Keberadaan sekolah katolik sudah dikenal sejak lama dan sampai saat ini menjadi salah satu bidang karya gereja yang utama. Perkembangan sekolah katolik telah memberikan warna dan sumbangan yang berarti dalam sejarah perkembangan gereja. Sampai saat ini sekolah katolik, khususnya di Indonesia telah mengalami dinamika pertumbuhannya. Seiring dengan perkembangan situasi pendidikan di Indonesia, tidak jarang pada akhirnya sekolah katolik mengalami degradasi nilai-nilai tradisional yang luhur.
Padanan kata ‘katolik’ pada kata ‘sekolah’ sehingga menjadi ‘sekolah katolik’ terasa mulai kehilangan makna terdalamnya. Pada umumnya identitas katolik hanya dimengerti secara simbolis saja. Sekolah katolik dikenal sebagai sekolah katolik karena memang memakai nama katolik. Hanya sebatas memakai simbol-simbol katolik (kristiani) misalnya ada salib, gambar kristiani, kepala sekolah atau guru-gurunya orang katolik, yayasan pengelolahnya katolik, dsb.
Pada tataran simbolis memang perlu sekolah katolik memakai simbol-simbol dan atribut-atribut katolik. Namun makna sekolah katolik tidak hanya sampai pada tataran simbolis saja. Makna identitas sekolah katolik lebih luas dan mendalam. Tulisan ini mencoba memaparkan tentang makna identitas sekolah katolik secara lebih luas dan mendalam.
2. Pengertian Katolik
2.1 Makna Etimologi ‘Katolik’
Secara etimologis, istilah ‘katolik’ tersusun dari dua kata dalam Bahasa Yunani, yakni ‘kata’ yang berarti ‘menurut, dari, sebabmusabab, menuju, tujuan’; dan ‘holon’ yang berarti ‘keseluruhan’. Kemudian menjadi adjektif: ‘katholon’ yang berarti ‘menurut keseluruhan’, dan adverbium: ‘katholikos’ yang berarti ‘sesuai dengan keseluruhan, menyeluruh, mencakup segalanya, lengkap, sempurna’.
Aristoteles menggunakan istilah ‘katholon’ yang berarti ‘sesuai dengan keseluruhan’. Zeno menggunakan istilah: ‘katholika’ untuk menunjuk (berarti) ‘asas-asas umum’. Phito menggunakan istilah ‘katholikos’ yang berarti ‘umum’, dibedakan dengan ‘khusus’.
2.2 Asal Mula Istilah Katolik
Pada Jaman Patristik (jaman Bapa-Bapa Gereja) untuk pertama kali istilah ‘katolik’ dipakai oleh Ignatius dari Antiokhia sekitar tahun 110 dalam suratnya kepada umat di Smyrna sebagai sifat Gereja: ‘Di mana Uskup tampil, di sana hendaknya jemaat berhimpun, seperti di mana Kristus Yesus berada, di sana Gereja Katolik berada.
Makna Katolik dalam surat ini dapat ditafsirkan sebagai universal dan benar atau sejati, jadi Gereja universal dalam kebenaran dan persatuan dengan Kristus. Kemudian istilah ‘katolik’ mulai dipergunakan dalam perkembangan Gereja selanjutnya sebagai salah satu sifat Gereja. Istilah ‘katolik’ dipakai sebagai atribut Gereja sehingga menjadi Gereja Katolik sejak adanya reformasi dan zaman apologetik (abad XVII-XIX).
3. Makna Katolisitas
Pengertian katolik tidak hanya dalam arti atribut untuk Gereja Katolik akan tetapi harus dimengerti secara lebih luas. Makna katolisitas yang lebih luas dapat ditemukan dalam teks Kisah Para Rasul (Kis Ras, 2:42-47) yang dapat diringkaskan sebagai berikut:
Koinonia (persekutuan): bertekun dalam persekutuan, sehati sejiwa;
Kerygma (pewartaan): bertekun dalam pengajaran para rasul;
Leiturgia (ibadat, sakramen-sakramen): berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa;
Diakonia (pelayanan persaudaraan): berbagi sehingga tidak ada yang kekurangan;
Martyria (kesaksian): sehati sejiwa, berbagi dan disukai semua orang.
4. Sekolah Katolik Dalam Dokumen-dokumen Gereja
Makna sekolah katolik dapat ditemukan dalam beberapa dokumen Gereja Katolik, antara lain:
Dokumen Konsili Vatikan II, Gravissimum Educationis, tentang Pendidikan Kristen (1965) menyatakan sekolah katolik sebagai tempat dan medan yang khas kehadiran Gereja di sekolah. Sekolah katolik mengejar tujuan-tujuan budaya dan menyelenggarakan pendidikan kaum muda. Ciri khas sekolah katolik, pertama: menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil kebebasan dan cinta kasih, dan membantu kaum muda, supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru. Kedua, sekolah katolik mengarahkan seluruh kebudayaan manusia kepada pewartaan keselamatan, sehingga pengetahuan yang secara berangsur-angsur diperoleh para siswa tentang dunia, kehidupan dan manusia disinari oleh terang iman.
Kongregasi Pendidikan Katolik dalam dokumen Sekolah Katolik (19 Maret 1977) menyatakan bahwa sekolah katolik sebagai tempat istimewa bagi pembentukan manusia yang utuh, integral, sebagai tempat pembentukan umat beriman yang utuh, integral, sebagai tempat pelayanan bagi semua orang. Sebagai tempat pemanusiaan manusia (humanisasi), sebagai pelayanan ekklesial dan sosial dan sebagai komunitas edukatif Kristen.
Kongregasi Pendidikan Katolik dalam dokumen Awam di Sekolah Katolik: Saksi-saksi Iman (15 Oktober 1982) mengungkapkan bahwa Sekolah Katolik adalah lingkungan istimewa bagi pembentukan manusia, sebagai sarana pendidikan, sebagai tempat untuk evangelisasi, sebagai komunitas pendidikan untuk pembentukan manusia integral sekaligus sebagai komunitas umat beriman Kristiani.
Kitab Hukum Kanonik (1983) menegaskan bahwa sekolah katolik dipahami sebagai sarana pendidikan. Sekolah katolik ialah suatu sekolah yang dipimpin oleh otoritas gerejawi yang berwenang atau oleh badan hukum gerejawi publik atau yang diakui demikian oleh otiritas Gerejawi melalui dokumen tertulis. Sekolah katolik dengan nama/identitas sekolah katolik harus mendapatkan persetujuan otoritas gerejawi yang berwenang (Kan. 803).
Dokumen Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katolik: Pedoman untuk Refleksi dan Pembaharuan (7 April 1988) mempresentasikan sekolah Katolik sebagai struktur sipil dengan tujuan, metode dan ciri khas umum sebagaimana suatu lembaga sekolah. Sekolah Katolik adalah suatu komunitas Kristen yang didasarkan pada suatu proyek edukatifnya dalam Kristus dan Injil-Nya.
5. Kesimpulan
Dari makna istilah katolik dan katolisitas serta makna sekolah Katolik menurut dokumen-dokumen Gereja maka dapat dikemukakan beberapa makna identitas sekolah katolik, sebagai berikut:
Sekolah katolik merupakan suatu komunitas edukatif (komunitas pembelajaran) dan sarana kultural. Artinya sekolah katolik merupakan sebuah komunitas tempat pemanusiaan manusia atau proses humanisasi melalui asimilasi sistematis dan kritis atas budaya.
Sekolah katolik sebagai sarana kehadiran Gereja di sekolah, komunitas beriman kristiani dan sarana evangelisasi (pewartaan iman/Injil). Artinya persekutuan umat beriman di dalam sekolah adalah Gereja, dan dengan demikian memiliki kewajiban untuk melaksanakan karya pewartaan Injil.
Sekolah katolik berpusat pada Yesus Kristus (kristosentris). Sekolah katolik sebagai komunitas edukatif dan komunitas kristiani serta tempat karya evangelisasi menempatkan Yesus Kristus sebagai pusat dari segala kegiatannya. Sekaligus mewartakan Yesus Kristus dan ajaran-ajaran-Nya.
Sekolah katolik disebut sekolah katolik apabila suasana kekatolikan (sensus catholicus) mewarnai seluruh dinamika hidup sekolah katolik. Suasana kekatolikan yang dimaksud, yakni hidup dalam persekutuan, adanya perayaan iman-keselamatan, setia dan mendalami ajaran-ajaran iman, saling melayani dan mampuberani bersaksi.
Sekolah katolik merupakan sekolah yang terbuka yang menentang: primordialisme, sektarianisme, partikularisme dan eksklusivisme dan proselitisme (memaksa orang untuk memeluk dan pindah agama atau suatu keyakinan).
Sekolah katolik berada di bawah wewenang dan pimpinan serta diselenggarakan atas ijin/persetujuan otoritas Gereja Katolik.
KEPUSTAKAAN
Ansow Joseph, 2005, Legitimasi Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Katolik, Pineleng: STF-SP.
Blanchard Ken & Hodges Phil, 2007, Lead Like Jesus, Belajar dari Model Kepemimpinan Paling Dahsyat Sepanjang Zaman, penerjemah: Dinonisius Pare, Jakarta: Visi Media.
D’Souza Anthony., Ennoble, Enable, Empower, Kepemimpinan Yesus Sang Almasih, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Konperensi Wali Gereja Indonesia, 2006, Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), Edisi Resmi Bahasa Indonesia, Jakarta: KWI.
Konsili Vatikan II, 1993, Dokumen Konsili Vatikan II, penerjemah: Hardawirayana, DOKPEN KWI, Jakarta: Obor.
Lunenburg Fred C., & Allan C. Ornstein Allan C., 1991, Educational Administration, Concepts and Practice, Third Edition, Belmont, California: Wadsworth Thomson Learning Publishing Company.
Piet Go, Pastoral Sekolah, Visi-Tugas-tugas Pokok-Operasionalisasi, Malang: Dioma1991.
_______, Katolisitas Sekolah Katolik, 2005, Dioma: Malang.
Sujoko Albertus, 2008, Belajar Menjadi Manusia, Berteologi Moral menurut Bernard Haring CSsR, Yogyakarta: Kanisius.
Ubben, G., Hughes L.W., & Norris C.J., 2004, The Principal Creative Leadership for Excellence in Schools, Boston USA: Pearson Education Inc.
Ditulis oleh: Lastiko Runtuwene (Manado 10 Maret 2011), disampaikan dalam Temu Konsultasi Pimpinan Sekolah Katolik se-Provinsi Sulawesi Utara oleh Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Prov. Sulut bekerja-sama dengan Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Manado.
Email: giuslay.zone@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar