa sering terjadi perbedaan prinsip, pandangan dan konsep tentang hidup pribadi maupun hidup bersama. 

 

3.1 Generasi Veteran / Tradisionalis 

Generasi Tradisionalis adalah orang-orang yang hidup antara tahun 1901 sampai dengan tahun 1945. Orang-orang ini berada dalam peristiwa 2 (dua) masa Perang Dunia (I tahun 1914 – 1918 dan II tahun 1919 – 1945). Jika mereka masih hidup sekarang, maka usia mereka sekitar lebih dari 75 tahun. Mereka hidup dalam suasana peperangan dan di bawah ancaman kematian karena perang. Akibat krisis ekonomi global, mereka harus merasakan hidup dengan kondisi serba kekurangan. Selain itu, generasi ini merupakan saksi dari berbagai kejadian terbesar di muka bumi, terutama terkait dengan perang dunia II. 


Karakteristik dari generasi ini adalah pendiam, pekerja keras dan profesional. Kesetiaan dan kepatuhan mereka terhadap tugas dan tanggung jawab sangat tinggi yang disertai dengan komitmen untuk memberikan diri bagi perkembangan kebersamaan. Terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka, mereka adalah orang-orang tekun, jujur dan berusaha sekuat tenaga untuk membuat perkerjaan itu berhasil. 


Dalam hidup bersama, mereka adalah pribadi-pribadi yang nyaman dengan situasi, namun kadang menampakkan keheranan mereka orang lain yang lebih muda bergaul mesra dengan fasilitas teknologi. Mereka kadang tidak peduli dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Untuk mereka, hidup harus dihayati dengan  tekun dan bertanggung jawab. 

 

3.2 Generasi Babby Boomers  

Generasi Babby Boomers adalah mereka yang hidup antara tahun 1946 s/d 1964. Jadi umur mereka (jika dihitung dari tahun 2021) sekitar 57 s/d 75 tahun. Boleh jadi, mereka masih termasuk para orang tua kita sekarang, atau bahkan ada yang berstatus kakek dan nenek. Pada masa ini, orang-orang hidup dengan tenang karena tidak berada dalam suasana perang seperti pada generasi sebelumnya. Oleh karena itu, terjadi pertambahan penduduk yang cukup terasa karena orientasi orang untuk hidup berkeluarga dan menata keluarga dan masa depannya dengan lebih baik dan tenang. 


Orang-orang pada zaman ini memiliki kecenderungan pada pencapaian karier secara konsisten. Kerja keras dan komitmen pada tugas dan tanggung jawab adalah yang paling utama dalam hidup. Semuanya ini dilakukan tak lain untuk kesejahteraan anak cucu / keturunan mereka kelak. Walaupun mereka hidup masih begitu jauh  dari dunia digital, namun mereka sangat mengandalkan hal-hal yang bersifat konvensional. Oleh karena itu keinginan untuk berkumpul, menghabiskan waktu untuk duduk dan berbagi cerita satu sama lain menjadi kebiasaan yang ditemukan pada jaman ini. Terdapat keakraban yang terjalin dari orang ke orang, namun keluasan pergaulan masih sangat terbatas, walaupun sudah banyak dari mereka yang mulai berkeinginan keluar dari daerahnya untuk mencoba mengadu nasib di tempat lain dan bahkan di negara dan pulau yang lain. Walaupun fasilitas teknologi informasi dan komunikasi belum begitu “menjamur” namun sudah ada dari mereka yang mulai akrab menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut. 


Dalam hidup bersama, mereka percaya pada adanya peluang, namun sering kali terlalu idealis untuk membuat perubahan positif di dunia. Mereka juga kompetitif dan mencari cara untuk melakukan perubahan dari sistem yang sudah ada. Selain itu mereka adalah orang-orang pekerja keras karena untuk dapat hidup baik harus sungguh bekerja keras, sangat ingin agar kerjanya dihargai secara personal, percaya pada perubahan serta dan perkembangan diri sendiri. Sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan hidup bersosialisasi dengan orang lain. Karena itu, untuk bergaul dengan orang lain bukanlah hal sulit bagi mereka. Mereka selalu rindu untuk berkumpul dan saling berbagi cerita satu sama lain (di rumah, bioskop, pasar, kedai, warung dan lain sebagainya). Belum menjamurnya fasilitas teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan mereka mengutamakan pembicaraan secara langsung. Mereka juga sering dinamakan generasi gaptek, dan kadang tidak suka dengan kaum muda yang sering menggantungkan diri terhadap fasilitas digital ini. 

 

3.3 Generasi X / Gen X 

Generasi X, hidup antara tahun 1965 s/d tahun 1980. Jadi umur mereka (jika dihitung dari tahun 2021) berkisar antara 40 tahun s/d dengan 55 tahun. Secara umum, masyarakat dunia sedang menyaksikan cukup banyak konflik dalam negeri masing-masing tetapi juga antara negara. Misalnya konflik global perang Vietnam, jatuhnya Tembok Berlin serta berakhirnya Perang Dingin. Di Indonesia misalnya terjadi gejolak-gejolak pada masa Pemerintahan Orde Baru. Masa-masa ini juga ditandai dengan keinginan yang cukup kuat Generasi X untuk keluar dari kampung halamannya untuk mencoba mengalami tantangan baru dengan hidup di daerah yang lainnya. 


Generasi X melihat pola asuh kedua orang tuanya yang banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Oleh karena itu, Generasi X pun mengikuti jejak tersebut, yaitu menghabiskan waktu untuk bekerja. Akan tetapi, kehidupan antara pekerjaan, pribadi, dan keluarga mereka jauh lebih seimbang. Keinginan untuk hidup secara seimbang, antara kerja dan rekreasi menjadi hal yang sangat mereka perhatikan dalam hidup. Bersifat informal dalam bersosialisasi, cenderung mengandalkan kemampuan diri sendiri, menggunakan pendekatan praktis dalam bekerja, ingin bersenang-senang dalam bekerja, dan merasa senang bekerja dengan teknologi terbaru dan karena itu mereka sudah mulai mengenal yang namanya komputer dan video game dengan versi sederhana. 


Dalam hidup bersama, mereka mengutamakan kebersamaan, walaupun sikap sukuisme juga masih tampak kentara. Namun mereka cukup terbuka dengan hal-hal baru dalam hidup mereka. Hanya saja mereka memiliki sikap yang cukup skeptis, atau ragu-ragu dengan pelbagai perkembangan teknologi yang sedang terjadi. 

 

3.4 Generasi Y / Gen Y 

Generasi Y, hidup antara tahun 1981 s/d tahun 1994. Jadi umur mereka (jika dihitung dari tahun 2021) berkisar antara 27 tahun s/d dengan 40 tahun. Generasi Y sering juga disebut dengan Generasi Milenial 


"Keseimbangan Hidup”, adalah semboyan sebagian besar mereka yang berasal dari Generasi Y atau Milenial ini. Orientasi hidup mereka tidak melulu pada mengejar harta dan kekayaan, tapi lebih mengutamakan soal solidaritas, kebahagiaan bersama, dan eksistensi diri agar dihargai secara sosial. Selain mengalami transisi dari segala hal yang bersifat analog ke digital, Generasi Y atau Milenial juga bertumbuh seiring dengan semakin matangnya nilai-nilai persamaan dan hak asasi manusia, sehingga mempengaruhi pembawaan mereka yang bisa dinilai lebih demokratis. Jangan heran bahwa di zaman mereka nilai-nilai persamaan hak asasi sangat ditekankan dan dihayati. 


Selain itu, Generasi Y lebih menghayati hidup dengan enjoy atau bersenang-senang serta memberi banyak pengaruh positif untuk kehidupan sosial kemasyarakatan di masa depan. Para Generasi Y lebih jeli dalam melihat suatu peluang, terutama bisnis dengan konsep yang lebih maju dan inovatif, seperti keberhasilan startup unicorn yakni Bukalapak (Ahmad Zaky, lahir tahun 1986) dan Gojek (Nadiem Makarim, lahir tahun 1984), yang tidak lain adalah berasal dari Generasi Y / milenial. 


Karena itu, orang-orang dari Generasi Y adalah pribadi-pribadi yang suka akan inovasi dan mencoba keluar dari cara kerja tradisional. Mereka cenderung menyukai cara kerja digitalisasi. Orientasi suatu pekerjaan adalah pada hasil, dan bukan lagi pada proses yang sering mereka lihat hanya menghabiskan waktu. Karena itu, sikap Generasi Y adalah pribadi-pribadi yang realistis dan tidak ingin tinggal pada konsep-konsep.  


Generasi Y / Milenial ini sangat menghargai perbedaan, lebih memilih bekerja sama daripada menerima perintah, dan sangat pragmatis ketika hendak menyelesaikan persoalan. Dalam melakukan pekerjaan, mereka akan bertanya apakah pekerjaan itu mempunyai manfaat atau tidak. Dalam hal bekerja, mereka memiliki rasa optimis yang tinggi, fokus pada prestasi, percaya diri, percaya pada nilai-nilai moral dan sosial, menghargai adanya keragaman. 

 

3.5 Generasi Z / Gen Z 

Generasi Z, hidup antara tahun 1995 s/d tahun 2010. Jadi umur mereka (jika dihitung dari tahun 2021) berkisar antara 11 tahun s/d dengan 26 tahun. Generasi Z sering juga disebut dengan Generasi Internet atau iGeneration. 


Dengan perkembangan teknologi yang terus berkembang, orang-orang dari Generasi Z seolah-olah tidak bisa lepas dari gadget dan aktivitas media sosial. Hampir mencapai 50 % setiap harinya mereka  pasti akan melakukan pemeriksaan terhadap media sosial (minimal setiap jam sekali). Karena itu, mereka akan sangat cepat mendapat informasi terkini / baru dari media sosial.  


Untuk orang-orang dari Generasi Z, teknologi dapat melakukan apa saja termasuk belajar dan bekerja, bukan sekadar bersenang-senang. Maka tak sedikit dari Gen Z yang kini menjadikan media sosial sebagai lahan mereka untuk mencari penghasilan. Seperti membuka online shop atau menjadi influencer muda. Dalam hal bekerja, Gen Z memiliki kemiripan dengan Gen Y, tetapi Gen Z mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu (multi tasking) seperti: menjalankan sosial media menggunakan ponsel, browsing menggunakan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apa pun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil Gen Z ini sudah kenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian. Generasi Z adalah generasi global pertama yang nyata. Mereka tumbuh dan berkembang di lingkungan yang tidak pasti dan kompleks yang menentukan pandangan mereka tentang pekerjaan, belajar dan dunia. Mereka memiliki harapan yang berbeda di tempat kerja mereka, berorientasi pada karir, generasi profesional yang ambisius, memiliki kemampuan teknis dan pengetahuan bahasa pada tingkat tinggi. Sekolah yang baik harus mempersiapkan Gen Z untuk menjadi karyawan yang efektif di era digital. 

 

3.6  Generasi Alpha 

Generasi Alpha adalah Generasi yang hidup antara tahun 2010 sampai dengan sekarang. Dengan demikian, umur mereka adalah kurang dari 10 tahun. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa mereka masih anak-anak namun telah hidup akrab dengan dunia digital dan internet. Bahkan sejak di dalam kandungan ibunya, mereka sudah “disentuh” oleh dunia digital dan internet. Para orang tua dari Generasi Alpha ini mendapat tantangan tersendiri dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak generasi Alpha ini. Mereka hidup dan bertumbuh dalam masyarakat yang sangat heterogen, sehingga cara berpikir mereka lebih terbuka. 


Secara umum, sifat dan karakter Generasi Alpha masih penuh misteri, mengingat mereka sedang bertumbuh dan berkembang menjadi anak-anak remaja di masa sekarang. Namun sudah banyak catatan yang menguraikan tentang sifat atau karakteristik dari dari Generasi Alphawalaupun sifatnya masih prediktif, misalnya: sangat memahami dunia teknologi serta melihat bahwa teknologi bukanlah pelengkap dalam hidup melainkan bagian dari gaya hidupberkat akses kepada teknologi yang besar dan luas maka generasi ini menjadi generasi yang berwawasan luas dan cerdas serta terdidik, realitas hidup mereka adalah artificial intelligence, pembelajaran yang sangat personal, sangat menekankan interaksi sosial melalui media sosial, tidak suka berbagi, tidak suka mengikuti aturan, tidak bisa diprediksi, masa kecil yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, pola makannya sangat berbeda, bergaya fungky, dan lain sebagainya. Salah satu hal yang mengkhawatirkan adalah bahwa karena kedekatan dengan teknologi dapat menyebabkan mereka menjadi jauh dari sejarah dan hidup serta budaya para leluhurnya. 

 

  1. 4. Perbedaan Sifat dan Karakteristik dari setiap Generasi 

Pada bagian ini, hendak ditampilkan perbedaan sifat dan karakteristik dari beberapa generasi yang dari segi jumlah masih cukup banyak hidup pada saat ini: 

 

Faktor-Faktor 

Babby Bloomers 

Gen X 

Gen Y 

Gen Z 

 

Cara Berpikir / Pandangan Hidup 

Cara berpikir yang lebih menyangkut kelompok dan orang banyak serta sangat fokus akan suatu hal 

Cara berpikir lebih berfokus pada diri sendiri dan untuk jangka menengah 

Cara berpikir cenderung egois dan untuk untuk jangka pendek 

Kurangnya semangat berkomitmen dedikasi. Menurut mereka, cukuplah untuk berbahagia untuk situasi saat ini 

 

Persahabatan 

Fokus persahabatan ialah kepada diri sendiri, demi kebahagiaan diri sendiri 

Lebih penting dan bernilai adalah persahabatan secara pribadi dan virtual 

Hal yang ditekankan dalam persahabatan adalah secara virtual dan mengandalkan daring (dalam jaringan) 

Persahabatan cenderung dilakukan secara virtual dan sifatnya dangkal / tidak mendalam 

 

Tujuan 

Tujuan utama hidup adalah eksistensi yang kuat sebagai pribadi 

Bagaimana hdiup bersama dengan banyak orang dan banyak lingkungan 

Dalam hal kepemimpinan, orang-orang ini hidup penuh persaingan untuk menduduki jabatan pemimpin 

Hiduplah untuk masa sekarang ini 

Realisasi Diri 

Realisasi diri dicapai melalui membangun karier secara sadar 

Promosi yang cepat 

Ingin cepat direalisasi 

Banyak pertanyaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan realisasi diri 

 

IT 

Didasarkan pada instruksi mandiri dan tidak lengkap 

Menggunakan IT dengan penuh dengan percaya diri 

IT adalah sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari 

Kemampuan ber-IT lebih mengandalkan kemampuan Intuitif 

 

 

Nilai-Nilai 

Ciri orang-orang ini adalah sabar, punya soft skill, menghormati tradisi, EQ dan kerja keras 

Orang-orang ini adalah pekerja keras, terbuka, menghargai keragaman, punya rasa ingin tahu dan suka akan hal-hal yang sifatnya praktis 

Dalam bekerja sangat menekankan fleksibilitas, gerak cepat, pengetahuan kelihatan luas namun dangkal, orientasi sukses, kreativitas dan kebebasan informasi yang menjadi prioritas 

Hidup untuk saat ini, cepat bereaksi terhadap pelbagai stimulus, pemberani, cepat mengakses informasi dan pelbagai konten 

 

 

 

 

 

 

  1. 5. Kemungkinan Konflik 

Melihat fenomena hidup bersama di tempat yang sama (biara, sekolah, organisasi, dll) yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih generasi dan dengan perbedaan karakteristik, maka besar kemungkinan akan terjadi pelbagai gesekan  fisik maupun psikis di antara mereka. Setiap generasi akan menempatkan dirinya dengan pelbagai pandangan yang akan membenarkan dirinya sendiri, tanpa melihat secara lebih detail dan mendalam bahwa mereka yang berasal dari generasi yang lain pun memiliki kebenaran menurut versi mereka. 


Sebagai contoh misalnya, Generasi X mengatakan bahwa “belajar yang baik itu tidak harus dengan memiliki Handphone / HP” namun mereka dari generasi Z mengatakan bahwa “melalui HP kami dapat belajar banyak hal dan proses belajarnya lebih praktis daripada harus membaca buku yang sangat membosankan”. Generasi X mungkin berpendapat bahwa “untuk mengantar surat ke rumah tetangga yang jaraknya 100 meter cukup perlu dengan jalan kaki” karena sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan jalan kaki, namun mereka yang dari generasi Z mengatakan “untuk mengantar surat ke rumah tetangga yang jaraknya sekitar 50 meter, kami membutuhkan kendaraan bermotor agar menghemat waktu” (karena sejak kecil mereka ini tidak terbiasa dengan jalan kaki). 


kecekatan untuk melihat situasi dalam hidup bersama menjadi salah satu tuntutan yang harus dipikirkan dan dikelola secara baik. Saudara yang “senior” harus sungguh memahami karakteristik para saudara yang masih “junior”. Pemahaman yang baik akan membawa cara hidup bersama yang baik dan pemahaman yang tidak baik akan membawa cara hidup yang tidak baik. Mengelola hidup bersama yang didasarkan pada situasi hidup yang heterogen bukanlah hal yang mudah, melainkan membutuhkan banyak usaha untuk mengelola hidup bersama sehingga hidup bersama dapat berlangsung dengan baik. 

 

  1. 6. Sikap-Sikap yang Perlu 

Sebelumnya telah dikatakan bahwa bukanlah hal yang mudah untuk mengelola hidup bersama. Sangat dibutuhkan  sikap bijaksana dan kerendahan hati untuk mengerti dan memahami karakteristik dari generasi lain di luar dirinya. Oleh karena itu, seorang pribadi yang berasal dari generasi Babby Boomersatau Generasi X atau Generasi Y atau bahkan dari generasi Z, harus memahami beberapa sikap yang perlu hayati dalam menjalani hidup bersama tersebut.


Di sini akan dicoba ditawarkan beberapa sikap yang perlu oleh setiap pribadi dalam hidup bersama: pertamamemahami bahwa setiap generasi berbeda dalam hal sifat dan karakterSifat dan karakter sangat dipengaruhi oleh kemudahan akses kepada informasi yang ada serta perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi. Ada generasi yang sejak awal sudah mengalami kesulitan untuk akses terhadap informasi sehingga membutuhkan kerja keras, sedangkan ada generasi yang sejak lahirnya sudah begitu mudah untuk akses kepada sumber informasi dan menyebabkan mereka tidak perlu bekerja keras. Mereka akan beranggapan bahwa menjalani hidup itu hal mudah, mendapatkan sesuatu itu mudah walaupun mereka belum tahu bahwa semua itu membutuhkan usaha juga. 


Hal kedua adalah memiliki pemahaman yang benar tentang teknologi digital. Semakin bertambah tahun semakin berkembang juga teknologi informasi dan komunikasi dan semakin mudah juga akses kepada sumber-sumber informasi. Munculnya pelbagai teknologi digital membantu kita untuk mengakses pelbagai ilmu pengetahuan dan informasi yang makin besar pula. Namun perlu disadari bahwa mudahnya akses kepada sumber informasi tersebut dapat membawa kita kepada “dunia negatif” karena sumber-sumber informasi yang ada terbuka secara bebas dan mudah untuk diakses termasuk konten-konten negatif seperti pornografi, narkoba, perdagangan manusia, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sangat perlu memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang teknologi digital tersebut. 


Ketiga, menghindari sikap otoriter. Status senioritas dalam hidup bersama dapat menyebabkan seseorang memiliki sikap otoriter terhadap orang lain dari generasi yang lain. Sering kali kita  merasa diri lebih banyak tahu tentang ilmu-ilmu tertentu dan pada waktu yang sama beranggapan bahwa orang lain adalah pribadi yang tidak memiliki pengetahuan dan kepada mereka harus disosialisasikan pelbagai pengetahuan. Sikap ini tidak cocok lagi untuk kondisi sekarang di mana kebanyakan orang telah memiliki akses yang mudah kepada sumber pengetahuan melalui perangkat digital. 


Keempat, memahami bahwa sarana komunikasi digital bukanlah hal mewah yang harus diharamkan pemakaiannya. Untuk generasi Y, Z dan Alpha, sarana komunikasi seperti media sosial dan perangkatnya bukanlah hal yang tabu dan mewah untuk mereka. Oleh karena, kepemilikan akan sarana komunikasi seperti media sosial dan perangkatnya sudah menjadi biasa untuk dimiliki semua orang.  


Kelima, percaya kepada orang lain dalam hal akses ke media OnlineSikap positif terhadap orang lain dari generasi berbeda ketika bereksplorasi dengan media-media sosial perlu dijaga dengan baik. Sikap percaya tidak berarti bahwa kita bersikap lepas bebas membiarkan orang lain mengakses secara bebas tanpa ada “pantauan”. Tetap perlu komunikasi langsung dan keterbukaan tentang pengalaman bereksplorasi dengan sumber-sumber pengetahuan secara digital. 

 

  1. 7. Catatan Penutup 

Tidak mudah mengelola hidup bersama dalam sebuah komunitas, entah apa pun itu namanya. Apalagi jika di dalam satu komunitas terdiri dari beberapa generasi yang berbeda dengan usia yang cukup jauh. Namun kenyataannya adalah semuanya harus hidup bersama, lepas dari apakah seorang pribadi dari generasi tertentu menerima atau tidak situasi dan kondisi tersebut. 


Namun panggilan kita adalah mencoba untuk selalu memiliki sikap mengerti dan memahami bahwa dalam dunia yang semakin kompleks yang orang sebut dengan “zaman now”, kita tetap berusaha untuk mengerti bahwa sifat dan karakteristik setiap orang / pribadi selalu dibentuk oleh zamannya, dan setiap kita pun tidak bisa memaksa bahwa orang yang lahir dan dibentuk oleh zaman tertentu harus mengikuti sifat dan karakteristik dari zaman kita. 


Konsep tersebut di atas tidak hendak mengatakan bahwa setiap orang dari generasi berbeda tidak dapat disentuh oleh orang lain dari generasi yang lain. Nilai-nilai kebaikan yang berlaku universal tetap harus menjadi barometer dalam menentukan cara kita bersikap dan bertingkah laku. “Kita adalah anak dari zaman tertentu, tetapi kita juga harus belajar tentang nilai-nilai kebaikan dari zaman yang lain, karena semuanya akan menyempurnakan diri kita”. 

 

Sumber-Sumber Bacaan 

Bala, Robert. Tantangan Guru Zaman NowJakarta: Gramedia Widiasarana, 2018. 

Manenti, A. Vivere InsiemeAspetti PsicologiciBolognaEdizione Dehoniano, 2009. 

Koran Harian online “OkeNews.” 6 Generasi Manusia, Anda Masuk Kelompok Mana? dalam  https://news.okezone.com/read/2019/02/24/65/2022109/6-generasi-manusia-anda-masuk-kelompok-mana?page=1, diakses pada hari Kamis, 11 Februari 2021. 

Putra S. Yanuar. Teori Perbedaan Generasi. Tulisan diterbitkan online pada alamat https://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/%20%20142/133., diakses pada hari Kamis, 11 Februari 2021.  

Troksa, Lauren M. The Study of Generations: A Timeless Notion within a Contemporary ContextUniversity of ColoradoBoulder CU Scholar, 2016.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...