Kamis, 12 Desember 2013

Minggu Adven II 2013


Bertobatlah! Kerajaan Surga Sudah Dekat!


Bacaan 1: Yesaya 11,1-10
Mzr : 72,1-2,7-8,12-13,17
Bacaan 2: Roma 15,4-9
Injil: Matius 3-1-12

Ajakan untuk bertobat

Salah satu kelemahan kemanusiawian kita ialah sulit mendengarkan nasihat dan ajakan. Ketiga bacaan kitab suci pada hari minggu adven kedua ini mengajak kita untuk memiliki sikap taat kepada nasihat dan ajakan sebagai bagian dari pertobatan kita. Pertanyaan besar kita ialah bertobat untuk apa? Matius mengajarkan kita bertobat untuk menyambut Kerajaan Allah yang sudah sangat dekat itu, yang dibawa oleh Yesus. Dan siapakah yang mewartakan kedatangan Kerajaan Allah ini? Yaitu Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis ditampilkan sebagai tokoh penting dalam jaman peralihan: yaitu dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Yohanes ditentukan oleh Allah untuk mewartakan kedatangan Kerajaan Allah itu dalam diri Yesus Kristus sendiri, yang hadir dalam peristiwa kelahiran-Nya di Betlehem, yang akan kita rayakan tidak lama lagi.
Dalam bacaan Injil, Yohanes ditampilkan sebagai seorang yang terus berseru-seru, yang terus berteriak-teriak, yang terus mengajak, dan yang terus mendesak orang-orang pilihan Allah, yaitu bangsa Israel, untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kerajaan Allah itu.

Bersiaplah dan Bertobatlah
Yohanes Pembaptis tampil pada saat umat Israel sedang menantikan seorang Juru Selamat yang akan membebaskan Israel. Dan Yohanes Pembaptis tahu benar bahwa sang Almasih yang akan datang itu, adalah benar-benar seorang pribadi yang diingini dan dirindukan oleh bangsa Israel.
Inti warta Yohanes Pembaptis menurut Matius Penginjil ialah bersiaplah dan bertobatlah. Lain tidak, hanya bersiap diri dan bertobat. Namun warta dan teriakan Yohanes Pembaptis ini tidak didengarkan oleh bangsa Yahudi. Mereka hanya menantikan terus tetapi tidak mau mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut Kerajaan Surga itu sendiri.

Pengharapan Yang Mendalam
Teriakan dan seruan Yohanes Pembaptis dianggap kurang bernilai oleh bangsa Israel, dan karena itu Yohanes tetap konsisten berteriak sampai sungguh-sungguh bangsa pilihan itu mempersiapkan kedatangan Kerajaan Allah itu. Yohanes tahu bahwa bangsa pilihan Israel sedang memiliki sebuah pengharapan yang sangat dalam, akan kedatangan seorang nabi besar dari keturunan Isai untuk membebaskan mereka dari ketertindasan dan ketidakcukupan hidup. Dan itulah yang ditekankan oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama tadi.

Pada abad 8 sebelum Masehi, pengaruh militer adikuasa Asiria amat dirasakan di utara yaitu Samaria. Asiria berebut pengaruh dengan negeri adikuasa lain, yakni Mesir, di wilayah yang terjepit di antara keduanya yakni negeri Israel di utara dan Yehuda di selatan. Tentu saja di utara kehadiran militer Asiria lebih terasa. Penguasa kerajaan utara (pusatnya di Samaria) berupaya tidak terlalu berada di bawah pengaruh militer Asiria antara lain dengan bersekutu degan kerajaan selatan (Yehuda, pusatnya di Yerusalem), dan juga negeri adikuasa Mesir. Gerakan ini malah membuat Asiria semakin memperkuat pengaruhnya di utara dan akhirnya menganeksi seluruh wilayah itu setelah merebut Samaria pada tahun 722 dan mendeportasikan penduduknya ke wilayah-wilayah lain yang sudah dikuasai.

Demikian punahlah kerajaan utara. Keadaan ini mengkhawatirkan orang di selatan. Yehuda memang segera menjadi semacam negeri satelit Asiria meski masih memiliki pemerintahan dan pertahanan sendiri. Keadaan seperti telur di ujung tanduk ini menimbulkan kekhawatiran jangan-jangan nanti mereka mengalami nasib seperti kerajaan utara. Di dalam negeri sendiri ada pendapat macam-macam dan bahkan pertentangan. Dalam keadaan ini tampillah di Yesaya bin Amos, seorang intelektual yang dekat kalangan raja di Yerusalem. Ia berusaha membesarkan hati dan tidak membiarkan orang hidup dalam kekhawatiran melulu dan tubruk sana tubruk sini, kendati ia sendiri tentu sadar ancaman dari Asiria itu amat nyata. Dihidupkannya harapan akan seorang pemimpin yang bijaksana dari kalangan istana yang dapat memberi rasa aman kepada penduduk. Dan bagian yang dibacakan kali ini, Yes 11:1-11, ialah salah satu hasil karyanya yang paling memberi semangat dan harapan.

Yesaya mengatakan bahwa Immanuel itu akan hadir dari keturunan Daud dan akan meraja sendiri atas bangsa Israel. Tetapi bangsa Israel tidak mengakui dan tidak menerima semuanya. Mereka tidak mendengar kata nabi Yesaya. Banyak orang Israel yang mencoba menutup telinganya, dan terus asyik dengan hal-hal yang tidak perlu dalam hidup. Mereka tidak ingin mendengar ajakan Yesaya untuk mencintai kebenaran, kesetiaan dan keadilan. Seolah-olah mereka benci akan kesetiaan, mereka benci akan keadilan dan mereka benci akan kejujuran. Alergi rasanya mendengar kata adil, allergi mendengar kata jujur, dan allergi mendengar kata setia. Berkali-kalipun Yesaya mengajak mereka untuk percaya, tetapi mereka tidak mengikuti ajakan itu.
Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan Yohanes Pembaptis. Namun Yohanes tidak patah semangat, melainkan terus berusaha mengajak bangsa Israel untuk bersiap-bersiap dan bertobat, serta mengajak untuk meluruskan jalan bagi Tuhan yang akan datang itu. Yohanes Pembaptis menempatkan proyek pewartaannya itu sebagai primadona pewartaannya, sehingga dia mengatakan dengan bahasa yang sangat kasar, yaitu menilai bangsa Israel sebagai keturunan ular beludak. Penginjil Matius mau mengatakan bahwa bangsa Israel yang tidak mengikuti ajakan atau pewartaannya ialah sebagai “keturunan ular beludak”, sebuah kalimat yang kasar. Tetapi itu karena bangsa Israel tidak mau mendengarkan ajakannya.

Matius mau mengajak jemaatnya untuk percaya dan berharap akan seorang Penyelamat umat manusia. Dan itulah yang ditekankan oleh Paulus kepada jemaat di Roma dalam bacaan kedua bahwa umat kristen harus terus berharap akan kedatangan Yesus itu dan selalu bersiap-siap menyambut-Nya. Karena itu dibutuhkan sikap ketekunan yang terus menerus dan tidak santai dan terlena dengan apa yang enak dan asyik akan hal-hal duniawi yang sebenarnya tidak dapat menyelamatkan mereka.
Ketiga bacaan kitab suci serta mazmur pada hari Minggu kedua masa Adven ini mengajak kita untuk memahami dan melaksanakan beberapa keutamaan kristiani:

1. Ajakan untuk bersiap-siap dan bertobatlah. Dalam hidup, kita sering mendengarkan ajakan orang lain atau teman-teman kita di kantor atau di tempat kerja kita untuk menata hidup dengan lebih baik, apalagi ketika orang lain tahu bahwa cara hidup, cara bertindak dan kebijakan kita sudah tidak sesuai dengan norma-norma yang ada, alias sudah melenceng dari apa yang seharusnya kita kerjakan. Namun karena kita tidak suka, atau kita mau menutup hati terhadap ajakan itu, maka orang lain itu kita benci dan berusaha untuk menyingkirkannya dari lingkungan pergaulan dan kerja kita. (ada contoh)?

2.  Dalam masa persiapan ini, kita diajak untuk mengikuti warta nabi Yesaya, yaitu untuk selalu mengenakan pada diri kita keutaman kebenaran dan kesetiaan. Entah dalam situasi sulit, kita tetap diajak untuk mengutamakan kebenaran dan kesetiaan dalam setiap kebijakan yang kita ambil.

3.  Mengikuti ajakan rasul Paulus, bahwa kita juga diajak untuk selalu bermohon kepada Allah selama masa Adven ini, yaitu untuk selalu tekun  berusaha untuk hidup dalam kesatuan dengan teman-teman kita, dan bukannya berusaha menyingkirkan mereka dari hidup kita. Pertobatan berarti berusaha merangkul semua orang ke dalam lingkungan dan pergaulan kita dan bukannya menyingkirkan mereka.
Marilah kita bersama dan secara pribadi, berusaha untuk membuka telinga dan hati kita terhadap ajakan baik dari orang-orang lain, karena itu adalah ajakan Yohanes Pembaptis kepada kita semua pada hari Minggu ini. Amin

Telukdalam, 1 Desember 2013
Email: giuslay.zone@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT TAHUNAN KAPAUSIN KUSTODI GENERAL SIBOLGA 2023

  Para saudara dina dari Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, pada tanggal 6 s/d 10 Noveember 2023, mengadakan retreat tahunan yang dilaksa...