Sabtu, 29 Maret 2014

Minggu Prapaska 3 - A


Kotbah Minggu Prapaska 3, - A (2014)
Bacaan Pertama      : Keluaran 17,3-7
Mazmur Tggpn       : 95
Bacaan Kedua         : Roma 2,1-2,5-8
Bacaan Injil             : Yohanes 4,5-48

“PANGGILAN UNTUK PEDULI”

Pengantar
Pada hari Minggu ketiga masa Prapaska ini, Gereja mengajak kita untuk meningkatkan sikap kepedulian kita kepada sesama. Kepedulian rupanya menjadi inti ajaran Kristus selama kita menjalani masa Prapaska ini.

Exegese KS
Bacaan pertama dari Kitab Kejadian memberikan sebuah gambaran tentang kepedulian Allah kepada bangsa Israel selama pengembaraan dan perjalanan mereka di padang gurun. Bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang suka menggerutu, suka nyinyir, suka ngamuk-ngamuk, protes, selama mereka berjalan dari Mesir menuju Tanah Terjanji, melewati Padang Gurun. Seperti dalam bacaan pertama, mereka malah menuntut agar YAHWE itu harus tampak di depan mata mereka. Akhirnya memang YAHWE tampak kepada mereka, walaupun bukan wajah-Nya yang tampak, melainkan dalam bentuk tampak sebagai batu karang Israel dan sumber air yang memberi hidup kepada mereka. Di sini jelas bahwa YAHWE itu hadir sebagai Air Hidup yang memberikan kesejukan, memberikan kenyamanan, memberikan hidup untuk bangsa Israel.
Inilah gambaran Allah yang peduli itu, Allah yang selalu memperhatikan kebutuhan manusia, memperhatikan kebutuhan bangsa Israel, dan tidak menginginkan mereka binasa. Kenakalan dan sikap menggerutu tidak membuat YAHWE lari dari sikap peduli, tetapi justru semakin menampakan kepedulian itu kepada bangsa Israel.
Dalam Injil hari ini, Yesus menyatakan rasa peduli terhadap seorang wanita Samaria. Ia tahu bahwa wanita ini dijauhi banyak orang, terutama oleh orang-orang yang tinggal sekampung dengannya. Apakah buktinya bahwa dia adalah orang yang dijauhi oleh sesamanya? 
Pertama-tama, wanita ini mengambil air pada waktu tengah hari. Padahal, dalam budaya Samaria, setiap orang mengambil air pada waktu pagi hari. Alasannya, tidak panas dan banyak kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan orang lain. Wanita ini tidak melakukan hal demikian. Ia hidup dalam keterasingan dan malah mengasingkan dirinya dari pergaulan terbuka dengan orang lain, tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Mengapa? Karena dia dianggap sebagai wanita tidak baik, dan sekarang, dia sedang hidup dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya. Dan Yesus sendiri tahu dengan baik keperibadiannya walaupun mereka belum bertemu.
Yesus melihat bahwa hidup wanita ini sungguh perih dan pahit. Oleh karena itu, Yesus pun berusaha untuk menolong dia. Namun, apakah cara yang dipakai Yesus itu harus halus dan lembut? Tidak. Sebaliknya, Yesus justru menggunakan shock teraphy untuk menyadarkan wanita tersebut. Yesus pertama-tama membuka aib yang dilakukan oleh wanita tersebut, terutama mengenai hidup perkawinannya yang tidak beres. Yesus dengan terus terang membuka hal-hal yang berkaitan dengan wanita itu secara langsung kepadanya, dan ini tentu saja hal itu menyakitkan. Siapakah orang yang tidak malu dan marah jika aib yang ditutup-tutupinya diketahui, bahkan dibeberkan oleh orang yang baru saja dikenalnya? Namun, Yesus tanpa ragu dan malu melakukan itu semua karena Ia sangat peduli pada kehidupan wanita tersebut. Rasa peduli yang Yesus tunjukkan kepadanya jauh dari kesan halus, sebaliknya sedikit kasar. Tetapi, tindakan Yesus ini ternyata justru dapat menyadarkan wanita tersebut. Ia menjadi sadar bahwa tindakan Yesus yang kasar dan tidak elegan tersebut menyelamatkan dia. 

Aplikasi-praksis.
Melalui tindakan Yesus yang kita dengar dan kita saksikan hari ini kita sekalian dapat belajar bahwa rasa peduli dan rasa belas kasih memang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Dalam masa Prapaskah ini, kita juga diajak untuk semakin peduli dengan orang lain, semakin meningkatan sikap berbela rasa terhadap orang lain, sikap menaruh perhatian kepada orang lain, sikap yang menguntungkan orang lain, dan dengan itu kita dapat mempersiapkan Paskah kita dengan hati yang lebih baik dan pantas. Namun, kita pun mesti ingat bahwa peduli tidak selalu identik dengan kelemahlembutan. Mari kita mohon rahmat agar Tuhan selalu memampukan kita untuk dapat bertumbuh dalam kasih-Nya, dan bertumbuh dalam sikap yang selalu peduli kepada diri kita, kepada orang lain dan kepada Allah sendiri.
(bisa juga diselipkan contoh-contoh sikap peduli dari kehidupan harian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...