![]() |
Kotbah Minggu Prapaska
3, - A (2014)
Bacaan Pertama : Keluaran 17,3-7
Mazmur Tggpn : 95
Bacaan Kedua : Roma
2,1-2,5-8
Bacaan
Injil : Yohanes
4,5-48
“PANGGILAN UNTUK PEDULI”
Pengantar
Pada hari Minggu ketiga masa Prapaska ini, Gereja
mengajak kita untuk meningkatkan sikap kepedulian kita kepada sesama.
Kepedulian rupanya menjadi inti ajaran Kristus selama kita menjalani masa
Prapaska ini.
Exegese KS
Bacaan pertama dari
Kitab Kejadian memberikan sebuah gambaran tentang kepedulian
Allah kepada
bangsa Israel selama pengembaraan dan perjalanan mereka di padang gurun. Bangsa
Israel dikenal sebagai bangsa yang suka menggerutu, suka nyinyir, suka
ngamuk-ngamuk, protes, selama mereka berjalan dari Mesir menuju Tanah Terjanji,
melewati Padang Gurun. Seperti dalam bacaan
pertama, mereka malah menuntut agar YAHWE itu harus tampak di depan mata
mereka. Akhirnya memang YAHWE tampak kepada mereka, walaupun bukan wajah-Nya
yang tampak, melainkan dalam bentuk tampak sebagai batu karang Israel dan
sumber air yang memberi hidup kepada mereka. Di sini jelas bahwa YAHWE itu
hadir sebagai Air Hidup yang memberikan kesejukan, memberikan kenyamanan,
memberikan hidup untuk bangsa Israel.
Inilah gambaran Allah yang peduli itu, Allah yang selalu
memperhatikan kebutuhan manusia, memperhatikan kebutuhan bangsa Israel, dan
tidak menginginkan mereka binasa. Kenakalan dan sikap menggerutu tidak membuat
YAHWE lari dari sikap peduli, tetapi justru semakin menampakan kepedulian itu
kepada bangsa Israel.
Dalam Injil hari ini, Yesus menyatakan rasa peduli
terhadap seorang wanita Samaria. Ia tahu bahwa wanita ini dijauhi banyak orang,
terutama oleh orang-orang yang tinggal sekampung dengannya. Apakah buktinya
bahwa dia adalah orang yang dijauhi oleh sesamanya?
Pertama-tama, wanita ini mengambil air pada waktu tengah
hari. Padahal, dalam budaya Samaria, setiap orang mengambil air pada waktu pagi
hari. Alasannya, tidak panas dan banyak kesempatan untuk bisa berinteraksi
dengan orang lain. Wanita ini tidak melakukan hal demikian. Ia hidup dalam keterasingan
dan malah mengasingkan dirinya dari pergaulan terbuka dengan orang lain, tidak
mau berinteraksi dengan orang lain. Mengapa? Karena dia dianggap sebagai wanita
tidak baik, dan sekarang, dia sedang hidup dengan seorang laki-laki yang bukan
suaminya. Dan Yesus sendiri tahu dengan baik keperibadiannya walaupun mereka
belum bertemu.
Yesus
melihat bahwa hidup wanita ini sungguh perih dan pahit. Oleh karena itu, Yesus
pun berusaha untuk menolong dia. Namun, apakah cara yang dipakai Yesus itu
harus halus dan lembut? Tidak. Sebaliknya, Yesus justru menggunakan shock teraphy untuk menyadarkan wanita
tersebut. Yesus pertama-tama membuka aib yang dilakukan oleh wanita tersebut,
terutama mengenai hidup perkawinannya yang tidak beres. Yesus dengan terus
terang membuka hal-hal yang berkaitan dengan wanita itu secara langsung
kepadanya, dan ini tentu saja hal itu menyakitkan. Siapakah orang yang tidak
malu dan marah jika aib yang ditutup-tutupinya diketahui, bahkan dibeberkan
oleh orang yang baru saja dikenalnya? Namun, Yesus tanpa ragu dan malu
melakukan itu semua karena Ia sangat peduli pada kehidupan wanita tersebut.
Rasa peduli yang Yesus tunjukkan kepadanya jauh dari kesan halus, sebaliknya sedikit
kasar. Tetapi, tindakan Yesus ini ternyata justru dapat menyadarkan wanita
tersebut. Ia menjadi sadar bahwa tindakan Yesus yang kasar dan tidak elegan
tersebut menyelamatkan dia.
Aplikasi-praksis.
Melalui tindakan Yesus yang kita dengar dan kita saksikan
hari ini kita sekalian dapat belajar bahwa rasa peduli dan rasa belas kasih
memang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Dalam masa Prapaskah ini, kita juga diajak untuk semakin
peduli dengan orang lain, semakin meningkatan sikap berbela rasa terhadap orang
lain, sikap menaruh perhatian kepada orang lain, sikap yang menguntungkan orang
lain, dan dengan itu kita dapat mempersiapkan Paskah kita dengan hati yang
lebih baik dan pantas. Namun, kita pun mesti ingat bahwa peduli tidak selalu
identik dengan kelemahlembutan. Mari kita mohon rahmat agar Tuhan selalu
memampukan kita untuk dapat bertumbuh dalam kasih-Nya, dan bertumbuh dalam
sikap yang selalu peduli kepada diri kita, kepada orang lain dan kepada Allah
sendiri.
(bisa juga diselipkan contoh-contoh sikap peduli
dari kehidupan harian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar