Bacaan Pertama : Kejadian 12,1-4a
Mazmur Tggpn : 33
Bacaan Kedua : 2Tim 1,8b-10
Bacaan
Injil : Matius 17,1-8
Pengantar
Salah
satu keinginan dasar manusia ialah menciptakan dan menempati sebuah status dan
posisi yang membuat dia nyaman. Nyaman dalam arti bahwa dia tidak ingin
sengsara, tidak ingin susah, dan tidak tidak ingin hal-hal yang jelek atau
buruk lainnya. Karena itu manusia cenderung membangun benteng dan rumah kenyamanannya
dan tidak ingin lagi keluar dari rumah dan bentennya yang nyaman ini. Dia puas
dengan apa yang ada. Kadang manusia lupa bahwa rumah dan benteng kenyamanan ini
ialah hanya sementara dan malah adalah sebuah khayalan yang tidak bermakna
untuk seluruh hidupnya.
Exegese KS
Bacaan
pertama dari Kitab Kejadian pada hari ini memberikan sebuah gambaran di mana
Abram atau Abraham yang telah puas dengan keadaan hidupnya. Abram sudah puas
dengan Sara istrinya dan Lot anak saudaranya. Dia sdh merasa cukup dengan
ternak yang dimilikinya, untuk hidup bertahun.
Dalam
kenyamanan ini, Abram dihentakan oleh perintah Tuhan bahwa dia harus
meninggalkan tanah airnya dan seluruh milik kepunyaannya. Dia harus pergi
merantau, yang tempat perantauannya juga tidak diketahuinya. Dalam
ketidaktahuannya ini, Tuhan hanya mengatakan kepada Abram bahwa Tuhan akan
membuat dia dan keturunannya menjadi bangsa yang besar, bangsa terpilih. Tuhan
akan memberkati dia dan keturunannya, serta membuat namanya termasyur atau
terkenal, dan justru Abram juga akan menjadi berkat bagi semua orang.
Melihat
perjumpaan dan janji Tuhan ini, Abrampun bersedia pergi meninggalkan tanah
airnya, meninggalkan orangtuanya dan seluruh isi keluarga ayahnya, ternak
gembalaannya dan pergi ke sebuah tempat yang tidak dikenalnya, namun Abram
hanya membawa satu keyakinan
yaitu bahwa TUHAN AKAN MEMBUATNYA BANGSA
YANG BESAR, BANGSA TERBERKATI DAN MENJADI TERKENAL. Abram sedang nyaman
dengan kehidupannya tetapi tiba-tiba ditangkap oleh Tuhan untuk disuruh pergi
ke tempat lain yang dia sendiri tidak tahu. Namun inilah yang disebut dengan ketaatan total Abram kepada
perintah Tuhan.
Hal
yang sama juga dikatakan dalam Injil Matius pada hari ini. Injil mengisahkan pengalaman Petrus, Yakobus dan Yohanes yang
terbuai oleh kenikmatan penampakan kemuliaan di atas gunung. Memang pengalaman
itu indah dan memukau. Tetapi, ketika mereka ingin berlama-lama mengalami
indahnya kemuliaan, Yesus datang membangunkan khayalan mereka. Yesus tidak
meluluskan permintaan Petrus untuk tinggal di puncak gunung dengan mendirikan
tiga kemah. Yesus mengajak mereka kembali turun gunung. Meninggalkan zona aman dan nyaman. Ajakan tersebut menjadi
gambaran jelas, bahwa manusia harus
hidup realistis. Hadapilah kehidupan yang beraneka ragam warna dengan apa
adanya: suka dan duka, senang dan susah, tangis dan tawa, semuanya. Sekalipun
harus menghadapi penderitaan; kita harus berani menghadapi dan menjalaninya.
Orang tidak bisa lari dari penderitaan. Yesus dengan langkah mantap memberikan
teladan berjalan menuju Yerusalem.
Melalui pengalaman hidup Musa, Elia dan Yesus kita
belajar untuk menghadapi aneka warna kehidupan. Di Mesir, Musa membela
kebenaran. Dia tidak disenangi. Dia harus menderita dan dikejar-kejar. Ia
kemudian lari ke padang belantara sebagai gembala. Tetapi, Allah mengutus dia
kembali ke Mesir. Dia harus memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Sebagai
utusan Allah, ia setia dan mau menderita sampai mati. Demikian pula Elia. Ia
membela Tuhan dengan berperang melawan nabi-nabi Baal. Namun, keberaniannya
berujung pada penderitaan. Ia dikejar-kejar Izebel sampai di puncak Gunung
Horeb.
Gambaran nyata keberanian dan ketabahan menghadapi
penderitaan hidup nampak jelas dalam diri Yesus. Dalam Dia kita memahami arti
penderitaan. Jalan kemuliaan Yesus adalah jalan salib dan penderitaan.
Aplikasi-praksis
Bapa-ibu…, rasa aman dan nyaman. Itulah
yang yang selalu kita cari dalam hidup. Namun kita harus hati-hati. Terdapat
dua jenis kenyamanan dan keamanan yang dapat kita peroleh. Yang pertama, rasa
nyaman dalam arti positip. Ini bila rasa aman dan nyaman itu memberi kita
kedamaian pikiran dan kebahagian hati yang sesungguhnya. Biasanya rasa aman dan
nyaman ini adalah hasil dari sebuah pencarian yang melewati proses-proses
penderitaan dan kesusahan yang tidak sedikit. Mis: setelah belajar dengan tekun
dan serius, akhirnya kita lulus dengan nilai terbaik. Setelah kita bekerja
keras akhirnya kita dapat membeli rumah atau fasilitas yang membantu kita untuk
semakin menjadi bahagia dan senang.
Namun, rasa aman dan nyaman juga bisa berarti negative.
Negatif dalam arti bahwa usaha untuk aman dan nyaman bukanlah hasil kerja
keras, hasil susah payah… tetapi hasil main sulap bim salah bim, hasil
kongko-kongko, hasil tipu daya, hasil permainan tidak bersih. Mis: seorang siswa mendapat nilai
bagus tapi itu hasil nyontek di buku, seorang mendapat fasilitas tapi itu hasil
curian barang orang. Maka rasa nyaman dan aman ini akan menimbulkan
penderitaan, kesusahan. Dia akan terus dikejar-kejar oleh rasa masalah
ketidakjujuran, masalah ketidaktulusan, masalah kebohongan, dan masalah yang
tidak baik.
Bapa-ibu…, hari ini, melalui Abram, Tuhan mengajak kita
untuk memiliki sikap ketaatan total kepadanya. Kita tidak mementingkan kekayaan
kita, tetapi demi Allah kita bersedia untuk tunduk-taat kepadanya. Kita diminta
untuk tidak tunduk kepada rasa aman dan nyaman yang semu, yg sementara,
melainkan mengikuti arahan dan bimbingan Tuhan, karena ini akan memberikan kita
rasa aman dan nyaman yang abadi, kekal dan tidak berhingga.
Yesus juga, melalui
pengalaman ketiga murid, mengajak kita untuk tidak terlena kepada rasa aman dan
nyaman serta kemuliaan yang sementara di atas gunung Tabor, tetapi harus turun
dari gunung kesombongan dan keangkuhan kita serta pergi berjumpa dengan orang
lain dalam kehidupan Yerusalem harian untuk bekerja keras, berusaha keras,
berpikir keras, dan secara total mengabdikan diri kepada kehidupan masyarakat
dan umat secara jujur, tulus dan sungguh-sungguh. Karena inilah yang akan
memberikan kita rasa aman dan nyaman yang kekal, abadi dan selamanya. Inilah
rasa aman dan nyaman yang sesungguhnya. Maka marilah kita mencari rasa aman dan
nyaman itu yang wajar, yang seadanya dan yang membantu kita mendapatkan
kehidupan kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar